Tandai typo
____________________Saat ini, Nahwa sedang berada di depan pintu kelas yang akan di tempati Lala belajar nantinya. Nahwa menoleh ke belakang kearah Aska yang sedang berjalan kearahnya setelah berbicara dengan salah satu guru di sana.
Aska tersenyum kearah Nahwa. ''Udah selesai, Mas?'' tanya Nahwa.
Aska mengangguk, ''Udah kok, sayang.'' jawabnya lalu berjongkok di depan Lala yang sedang tersenyum lebar ke arah teman-temannya.
''Lala ingatkan apa yang Ayah bilang?'' tanya Aska.
Bocah itu mengangguk antusias, ''Ya, Ayah!'' serunya.
Aska tersenyum seraya menjawil hidung mungil sang putri, ''Cobak Ayah bilang apa ke Lala?'' tanya Aska.
''Lala nggak boleh nakal, nulut sama gulu, nggak boleh ganggu temen, kalau ada yang jahat tinju aja!'' ucap batita itu mengulang ucapan sang Ayah waktu itu.
Spontan Nahwa yang sedang melihat melengkapan isi tas Lala langsung membulatkan mata mendengar penuturan terakhir sang putri.
''Mas!?'' tegur Nahwa menatap tajam sang suami.
Sedangkan Aska hanya menyengir kearah sang istri, ''Kamu ini kenapa ngajarin Lala kayak gitu sih?'' kesal Nahwa tak terima.
Nahwa menghela napas lelah lalu berjongkok di hadapan sang putri. ''Lala? Jangan dengerin kata Ayah oke? Kalau ada yang jahat sama Lala, Lala nggak boleh jahatin balik ya, sayang? Allah nggak suka kalau hambanya membalas kejahatan dengan kejahatan. Allah nanti akan murka, Lala nggak mau kan kalau Allah marah sama, Lala?''
''Lala nggak mau Allah malah, Bunda. Lala takut masuk nelaka, nanti di bakal, Lala kan takut.'' ucap batita itu bergidik ngeri.
Nahwa tersenyum genas lalu mengusap puncak kepala sang putri. ''Anak bunda, pinternya ... ''
Aska melihat interaksi keduanya tersenyum bangga. ''Udah-udah itu gurunya mau masuk,'' celetuk Aska saat melihat seoraglng guru berjalan kearah kelas yang ada di hadapan mereka.
''Lala jangan nakal, okey!'' peringat Nahwa di balasan anggukan oleh sang empu.
''Nanti pulang nya Bunda jemput, inget kata Bunda. Nggak boleh balas kejahatan orang, Okey!?'' ulang Nahwa.
''Ay! Ay! Kapten!'' seru Lala layaknya hormat pada Nahwa.
Nahwa terkekeh gemas kearah sang putri. ''Yaudah salim dulu dong sebelum masuk.'' ucap Nahwa menyodorkan tangannya kearah Lala.
Bocah itu tertawa pelan lalu mencium punggung tangan sang Ibu. ''Ini belum?'' kode Nahwa mengetuk pipi kanan dan kiri dengan jari telunjuknya.
Dengan cepat Lala mengecup pipi kanan dan kiri sang bunda.
''Loh kok Ayah enggak?'' celetuk Aska mengetuk pipi kanan dan kiri dengan telunjuk nya.
Bocah itu tertawa pelan lalu mengecup kedua pipi sang Ayah. Aska tersenyum kearah sang putri lalu mengecup kening sang putri sebelum masuk ke dalam kelas.
''Untuk Ayah dan Bunda, mohon maaf ya. Si kecil harus masuk kelas, Ayah dan Bunda bisa me jemput kembali setelah waktu pulang nanti,'' ucap ramah seorang guru.
''Iya, Bu. Saya titip putri kami ya,'' ucap Nahwa tersenyum kearah sang guru tersebut.
Guru itu tersenyum lalu mengangguk, ''Tentu, Bunda.''
Nahwa tersenyum lalu memakai kan tas berbentuk kepala beruang itu di punggung Lala. ''Lala inget kata Bunda, kan?'' tanya Nahwa di balas anggukan antusias oleh bocah itu.
Nahwa mengangguk seraya tersenyum lembut kearah sang putri. Guru yang bernama tag Tia itu tersenyum lembut melihat interaksi antara ibu dan anak itu.
''Lala? Ayo salim dulu sama Ayah dan Bunda,'' titah Tiga.
''Iya, Bu Guru!'' antusias bocah itu lalu mencium punggung tangan Nahwa dan Aska.
''Inget loh jangan nakal dan nurut sama Bu Guru,'' ucap Nahwa kesekian kalianya membuat Lala tertawa geli melihat tingkah sang Bunda.
Sedangkan Aska menggelengkan kepala melihat sang istri yang sudah kesekian kalinya berkata demikian.
Kemudian keduanya pamitnya undur diri. ''Mas langsung ke kantor aja, nggak perlu nganter pulang lagi. Aku biar naik taxi aja,'' ucap Nahwa pada Aska.
Aska menoleh kearah sang istri, ''No, sayang. Biar Mas yang anter pulang.'' bantahnya lalu menggenggam tangan Nahwa menuju mobil.
Sedangkan Nahwa? Wanita itu hanya pasrah saja sampai saat ini ia sudah berada di dalam mobil.
Kini Aska mulai melajukan mobilnya hingga keheningan di antara keduanya pun terjadi.
''Mas?'' panggil Nahwa menoleh kearah sang suami yang fokus kearah jalanan.
''Kenapa, sayang?'' tanya Aska menoleh kearah Nahwa sekilas.
''Kayanya antarin aku ke toko aja deh, Mas. Biar nanti lebih deket jemput putri kita.''
''Biar, Mas aja yang jemput princess, sayang. Kamu jangan kemana-mana, di toko aja.''
Nahwa menoleh kearah Aska dengan tatapan tak terima, ''Kok gitu?''
Aska menatap kearah Nahwa kala lampu hijau berganti merah lalu menggenggam tangan kanan itu. ''Mas nggak mau kamu kenapa-napa. Mas takut terjadi sesuatu sama kamu di saat Mas lagi nggak di samping kamu.'' ucapnya menatap sendu sang istri.
Pria dewasa itu masih sering dulu hantui rasa takut saat masa-masa dimana Nahwa kecelakaan berujung koma.
Nahwa yang paham dengan ketakutan sang suami lalu menggenggam tangan Aska seraya tersenyum kearah sang empu, ''Mas nggak perlu khawatir. Aku pasti selalu berhati-hati kok, dan Insya Allah nggak akan terjadi apa-apa jadi Mas tenang aja, okey?'' bujuk Nahwa berusaha meyakinkan dan menenangkan Aska.
''Lagi pun kan Mas harus meeting dengan klien, jadi Mas nggak perlu cemas, semua akan baik-baik aja kok.'' ucap Nahwa mengusap pipi Aska.
Aska terdiam lalu tak lama mengangguk pasrah.
''Senyum dong,'' ucap Nahwa tersenyum lembut kearah sang suami.
Aska menghela napas perlahan lalu tersenyum lembut kearah sang istri. Kemudian Aska kembali melajukan mobilnya kala lampu yang tadinya merah berubah menjadi hijau.
o0o
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Nahwa!? (Lengkap)
Teen Fiction"Astaghfirullah! Gimana ceritanya gue bisa transmigrasi? Gak! Gak mungkin! Gue pasti mimpi," seraya menepuk-nepuk pipinya. *** Brugh! Ia terkejut. Tiba-tiba saja ada yang memeluk kakinya. kemudian ia menunduk melihat siapa yang memeluk kakinya, yan...