Tolong tandai typo:)
______________________________________
Pagi ini Nahwa tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi bersama sang Mama. Dengan lincah, Nahwa memasukkan potongan wortel dan kentang ke dalam panci.
"Na? Mama buang sampah dulu ke depan!" ucap Reta berlalu dengan menenteng kantung plastik sampah ke luar rumah.
"Iya, Ma!" sahut Nahwa lalu memasukkan bumbu ke dalam panci yang berisi soto.
Nahwa mengusap keringat di dahinya lalu mengambil gelas hendak minum. Ia mengernyit saat melihat gelas berwarna hijau muda dengan gambar animasi katak di atas kulkas.
"Mengapa aku merasa tak asing? Padahal, ini kali pertama aku melihat gelas itu." gumam Nahwa.
Nahwa menggelengkan kepala lalu mematikan kompor gas ketika soto yang di masaknya sudah matang. Kemudian ia memindahkan soto itu ke dalam wadah yang sudah ia sediakan sebelumnya lalu menaruhnya di atas meja makan.
"Udah mateng, Na?" celetuk Reta.
"Udah, Ma? Mama duduk aja, biar Nahwa yang panggil Papa."
"Tidak perlu princess, Papa sudah disini!" celetuk Bondan di ambang pintu dapur lalu mengecup singkat dahi sang istri dan sang putri.
Nahwa tersenyum, "Yaudah, sekarang mending kita sarapan. Papa mau pake apa? Biar Nahwa ambilin," ucap Nahwa seraya menaruh nasi ke atas piring.
"Papa mau soto, tempe goreng, ayam goreng. Itu aja!"
Nahwa mengangguk kemudian menaruh piring itu di deoan Bondan. "Kalau Mama?" tanya Nahwa seraya menaruh nasi ke atas piring.
"Mama mau sama soto and ayam goreng aja, sayang!"
Nahwa mengangguk lalu menyerahkan piring itu di depan Reta. Kemudan ia mengambil nasi serta lauk pauk untuk dirinya sendiri.
***
"Permisi, Pak? Ini berkas yang harus Bapak tanda tangani," ucap sekretaris Aska yang bernama Dodi.
Aska yang mengangguk lalu menandatangani berkas tersebut. "Bagaimana dengan istri saya?" tanya Aska pada Dodi.
"Anda tenang saja, Pak. Suruhan saya yang mengawasi istri Bapak dan mengatakan semuanya baik-baik saja," jelas Dodi.
" ... kalau begitu pantau terus, jika terjadi sesuatu katakan langsung pada saya. Saya yakin, demit satu itu pasti akan terus berusaha mencelakai istri saya." tegas Aska dengan mata yang penuh amarah dan rahang yang mengeras.
"Baik, Pak! Kalau begitu saya pamit, permisi!" ucap Dodi berlalu dari ruangan Aska.
Aska meraih figura berbingkai hitam dengan poto preweding dirinya dan sang istri saat menjelang pernikahan mereka beberapa tahun lalu.
Aska mengusap figura itu dengan tatapan sendunya, "Aku sangat merindukanmu sayang! Aku nggak bisa diam aja kaya gini, dan aku janji akan bantu kamu untuk ingat semua tentang kita."
***
Sore ini kediaman Bondan dan Reta benar-benar ramai dengan teriakan Dio dan sahutan Nahwa. Namun, sepuluh menit yang lalu Dio pamit keluar pada Nahwa.
Flashback on
Dio menonjok-nonjok pelan lengan Nahwa dengan terlunjuknya. Nahwa menoleh ke arah Dio, "Napa, Yo?" tanya Nahwa dengan mata yang pokus ke arah layar TV.
"Dio mau keluar sebentar, Tan. Pengen beli nasi gurih di depan kompleks, tadi pas lewat keliatan rame. Jadi, Dio pengen beli karena penasaran sama rasanya!" jelas Dio.
"Yaudah!" singkat Nahwa.
"Tante mau sekalian nggak nih?" tawar Dio.
"Tante beliin rujak yang depan kompleks aja, pake buah nanas, jambu air, mangga sama bengkoang aja!" lalu menyodorkan uang lima puluh ribu, "Lebihnya untuk kamu!"
"Siap Kanjeng ratu!" semangat Dio membungkukkan punggung dan berlalu.
Flashback off
"Loh, Wa? Dio kemana?" tanya Reta yang baru kembali dari dapur.
"Beli makanan, Ma." sahut Nahwa yang di balas anggukan dari Reta.
Reta mendudukkan bokongnya di samping Nahwa. Reta menatap sendu Nahwa dari samping, 'Mama berharap kamu cepet ingat semuanya, Wa. Ada princess yang membutuhkanmu sebagai Ibunya'
"Na? Nanti ke mall yuk, Mama mau beli sesuatu."
"Abis Dzuhur aja ya, Ma? Nanggung juga kalo pergi sekarang."
Reta menganguk setuju, "Nanti sekalian mampir ke kantor Papa, Mama mau anter puding kesukaan Papa kamu."
"Iya, Ma." sahut Nahwa.
"Assalammualaikum ya robun!" pekik Dio di ambang pintu seraya menenteng dua kantung plastik asoy.
"Waalaikumsalam!" jawab Reta dan Nahwa bersamaan.
"Jangan teriak-teriak, Yo." peringat Reta.
Dio berjalan kearah mereka lalu menyengir, "Maaf, Oma."
***
Tepat saat Tara, selaku Mami dari Aska sekaligus Nenek Lala membuka pintu ruangan Aska, Lala langsung ngacir masuk ke dalam ruangan dengan tas kecil berbentuk kepala beruang di punggungnya.
"Ayah ... !" antusias Lala yang menghampiri sang Ayah.
Aska yang baru mematikan laptopnya terlonjak kaget akibat suara melengking sang putri yang memanggilnya.
Tara yang mendengar itu meringis kala telinganya berdengung akibat suara nyaring sang cucu.
Aska mengangkat tubuh mungil Lala ke atas pangkuannya lalu mengecup dahi sang putri, "Lala tau nggak kalo Ayah tu kesal?"
Lala memiringkan kepalanya bingung seraya menatap polos sang Ayah, "Kecel?"
Aska mengangguk, "Ayah kesel sama Lala tau. Ayah selalu mengingatkan Lala untuk jangan teriak seperti tadi, karena takut tenggorokan Lala sakit terus suara Lala hilang."
Tara tersenyum melihat interaksi antara Ayah dan anak itu lalu ia mendudukkan bokongnya di sofa yang tersedia di ruangan itu.
"Emang Lala mau tenggorokannya sakit terus suara hilang?" tanya Aska seraya mengusap rambut sang putri.
"Ehm ... emanna cuala bica ilan?"
Aska tersenyum lembut lalu menjawil hidung sang putri, "Bisa. Karena Lala teriak terlalu kencang mengakibatkan tenggorokan Lala jadi sakit, itu juga akan membuat suara Lala hilang ... " lembut Aska memberi pengertian sang putri.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...