7

21.6K 997 9
                                    

Tandai typo
_________________________



Saat ini Reta dan Nahwa sedang berada di dalam mall setelah mengantarkan puding untuk Bondan. Sedangkan Dio? Pemuda itu sudah pamit pergi untuk bertemu dengan para teman-temannya.

"Ma? Laper ... " ucap Nahwa memelas. Sudah terhitung satu jam lamanya mereka mengelilingi mall ini dan saat ini Nahwa mulai merasakan lapar.

Reta yang sedang menatap binar pada tiga paper bag di tangannya lalu menoleh ke arah sang putri yang tampak lesu. "Mama juga sih ... Gimana kalo kita makan di restoran yang di sana?" tunjuk Reta pada restoran yang tak jauh dari keduanya berdiri.

Nahwa mengangguk lalu menggandeng Reta ke restoran itu, dan tak lama seorang waitress menghampiri mereka. "Spaghetti dua, minumnya jus mangga aja dua." ucap Reta di angguki sang waitress lalu pamit dari hadapan mereka.

"Kamu nggak mau beli apa-apa nih?" tanya Reta, ini ke enam kalinya ia menanyakan hal ini pada Nahwa dan jawabannya ...

"Enggak, Ma. Nahwa lagi nggak pengin apa-apa," tuh kan! Ini udah ke enam kalinya juga Nahwa memberikan jawaban yang sama pada Reta. Tapi, wanita paruh baya itu terus saja menanyakan hal yang sama padanya.

Ia benar-benar tidak ingin membeli apa-pun, tetapi Mamanya itu terus saja menanyakannya tidak ingin membeli apa pun.

Reta hanya mengangguk pasrah karena lagi-lagi itu mendengar jawaban yang sama dari Nahwa.

"Hai, Jeng Reta!?" sapa seorang wanita paruh baya yang berdiri di samping Reta.

Reta menoleh ke arah wanita itu seraya tersenyum lebar, "Hai juga, Jeng Tara!" antusias Reta kemudian mereka cepika-cepiki seperti pada ibu-ibu umumnya.

Ya. Wanita itu adalah Tara, ibu dari seorang Aska.

"Ayo duduk!" Reta mempersilakan Reta untuk duduk.

"Masya Allah ... Nahwa makin cantik aja ya sayang. Udah lama Mami nggak ketemu sama kamu," ucap Tara tersenyum haru menatap Nahwa yang mengerutkan kening bingung.

"Ini Tante Tara sayang, temen Mama. Kamu biasa manggil Tante Tara dengan sebutan Mami. " jelas Reta kala melihat ekspresi bingung Nahwa tadi.

"Ooo ... Maaf Mami, Nahwa nggak ingat," ucap Sahna kikuk.

Tara hanya tersenyum lalu mengangguk lalu menatap sendu Nahwa yang sedang menatap sekitar resto.

Kemudian dua paruh baya itu mengobrol ringan. Sedangkan Nahwa? Ia hanya diam karena kurang paham dengan alur bahasan keduanya yang membahas perihal arisan. Sesekali ia hanya menjawab jika di tanya.

''Gimana keadaan toko kue mu, sayang?'' tanya Tara mengalihkan atensi Nahwa yang awalnya sedang mengaduk minuman lalu mendongak menatap sang empu.

''Alhamdullah semuanya aman-aman aja, Mi.'' jawab Nahwa lalu tersenyum simpul.

Tara mengangguk

***

Seorang pria menatap bingkai poto di atas meja hadapannya. Poto tersebut adalah dirinya dan sahabat perempuannya saat itu sedang memakai seragam putih abu-abu.

Pria itu meraih bingkai poto itu lalu mengusap kaca bingkai itu seraya tersenyum tipis, "Aku akan pastikan kau akan menjadi milikku. Seutuhnya. Tanpa ada penghalang sedikit pun, dan jika pun ada penghalang, aku akan meratakan penghalang itu."

***

Aska menghela nafas kesekian kalinya seraya menatap sang putri yang di duduk di atas meja kerjanya dengan tangan kanan yang mencoret kertas dan tangan kiri yang terus memegang boneka katak berwarna hijau favoritnya.

Tepat setengah jam yang lalu, Maminya pergi ke mall. Tetapi, putrinya itu tidak mau ikut dengan sang Mami dan ingin terus bersamanya. Padahal Maminya sudah mengiming-inging akan membeli apa pun yang di inginkan bocah itu, tetapi tetap enggan untuk ikut dan memilih bersama sang ayah saja.

Dan lina menit lagi meeting akan di mulai, dan putrinya ini tidak mau di tinggal dan memaksa ingin ikut dengannya. "Lala?"

Lala yang sedang mencoret-coret kertas lalu menatap sang Ayah. "Lala udah bilang cama Ayah, kalo Lala ikut Ayah." kekeuh bocah itu.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek!

Pintu ruangan di ketuk oleh asistennya yang bernama Dodi. "Maaf, Pak. Meeting akan segera di mulai, anda diminta untuk ke ruang meeting sekarang karena para klien sudah hadir dan menunggu."

Aska mengaguk kemudian menatap sang putri, "Baiklah, Lala akan ikut Ayah. Tapi ... Lala nggak boleh ganggu Ayah ataupun orang yang disana mengerti princess?" lembut Aska mengusap rambht sang putri.

Lala mengangguk antusias lalu merentangkan tangannya meminta Aska menggendongnya, dengan senang hati Aska menggendong tubuh gempal sang putri.

"Siapkan bangku untuk Lala, Do." ucapnya menatap Dodi yang di angguki oleh sang empu. Tak lupa, Aska mengambil tas berbentuk kepala beruang yang isinya perlengkapan Lala, seperti susu, dan pakaian cadangan.

Tepat saat memasuki ruangan, semua mata mengarah padanya. Tidak, lebih tepatnya mengarah pada putrinya yang bersandar di dadanya seraya mengoceh tak jelas dengan memainkan boneka di tangannya.

Gemas sekali. Batin mereka terpekik menatap Lala yang di turunkan di bangku khusus yang sudah di sediakan. Kemudian acara meeting di mulai tanpa terganggu oleh Lala yang sibuk sendiri mencoret-coret kertas yang sudah diberikan Aska sebelumnya.

Di sela-sela meeting saat sang asistennya sedang presentasi Aska memangku Lala yang sudah tampak menahan kantuknya, kemudian ia memukul pelan paha bocah agar cepat terlelap.


o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang