32 END

12.8K 283 3
                                    

Tandai typo
__________________

Dio menyembulkan kepalanya ke dapur. Ia melihat Nahwa yang sedang membuat bumbu rujak.ia melihat hanya tinggal bengkoang saja yang belum di iris.

Ia berjalan kearah meja makan. ''Dio boleh bantuin potong buahnya ya, Tan.''

Nahwa menoleh kearah Dio yang memegang bengkoang. ''Boleh banget kok, tapi hati-hati ya. Awas loh kena jarinya,'' peringat Nahwa.

''Siap, Tan!'' seru Dio berlagak hormat.

''Bunda!'' seru Lala seraya berlari kearah dapur.

''Hati-hati, Nak!'' peringat Nahwa kala melihat Lala yang berlari menuju meja makan dengan napas terengah-engah.

''Iyah, Bun-dah!'' ucapnya dengan napas terengah-engah lalu menoleh keaeah Dio yang sedang fokus memotong bengkoang.

''Bang Dio! Lala minta tolong ambilin minum dong!'' pinta bocah itu.

Dengan segera Dio menuang air putih itu ke gelas lalu memlnyodorkan kearah Lala.

''Lagian kamu ini ngapain lari-lari coba, tuh napas tinggal seperempat. Kasian tuh paru-paru kecil kamu, di paksa kerja karena kamu yang lari-lari.''

''Bang Devan sama Kak Devanya mana, Nak? Tadi katanya main sama mereka,'' tanya Nahwa bingung.

Lala meneguk habis air putih itu lalu menaruhnya di atas meja dengan kuat, membuat Dio dan Nahwa terlonjak kaget.

''Hati-hati atuh, cil. Untung aja Abang nggak asa riwayat sakit jantung, amit-amit dah.'' cibir Dio mengelus dadanya sabar.

Nahwa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya.

Lala memutar bola matanya malas lalu menatap sinis Dio, ''Celewet banget sih.'' cibirnya lalu menatap sang Bunda.

Sedangkan Dio menatap tajam Lala. Jahat sekali mulut bocah itu, pikirnya.

''Meleka ada di lual, Bunda. Lala haus kalna di lual sangat-sangat panas dan telik, tenggolokan Lala butuh di alili ail.'' keluh Lala merosotkan bahunya dengan tangan kanan mengusap lehernya dan menatap lelah sang Bunda.

''Gegayaan lu segala bocil!'' sinis Dio melempar kulit bengkoang ke arah Lala yang mendrama.

Lala menatap garang ke arah Dio. Dio balik menatap Lala dengan tatapan sengit.  

''Ape lu!'' tantang Dio mengangkat dagunya tinggi.

''Dasar boncel!'' lanjutnya.

Lala yang di sebut boncel merasa tak terima. Ia semakin menatap Dio sengit, ''Dasal beton, udah kulus, kelas juga tu badan.'' cibir Lala membuang wajah kesal.

''Kayak Lala dong ... ! Gemoy nih liat nih banyak daginya nggak kayak punya Bang Dio udah nggak ada kelas pula pelutnya!'' sombong bocah itu mempelihatkan perut buncitnya dengan dagu di angkat tinggi.

Spontan saja Dio tertawa kerasa sampai terbatuk-batuk melihat ke konyolan sepupu kecilnya itu. Sedangkan Nahwa hanya tertawa pelan melihat tingkah putrinya itu.

Lala menatap sinis Dio yang tertawa keras, ''Bang Dio ili ya? Nggak punya pelut gemoy kayak Lala!'' tuding bocah itu membuat Dio semakin tertawa sampai memegang perutnya seraya mukul-mukul meja.

Lala bergidik ngeri menatap Dio yang seperti orang kesurupan jin tomang. ''Bang Dio kayak olang kesulupan,'' ucapnya.

Perlahan-lahan tawa Dio berhenti lalu ia mengusap jejak air matanya. ''Eh bocil! Ini tuh namanya roti sobek!'' seraya memamerkan perut six packnya.

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang