Tandai typo
_______________________Nahwa menggeleng kan kepala melihat Lala yang tertidur dengan kaki yang berada di mulut Aska. Seperti biasa setelah subuh Aska akan menemani Lala tidur dan malah sang empu pun ikut tertidur juga.
Nahwa menarik pelan kaki Lala yang berada di atas mulut Aska lalu membenarkan tidur bocah itu. Nahwa duduk di samping ranjang lalu mengusap rambut Aska.
''Mas? Bangun, udah jam berapa loh ini. Nggak baik jam segini masih tidur.'' ucap Nahwa lalu mengecup kening Aska.
''Mas masih ngantuk, sayang. Lima menit lagi aja,'' tawarnya lalu memeluk lengan Nahwa.
''Bangun, Mas. Ini udah jam delapan loh. Katanya mau ke rumah Mami.''
Dengan perlahan Aska membuka matanya. Tepat saat membuka matanya Nahwa sudah berada di hadapannya dengan tersenyum manis lalu menyodorkan air putih hangat kearahnya.
''Buruan bangun, katanya mau mancing sama Papi di empang pak lurah. Air hangatnya juga udah siap keburu dingin ntar.''
Aska mengangguk lalu bangkit tak lupa sebelum ia ia beranjak ia mengecup singkat pipi Nahwa.
''Bapak satu anak itu ... '' ucap Nahwa geleng-geleng melihat tingkah bapak satu anak itu.
Kini ia menggendong Lala menuju kamar ma di yang berada di dapur.
Lala melenguh seraya mengucek matanya, kemudian perlahan membuka matanya.
''Bunda ... '' lirih Lala yang sedang mengumpulkan kesadarannya.
''Lala cuci muka dulu ya,'' ucap Nahwa lalu membasuh muka Lala.
''Nah kan udah seger. Jadi sekarang ayo kita sarapan!'' seru Nahwa menggendong Lala menuju meja makan lalu mendudukkannya di bangku khusus untuk bocah itu.
''Yeeee! Ayam guriiiing!'' girang bocah itu bertepuk tangan.
''Iya-iya sabar dong, sayang.'' ucap Nahwa gemas melihat Lala yang tidak sabaran.
***
''Kakek!'' seru Lala kala melihat Bagas, Ayah dari Ayahnya itu.
Aska memarkirkan mobilnya di depan rumah. Tanpa rasa sabar, Lala langsung membuka pintu mobil itu dan berlari kearah Bagas yang sedang membaca koran.
''Lala hati-hati sayang!'' teriak Nahwa saat bocah itu hampir terjatuh.
Dan lihat lah bocah itu malah tertawa di pelukan sang kakek.
''Jangan terlalu khawatir, Nahwa.'' ucap Bagas yang paham akan kekhawatirannya pada Lala.
Karena semakin hari bocah itu semakin aktif dan pintar saja hingga membuat Nahwa sedikit kewalahan. Namun tak ayal iya juga bahagia melihat keaktifan sang putri.
Nahwa tersenyum lalu menyalimi punggung tangan Bagas diikuti dengan Aska.''Iya, Pi. Nahwa hanya takut Lala jatuh, akhir-akhir ini ia semakin aktif dan setiap harinya ia pasti akan terjatuh.'' keluh Nahwa membuat Bagas tertawa pelan. Ia maklum dengan perubahan seusia Lala yang biasa terjadi pada setiap anak saat masa perkembangan.
''Namanya juga anak-anak. Apalagi seusia Lala pasti lagi aktif-aktifnya, sayang.'' ucap Aska lalu meraih tas Lala yang berada di tangannya.
''Ayuk masuk, tadi Mami buatin pisang goreng untuk kalian.'' ucap Bagas beranjak menuju dapur dengan Lala yang berada di gendongannya.
''Assalamualaikum,'' salam Aska dan Nahwa saat memasuki rumah.
''Waalaikumsalam! Eh mantu kesayangan Mami!'' heboh Tara lalu memeluk Nahwa.
Nahwa tersenyum lalu membalas pelukan sang mertua. ''Gimana keadaan Mami? Sehat kan?'' tanya Nahwa mengurai pelukan mereka.
''Alhamdullah Mami baik, cuma kadang kesepian di tinggal Ayah kamu kerja.'' keluh Tara merosot kan bahu nya.
''Kan Papi kerja juga buat Mami,'' celetuk Bagas.
''Kan masih ada Mbok Dewi yang nemeni Mami,'' sambung Aska setelah menyalimi punggung tangan Tara. Mbok Dewi yang di maksud Aska adalah wanita paruh baya yang membantunya untuk membereskan rumah.
''Ya iya sih, tapi- sudah lah mending kita icipin pisang goreng buatan Mami.'' ucap Tara lebih baik mengalah saja.
''Nenek!'' panggil Lala yang merasa terlupakan.
Tara menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Lala yang cemberut di gendongan sang kakek.
Tara menepuk jidatnya. Bisa-bisanya ia lupa dengan cucu manisnya itu.
Tara menghampiri Lala yang bersedekap dada seraya memanyunkan bibirnya. ''Maaf sayang, Nenek lupa.'' ucap Tara lalu mengusap rambut Lala.
''Nenek mah gituh ... '' manjanya.
***
Saat ini Nahwa dan Tara sedang berada di dapur. Kedua wanita beda usia itu baru saja membuat kue kering.
Nahwa memasukkan kue kering itu ke dalam toples yang sudah di sedia kan oleh Tara sebelumnya.
Sedangkan, Bagas, Aska dan Lala sedang pergi ke empang. Kedua pria beda usia itu sudah berencana untuk memancing bersama di hari minggu ini.
Dan pada akhirnya Lala pun ikut dengan mereka. Bocah itu mengatakan ingin melihat ikan secara langsung, dan mau tak mau Aska mengajaknya.
''Mami antar kue ini ke tetangga samping rumah sebentar ya, Sayang. Nggak lama kok.'' ucap Tara yang membenarkan rambutnya.
''Iya, Mi.'' sahut Nahwa yang masih fokus memasukkan kue ke dalam toples.
''Assalamualaikum ... '' salam Tara sebelum keluar dapur.
''Waalaikumsalam ... '' sahut Nahwa.
Drrrt! Drrt! Drrt!
Nahwa menoleh kearah ponsel di sebelahnya yang bergetar. Ia mengernyit kala menatap nomor baru yang tertera di layar ponsel nya.
''Siapa?'' monolognya lalu menggeser ikon hijau itu.
''Halo?'' ucapnya.
''....''
''Halo? Apakah ada kepentingan? Jika tidak akan saya mati kan.''
Hening sesaat.
Nahwa mengerutkan kening heran menatap ponsel nya yang masih terhubung dengan seseorang itu.
''Nahwa?''
Tepat saat Nahwa hendak menekan ikon hijau itu terdengar suara pria yang memanggilnya.
''Siapa?'' tanya Nahwa.
Diam. Pria tersebut malah terdiam dengan telepon yang masih terhubung.
Nahwa semakin bingung dan penasaran dengan pria tersebut. Ia menjauhkan ponsel nya dari telinganya, lalu menatap nomor asing tersebut.
Nahwa memejamkan matanya mencoba mengingat siapa pemilik suara tersebut yang tak asing di pendengarannya itu.
''Samudra?'' gumamnya pelan menatap kosong ke depan.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Novela Juvenil"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...