25

5K 167 0
                                    

Tandai typo
____________________


''Anak-anak belum bangun, Mas?'' tanya Nahwa yang sedang mengaduk sup.

Seperti biasa, setiap paginya Nahwa pasti memasak makanan berkuah dan tidak membuat sarapan dengan menu roti.

''Tadi, Mas udah bangunin Dio cuma Lala yang nggak mau bangun sedari tadi. Jadi Mas tinggal aja, kasian semelam pasti capek main sama Dio.''

Nahwa hanya mengangguk lalu menyajikan sup ke dalam wadah yang sudah ia sediakan kemudian ia membuatkan kopi susu untuk Aska dan dua susu rasa vanila untuk Lala dan Dio.

''Mas hari ni jadi lembur?'' tanya Nahwa karena semalam pria itu mengatakan akan lembur kerja.

''Iya, sayang. Nanti kamu tidur deluan aja nggak usah nunggu Mas pulang, mungkin Mas akan pulang larut nanti.'' ucap Aska.

Nahwa hanya mengangguk lalu menyiapkan sarapan pagi di atas meja makan.

''Pagi, Tante ku sayang dan selamat pagi juga Baginda Tuan Aska!'' sapa Dio dengan semangatnya lalu duduk di bangku.

Aska dan Nahwa tertawa pelan mendengar sapaan Dio. ''Minum dulu susunya, Yo. Tante mau bangunin Lala dulu.'' ucap Nahwa menyodorkan susu di hadapan Dio lalu beranjak menuju kamar untuk membangunkan bocah itu.

Ceklek!

Nahwa membuka pintu kamar itu lalu melihat Lala yang sedang duduk sambil menatap langit-langit kamar.

''Lala udah lama bangunnya, Nak?'' tanya Nahwa lalu mengusap rambut sang putri.

Lala hanya mengangguk lalu merentangkan kedua tangannya kearah sang Bunda. Nahwa tersenyum geli, dengan senang hati ia menggendong bocah itu menuju kamar mandi.

''Lala mau mandi pagi ini atau pulang sekolah?'' tanya Nahwa setelah membasuh wajah sang putri.

Bocah itu terlihat sedang berpikir lalu menatap sang Bunda, ''Lala pulang sekolah aja ya mandinya, Bunda. Nanti kalau Lala seling-seling mandi nanti ailnya habis dong.'' tutur bocah itu menatap serius Nahwa yang tertawa pelan.

''Iya-iya deh, terserah tuan putri aja.'' ucap Nahwa mengalah lalu kembali ke kamar untuk mengganti tidur bocah itu nenjadi seragam sekolah setelah semuanya selesai dan siap, Nahwa menggandeng  Lala menuju ruang makan.

''Bang Dio!'' seru Lala berlari kearah Dio.

''Woe bocil ... !'' seru Dio tak kala heboh.

Lala yang tersenyum lebar di depannya spontan menatap datar kearahnya. Lala mendengar kesal lalu mencubit kuat tangan Dio membuat sang empu meringis kesakitan seraya mengusap tangannya yang bekas cubitan bocah itu.

Sedangkan Lala? Bocah itu membuang muka dan meminta Nahwa untuk membantunya duduk ke atas bangku.

''Lala nggak boleh kayak gitu, sayang. '' tegur Nahwa. ''Kan kasian Abang Dionya kesakitan tuh.''

Lala hanya diam dengan raut wajah kesal lalu meneguk habis susunya.

Aska hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang putri yang entah menurun dari siapa.

''Ayo minta maaf sama Bang Dionya,'' titah Nahwa di balas gelengan keras dari sang empu.

Nahwa menghela napas lalu mengusap puncak kepala Lala, ''Lala nggak boleh gitu sayang. Kalau kita berbuat salah kita harus minta maaf. Allah nggak suka sama hambanya yang menyakiti sesama saudara, Allah juga nggak suka loh liat anak yang nggak mau menuruti ucapan orang tuanya. Emang Lala mau Allah  marah sama, Lala? Nanti kalau Bang Dio nggak mau main sama Lala terus Lala nggak ada temennya gimana?''

Bocah itu menggeleng keras lalu turun dari bangku dan berlari kecil kearah Dio yang hanya menatapnya.

Lala menggoyangkan kaki Dio dengan wajah memelas ia berkata,  ''Bang Dio malah, ya?'' tanyanya.

Dio hanya diam tak menanggapi. ''Bang Dio benelan malah?'' tanya bocah itu sekali lagi. Lagi dan lagi Dio hanya diam.

''Maapin Lala ya, Bang Dio. Lala nggak mau masuk nelaka kalna nakal jadi Lala minta maap ya!''

Dio hanya diam melihat tingkah Lala, ia hanya ingin tahu apa yang akan di lakukan bocah itu selanjutnya.

''Iyyiih ... Kok Bang Dio diem aja sih ... '' kesal Lala semakin kuat menggoyangkan kaki Dio.

Hening.

Lala menatap Dio dengan berkaca-kaca. Sedangkan remaja itu menatap datar kearahnya.

''Hiks hiks, Bang Dio udah nggak sayang lagi sama Lala ... '' gumam bocah itu seraya mengusap air matanya.

Dio tersenyum simpul lalu membawa Lala kepangkuannya. ''Udah ... Bang Dio nggak marah kok. Bang Dio juga minta maaf ya.'' ucap Dio lalu memeluk Lala sesekali ia mengecup puncak kepala bocah itu.

Aska dan Nahwa tersenyum bangga melihat interaksi keduanya.

''Kayaknya kita lanjut makan dulu deh, nanti aja seksi pelukannya. Perut Om udah laper banget, nih.'' celetuk Aska membuat Lala dan Dio menguraikan pelukan mereka.

Beberapa menit kemudian sarapan pagi selesai dan kini Nahwa sedang merapikan dasi yang di kenakan sang suami.

''Dio!? Jangan lupa pakai tas kamu, nanti ketinggalan lagi.'' tegur Nahwa melihat Dio yang bersedan gurau dengan Lala sedangkan tas remaja itu berada di meja ruang tengah.

Dio menepuk jidatnya kala sadar ia hampir saja melupakan tasnya.

''Mas berangkat aja duluan. Biar aku yang antar anak-anak sekalian mau toko.''

Aska menggeleng tegas, ''Kamu di rumah aja, biar Mas yang anterin anak-anak. Toko biar Mas aja yang urus kamu di rumah aja duduk tenang.''

Kali ini Nahwa yang menggeleng tegas, ''No! Nggak akan terjadi apa-apa kok, Mas. Jadi Mas nggak perlu khawatir berlebihan gini. Lagian sekolahnya anak-anak kan nggak jauh dari rumah dan malah dekat sama toko juga, malah berlawanan arah sama kantor, Mas.'' jelas NahKantor Mas sama sekolah anak-anak kan lawan arahwa berusaha meyakinkan sang suami.

Nahwa menghela napas lalu tersenyum kearah sang suami yang hanya diam menatapnya. ''Mas tenang aja, Allah pasti akan melindungi setiap hambanya, dan Allah pasti akan menguji kita dengan memberi ujian hidup untuk mengetes seberapa kuatnya iman kita dan sekencang apa doa kita dan selama apa sujud kita pada-Nya.'' ucap Nahwa lembut seraya mengusap pipi kanan sang suami.

''Mas, nggak perlu khawatir. Aku pasti selalu hati-hati kok.'' yakin Nahwa menangkup pipi sang suami.

Aska menghela napas lalu menarik kedua tangan Nahwa yang berada di pipinya lalu di genggamnya, ''Mas hanya khawatir, sayang. Mas nggak mau terjadi suatu hal buruk nantinya. Mas benar-benar takut.''

Nahwa tersenyum lembut kearah sang suami, ''Yakin aja sama Allah, Mas. Apa yang terjadi dalam hidup jika Allah berkehendak pasti semuanya akan tetap terjadi sekalipun kita dalam keadaan aman. Jadi, Mas jangan terlalu cemas semua pasti akan baik-baik aja.''

Aska menghela napas pasrah lalu mengangguk. ''Mending Mas berangkat sekarang deh. Udah jam segini, takutnya nanti karywan kamu malah nyontoh kamu yang telat datang.''

Aska hanya mengangguk lesu, ''Mas berangkat dulu  ya, Sayang. '' ucap Aska menyodorkan punggung tangannya kearah Nahwa. ''Assalamualaikum, '' salamnya.

''Iya, Mas. Waalaikumsalam ... '' jawab Najwa mencium punggung tangan sang suami lalu Aska mengecup kening sang istri beberapa detik.

''Hati-hati bawa mobilnya, Mas!'' peringat Nahwa sebelum Aska melajukan mobilnya.

''Dio! Lala! Ayo berangkat sekolah!'' panggil Nahwa.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang