Tandai typo
__________________________Nahwa tersenyum kearah sang Mama yang berjalan keluar toko kuenya.
Sebelumnya Reta pamit padanya karena ada arisan bersama teman-temannya, awalnya Reta sudah mengajak Nahwa, namun wanita itu menolak halus dengan alasan ingin mengelilingi toko kue ini. Dan nanti, Reta akan kembali untuk menjemputnya pulang.
Nahwa mengelilingi toko kuenya setelah mencicipi beberapa kue khas tokonya.
Ia tersenyum simpul melihat seorang bocah laki-laki berumur lima tahun menarik tangan sang ibu berjalan mengarah etalase kue khusus untuk brownis.
"Mama, ayo ... Idam mau blownis!"
Terlihat sang ibu menghela napas lelah atas keaktifan sang anak, "Iya sayang, Mama capek tau dari tadi kamu tarik-tarik mulu ..." keluh sang Mama.
Spontan sang anak menghentikan langkahnya lalu menoleh menatap sang ibunda seraya menyengir, "Hehehe, maaf Ma." kemudian keduanya sampai di etalase khusus kue brownis.
Nahwa tersenyum lalu menghampiri ibu dan anak itu yang tengah memilih brownis, "Assalammualaikum, ada yang bisa saya bantu?" tanya Nahwa mengalihkan atensi keduanya.
"Waalaikumsalam ..." jawab ibu dari bocah itu.
"Waalaikumsalam Tante cantik!" antusias bocah itu.
Nahwa terkekeh mendengar penuturan bocah itu, spontan sang Ibu membulatkan mata menatap tajam sang anak. Sedangkan bocah itu hanya menyengir tanpa dosa kearah sang ibu.
Ibu dari anak itu tersenyum kikuk kearah Nahwa, "Maafkan anak saya, Mbak." ucapnya merasa tak enak.
Nahwa tersenyum, "Tidak apa kok, Mbak. Oh iya, perkenalkan saya Nahwa." seraya mengulurkan tangannya.
Ibu dari bocah itu tersenyum lalu menerima uluran tangan Nahwa, "Panggil aja saya Mawar. Idam? Ayo salim sama Tante sayang?" titah Mawar menoleh ke arah sang putra.
Nahwa tersenyum saat Idam menyalimi tangan Nahwa, "Nama aku Idam, Tante! Anaknya Mama Hawa dan Papa Adam!" antusias Idam.
"Idam ..." peringat Mawar.
Idam menyengir kearah sang Mama, "Maksud Idam Mama Mawal, Tante. Hehehe!" bocah itu terkikik geli melihat kekesalan sang ibu.
Nahwa berjongkok menyamakan tingginya dengan Idam lalu mengusak rambut bocah itu, "Iya sayang, kenalin nama Tante Nahwa. Idam mau kue apa?" lembut Nahwa.
Idam menoleh ke arah etalase lalu menunjuk brownis yang berwarna putih, "Itu blownisnya kok walna putih, Tante?"
"Brownis itu terbuat dari coklat putih, Idam. Makanya warna brownisnya seperti itu," jelas Nahwa.
"Mbak Nahwa? Saya mau dong bungkusin yang itu," celetuk Mawar menunjuk bwornis yang barusan di tanya Idam. "Saya penasaran dengan rasanya, " sambung Mawar.
"Idam juga mau!" antusias Idam lalu merentangkan tangannya kearah Mawar berniat meminta gendong. Dengan senang hati Mawar menggendong sang putra.
"Seli!?" panggil Nahwa saat melihat Seli.
"Iya, Mbak?"
"Tolong bungkus brownis yang itu ya untuk Ibu ini," ucap Nahwa menunjuk brownis yang diinginkan Mawar.
''Saya juga mau kue yang ini, ya? Nggak usah di bungkus, makan disini aja.'' ucap Mawar menunjuk kearah kue pai susu.
Nahwa tersenyum mengangguk, ''Mbaknya bisa duduk di bangku kosong sebelah sana ya. Biar saya ambilkan dahulu.'' ucap Nahwa berlalu.
Mawar mengangguk lalu berjalan ke arah bangku kosong yang dekat dengan tempat bermain khusus anak-anak di pojok ruangan itu.
''Main ... !'' seru Idam turun dari gendongan sang ibu dan berlalu ke arah pojok ruangan itu.
''Hati-hati, sayang!?'' tegur Mawar menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya itu.
Tak lama kemudian Nahwa kembali dengan sepiring kue pai susu itu dan menaruhnya di hadapan Mawar.
''Mbaknya ini karyawan disini atau gimana? Soalnya saya beberapa kali kesini tidak pernah melihat Mbak Nahwa ini.'' ucap Mawar penasaran.
Nahwa menggeleng seraya tersenyum, ''Saya bukan karyawan disini, Mbak.'' ucapnya membuat Mawar kebingungan.
''Lah? Terus Mbak Nahwa bantu-bantu disni atau bagaimana?'' herannya.
''Saya pemilik toko ini, Mbak.'' ucap Nahwa di akhiri kekehan kala melihat raut wajah terkejut wanita itu.
''Owalah, pantesan aja. Saya sangat suka kesini walau tidak sering-sering. Kue-kue disini beragam pilihan dan harga juga sangat terjangau, kue-kue disini manisnya pas, tidak lebih atau kurang.'' ucap Mawar menikmati kue painya.
Nahwa mengangguk setuju sebagai jawaban sepertinya toko ini tetap berjalan dengan baik saat dirinya koma.
***
Nahwa berjalan ke ruang kerjanya untuk mengecek saja bagaimana isinya. Karena, selama ini Papanya yang memegang alih tokonya saat ia terbaring koma.
Nahwa berjalan di jejeran rak panjang dengan satu berisi buku-buku novel.
Ia melihat seisi ruangan ini yang ternyata sangat bersih dari debu, sepertinya ruangan ini sering di bersihkan.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu di ketuk dari luar ruang membuat Nahwa mengalihkan atensinya ke arah pintu itu.
''Permisi, Mbak!?'' ucap seorang karywan bernama Rere dari balik pintu.
''Masuk!'' ucap Nahwa lalu pintu terbuka.
Ia menoleh ke arah Rere yang membawa secsngkir cokelat panas, ''Maaf, Mbak. Ini Rere bawa cokelat panas unyuk Mbak Nahwa.'' ucap gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.
Nahwa mengangguk, ''Terima kasih banyak ya, Re.'' ucapnya tersenyum manis ke arah gadis itu.
Rere mengangguk, ''Iya, Mbak. Kalau begitu saya pamit lanjut kerja dulu ya, Mbak. Kalau Mbak Nahwa butuh sesuatu bilang saja sama saya atau sama yang lain.''
Nahwa mengangguk, ''Iya, terimakasih ya, Re.''
Rere mengangguk lalu pamit keluar ruang untuk melanjutkan kerjaannya.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...