Tandai typo
___________________Saat ini, Aska, Nahwa, Lala dan Dio baru saja sampai di rumah. Dengan perlahan Nahwa menggendong Lala ke kamarnya.
Sedangkan Dio? Remaja itu sedang dibangunkan oleh Aska.
''Yo?'' panggil Aska seraya menepuk pelan kepala Dio yabg sedang tertidur pulas.
''Bangun, Yo. Kita udah sampe rumah ini. Tante kamu dan Lala udah masuk loh, kamu mau tidur di mobil nih?''
Perlahan mata remaja itu terbuka. Ia mengucek-ucek matanya lalu perlahan keluar dari mobil.
Aska hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keponakan istrinya itu.
''Arah pintu masuk lewat kiri, Yo. Terus lanjutin tidur kamu di kamar, gih. Inget ya, di-ka-mar!'' peringat Aska kala melihat Dio yang belum sepenuhnya sadar berjalan kearah gudang kecil di sebelah kanannya.
Dio menghentikan langkahnya dan melanjutkan langkah kearah sebelah kirinya dan masuk ke dalam rumah lewat pintu utama.
''Loh! Heh kamu mau kemana!?'' seru Aska kala melihat Dio membuka pintu toilet untuk tamu lalu duduk di wc duduk itu.
Aska menepuk jidatnya lalu berjalan mengampiri Dio yang sudah mendengkur halus.
''Astaghfirullah anaknya Galang ... '' takjub Aska lalu masuk ke dalam toilet dan membantu Dio untuk bangkit.
''Ayo bangun! Kamu ini malah tidur di tolilet, udah bagus Om sediain kamar yang empuk malah milih disini.'' dengus Aska merangkul Dio menuju lantai dua.
Dengan napas terengah-engah Aska meaiki satu demi satu anak tangga. ''Kamu ini masih kecil kok udah seberat ini sih, Yo?'' heran Aska menggelengkan kepala.
Nahwa mengernyitkan dahi kala mendengar ucapan Aska dan berjalan kearah tangga menunu lantai dasar.
''Masih kecil dari mana sih, Mas? Dio kan udah remaja akhir bisa di bilang. Sini aku bantu,'' ucap Nahwa menggelengkan kepalanya melihat sang suami yang sedang kesulitan.
''Tapi ni anaknya si Galang beneran berat banget, Sayang. Mas jadi mikir ni bocah di kasih makan apa sih sama si Galang. Umur masih kecil tapi badan udah sematang gini.'' heran Aska menggelengkan kepalanya heran lalu membuka pintu kamar yang di tempati remaja itu.
''Dio sering ke tempat ngegym, Mas.'' jawab Nahwa membuat Aska mengangguk.
'Pantas saja, badan dia bagus.' batin Aska.
***
Nahwa menaruh secangkir kopi panas di atas meja kerja sang suami, malam ini pria itu sedang sibuk dengan tumpukan berkas-berkas kontrak kerja yang harus ia cek satu-satu.
Sebenarnya, Nahwa masih bingung perihal Aska yang tak jadi lembur. Ia yakin pasti ada sesuatu yang di tutupi suaminya itu.
''Mas?'' panggil Nahwa duduk di bangku yang ada di depan meja kerja pria itu.
Aska yang sesang menandatangani surat kontrak kerja lalu mendongak menatap sang istri, ''Kenapa sayang? Butuh sesuatu heum?''
Nahwa menggelengkan kepalanya, ''Nggak, Mas. Aku cuma kepikiran aja kamu kenapa nggak jadi lembur, bukan aku apa. Hanya saja aku merasa aneh saja. Apakah semuanya baik-baik aja?'' ucapnya menatap penasaran sang suami.
Aska diam sejenak lalu membuka kacamata bacanya. Ia merasa bingung, jika ia mengatakannya pada Nahwa, mungkin wanita itu akan khawatir.
Ia menghela napas lalu menatap manik mata Nahwa, ''Semuanya baik-baik aja kok, sayang. Kamu nggak perlu mencemaskan sesuatu. Mas tadi hanya berpikir, mungkin alangkah baiknya kalau pekerjaan Mas di bawah pulang aja.''
Nahwa diam sejenak setelah mendengar penjelasan Aska lalu menatap manik mata itu yang menyiratkan sesuatu hal yang di tutupi.
Mungkin Aska belum siap untuk mengatakannya padanya pikir wanita itu.
Ia mengangguk lalu tersenyum kearah Aska, ''Iya, Mas. Mas mau di buatkan makanan sesuatu?'' tawar Nahwa.
Aska tampak berpikir sejenak lalu mengangguk, ''Mas pengen mie instan goreng ya, sayang.'' pintanya.
''Sekali ini aja, kok.'' lanjutnya kala melihat tatapan Nahwa yang tidak setuju.
Nahwa menghela napas lalu mengangguk saja, ''Sekali ini aja loh, Mas. Besok-besok big no.''
Aska terkekeh lalu mengangguk, ''Iya sayang, iya ... '' lembutnya.
Nahwa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami dan berlalu menuju dapur.
Saat ini Nahwa sedang menyiapkan dua bungkus mie instan untuk di rebus. Ia kan juga jadi pengen setelah mendengar permintaan sang suami.
''Tante?'' panggil Dio dari arah belakang.
Nahwa menoleh kearah Dio yang sedang meminum segelas air putih. Sepertinya remaja itu terbangun dari tidur karena merasa haus.
''Haus?'' tanya Nahwa yang di balas anggukan dari sang empu.
Dio berjalan kearah Nahwa dan melongok kearah isi panci, ''Dio juga mau dong, Tan.'' pinta Dio.
''Yaudah, kamu duduk dulu biar Tante buatin.'' titah Nahwa di balas anggukan dari sang empu.
''Gimana sekolahnya tadi? Aman kan?'' tanya Nahwa seraya menyajikan mie di atas tiga piring di hadapannya.
''Aman kok, Tan. Cuma di suruh bersihin perpustakaan karena ketiduran di jam pelajaran kimia.''
Nahwa menoleh kearah Dio yang menopang dagunya di atas meja dengan mata terpejam.
''Kok bisa ketiduran di jam pelajaran sih? Kamu tadi malam tidur jam berapa memangnya?'' tanya Nahwa.
Padahal, kemarin malam pukul sembilan remaja itu sudah masuk ke kamar untuk tidur.
''Dio tuh udah tidur, Tan. Terus tengah malem temen Dio iseng nelponin Dio terus-terusan. Pas udah Dio angkat dan nanya kenapa di tengah malem nelepon, dia malah bilang karena dia nggak bisa tidur dan gabut dia malah nelpon Dio. Kan esmosi jadinya. Ya karena itu malah Dio yang ikut-ikutan nggak bisa tidur!'' cerocos Dio menggebu-gebu.
Nahwa terkekeh mendengar penuturan Dio yang emosi. Apalagi, keponakannya itu memiliki kesabaran setipis tisu di bagi dua.
''Udah-udah, nih makan dulu mienya, Tante mau anter untuk Om kamu dulu. Abis makan langsung balik ke kamar ya.'' pungkas Nahwa di balas anggukan oleh sang empu.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...