11

20.2K 991 17
                                    

Tandai typo
_______________________


Malam ini Nahwa sedang berkumpul bersama orang tuanya di ruang keluarga, dengan Nahwa yang sedang menonton sinetron Indonesia dan orang tuanya yang asik mengobrol.

Nahwa menunduk menatap bungkus cemilan di tangannya yang ternyata sudah habis. Kemudian ia bangkit dan menoleh kearah orang tuanya, "Nahwa mau ke dapur ambil cemilan. Mama sama Papa mau nitip?"

Keduanya menoleh menatap Nahwa, "Papa mau coklat panas." uca Bondan.

"Mama mau cake yang di lemari atas ya, sayang."

Nahwa mengangguk dan berlalu menuju dapur dan setelah mengambil apa yang diinginkannya serta orang tuanya lalu ia kembali menuju ruang keluarga.

Baru saya ia meletakkan makanan dan minuman di atas meja, suara bel rumah berbunyi.

"Biar Nahwa aja, Ma." ucap Nahwa kala Reta bangkit hendak membuka pintu. Reta yang mendengar itu mengangguk seraya tersenyum.

Nahwa berjalan kearah pintu itu. Tepat saat ia membuka pintu, ia di suguhkan oleh seorang pria memakai hodie berwarna hitam dan celana kasual berwarna coksu.

Tiba-tiba saja beberapa ingatan bagaikan kaset berputar di kepalanya. Dan tak lama Nahwa ambruk tak sadarkan diri.

"Nahwa!" pekik pria itu menghampiri Nahwa. Sontak saja suara itu mengalihkan atensi orang tua Nahwa dengan segera menghampiri keduanya.

***

Bondan menjabat tangan Aska. "Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti Nahwa Azkia Khumairah ‘alal mahri emas 80 gram dan uang tunai 80 juta hallan!"

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha ‘alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq!"  ucap Aska lantang tepat saat beberapa tahun lalu.

***
Siang ini Nahwa dengan perut buncitnya hendak menyebrang jalan, lebih tepatnya ia hendak menuju ke warung mie ayam yang berada di seberang jalan sana.

Ia berdiri di tepi jalan menunggu jalan menjadi sedikit sepi. Sekiranya kendaraan tidak ada yang lewat ia menyebrang.

Namun, tepat saat Nahwa berada di tengah jalan ada mobil yang sedang melaju kencang kearahnya. Terlihat pria si pngendara menatap lurus ke arah Nahwa dengan senyum devil.

Dan ... BRAK!

Nahwa terpental ke pembatas jalan begitu kerasnya. Kepalanya banyak sekali mengeluarkan darah segar akibat benturan pembatas jalan itu. Tangannya meremas perutnya yang terasa amat sangat sakit dan cairan ketuban yang mulai mengalir.

Orang-orang disana berteriak histeris melihat kejadian itu, dan segera menghampiri Nahwa dan menghubungi ambulance.

Dan di lain tempat, Aska sedang meeting di kagetkan dengan kabar Nahwa yang di larikan ke rumah sakit. Sesampainya disana ia benar-benar frustasi bahwa ia hampir saja kehilangan sang istri.

Namun, sang Maha Kuasa masih memberinya kesempatan hidup. Walau ... Nahwa di nyatakan koma. Beruntung, sang putri masih bisa di selamatkan.

Perlahan mata Nahwa terbuka setelah mendapat ingatannya. Ia menatap sekeliling kamarnya, dan matanya terpaku pada pintu kamar yang baru di buka oleh Aska yang sedang membawa segelas air putih.

Aska segera menghampiri Nahwa, "Ada yang sakit? Bilang sama aku!" desak Aska khawatir menggenggam tangan Nahwa setelah meletakkan gelas itu di atas naks samping ranjang.

Nahwa diam, ia menatap lekat Aska seraya memikirkan semua ingatannya. "Anakku ... " lirih Nahwa pelin perlahan air matanya jatuh.

Aska diam, mencoba mencerna apa yang terjadi saat ini, "Anak kita mana, Mas!? Anak kita selamat kan, Mas? Aku mau ketemu anak kita, Mas! Hiks hiks hiks. Anak kita, Mas ... " desak Nahwa menangis histeris dengan segera Aska memeluknya.

Bondan dan Reta yang sudah tertidur sontak terbangun kala mendengar suara teriakan Nahwa, kemudian keduanya menghampiri kamar Nahwa. Keduanya melihat Aska yang menenangkan Nahwa yang sedang menangis di pelukan pria itu.

"Ada apa!?" panik Reta duduk di samping Nahwa.

Nahwa beralih memeluk Reta, "Anak Nahwa dimana, Ma ... Hiks hiks!" tangis  Nahwa.

Bondan menatap Aska meminta jawaban. Aska yang mengerti mengangguk, "Aska telpon Papi kamu untuk bawa Lala sekarang, Pa." dan kemudian Aska menelpon sang Papi.

Bondan mengelus puncak kepala Nahwa yang di tertutupi oleh jilbab instan. "Udah ih jangan nangis, malu sama suami." ucap Bondan.

"Udah, Dek. Jangan nangis lagi. Sebentar lagi Papi bawa princess datang." ucap Aska lembut membuat atensi Nahwa menatapnya.

"Princess? Anak kita perempuan, Mas?" tanya Nahwa memastikan.

Aska tersenyum mengangguk seraya mengusap air mata Nahwa, "Iya ... anak kita sangat cantik seperti Bundanya. Kamu tau? Putri kita benar-benar aktif dan ia sangat merindukan Bundanya ini." ucap Aska lalu mengecup kening Nahwa.

Nahwa tersenyum, "Benarkah!?" antusias Nahwa di angguki Aska.

Tok! Tok! Tok!

Pintu utama di ketuk, sepertinya orang tua Aska sudah tiba.

"Biar Mama yang buka," ucap Reta.

"Papa ikut!" celetuk Bondan berlalu menyusul sang istri.

Nahwa menatap Aska, "Kenapa kamu baru datang, Mas?"

Aska menghela nafas perlahan, "Terakhir kita ketemu waktu kamu sadar dari koma, dan saat itu kamu langsung tak sadarkan diri waktu lihat Mas. Jadi, Mas nunggu waktu yang tepat ketemu kamu." ucap Aska menggenggam tangan Nahwa lalu mengecupnya.

"Maafin Mas yang baru datang ya? Mas janji, Mas nggak akan lengah jagain kamu lagi."

Nahwa tersenyum tipis seraya mengusap lembut pipi yang mulai tumbuh bulu halus. "Sepertinya sudah bisa cukur nih," goda Nahwa terkekeh.

Aska pun ikut terkekeh, "Mas seneng, kita bisa bersama lagi."

"BUNDAAA!" teriak Lala dari lorong kamar Nahwa.

"Putri kita, Mas!" antusias Nahwa mendengar suara Lala.

"BUNDAAA!"  semringah Lala menubruk tubuh Nahwa.

"Iya sayang, ini Bunda. Bunda kangen ... banget sama princess Bunda ini. Maafin Bunda ya sayang udah ninggalin Lala." lirih Nahwa memeluk erat Lala dan mengecup puncak kepala Lala bertubi-tubi. Kini ia ingat bahwa bocah perempuan yang memeluknya saat itu adalah Lalu, anaknya.

"Angan inggalin Lala agi ... " isak Lala di pelukan Nahwa.

"Iya sayang, iya. Bunda janji nggak akan ninggalin Lala, Bunda janji sayang." balas Nahwa.

Aska tersenyum lalu memeluk keduanya, "Ayah sayang kalian. Ayah janji akan jaga dan bahagiain kalian. Kalian se paruh nafas Ayah, tanpa kalian dunia Ayah akan hancur." ucapnya lalu mengecup dahi Nahwa dan puncak kepala Lala.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang