3

26.7K 1.3K 12
                                    

Tanda typo
___________________________



Setelah dua hari berada di rumah sakit akhirnya Nahwa di perbolehkan pulang, dan saat ini ini sedang berdiri di depan rumah megah dan mewah kediaman Bondan and Reta.

"Yuk masuk sayang!" ucap Reta menggandeng tangan Nahwa.

Bondan tersenyum melihat perubahan putrinya. Awalnya Nahwa tidak mengenakan pakaian seperti sekarang yang menggunakan pakaian muslim. Kini ia lebih terlihat cantik dari biasanya.

Kemudian Bondan berjalan memasuki rumah mewahnya menyusul anak dan istrinya. Para pembantu rumahnya tercengang melihat penampilan Nahwa yang kini lebih tertutup, mereka benar-benar bahagia melihat putri majikan mereka yang sudah bangun dari komanya, di tambah dengan penampilan saat ini.

"Mereka yang membantu Mama mengurus rumah sayang. Yang itu namanya Bik Ina, dan yang disampingnya Bik Eli." jelas Reta memperkenalkan dua wanita yang berumur 39 tahun dan 45 tahun.

Bik Ina dan Bik Eli tersenyum ramah kearah Nahwa, sebelumnya keduanya sudah mengetahui perihal Nahwa yang hilang ingatan.

Nahwa tersenyum seraya mengangguk setelah mendengar penuturan Reta. "Yaudah, sekarang kamu istirahat di kamar ya? Biar Papa yang antar kamu ke kamar," celetuk Bondan seraya mengusap puncak kepala Nahwa.

"Kalo gitu Mama akan buatkam puding kesukaan kamu!" antusias Reta dan berlalu menuju dapur diikuti Bik Ina dan Bik Eli.

Kemudian Bondan dan Nahwa menaiki tangga menuju lantai dua tempat dimana letak kamar Nahwa.

"Papa seneng ... banget, kalo princess Papa udah bangun dari tidur panjangnya. Papa bener-bener takut kehilangan princessnya Papa. Jangan buat Papa, Mama dan yang lain khawatir lagi ya? Papa takut," ucap Bondan sesampainya di depan pintu kamar Nahwa.

Nahwa tersenyum lalu mengangguk, "Insa Allah, Pa. Semoga Allah lindungi Nahwa terus, Papa jangan khawatir ya?"

Bondan tersenyum lalu merentangkan tangannya, "Sini peluk Papa?"

Nahwa tersenyum, dengan senang hati ia memeluk Bondan. Bondan mengecup kening Nahwa, "Sekarang kamu istirahat ya? Papa mau bantuin Mama kamu buat puding." seraya melepas pelukan.

Nahwa megangguk lalu masuk ke dalam kamar yang berwarna mint dan seprai yang yang bermotif kotak-kotak dengan paduan warna putih dan mint. Kamar ini lumayan cukup luas, di pojok kamar terdapat rak-rak buku, dan balkon kamar yang langsung berhadapan dengan jalanan komplek yang terlihat ramai.

***

Pada malam harinya keluarga kecil Galang akan menjenguk sang Adik yang baru di perbolehkan pulang dari rumah sakit siang tadi.

"Assalamualaikum ... !" salam Galang, Cika dan Dio saat memasuki kediaman Bondan.

"Waalaikumsalam!" semangat Reta menghampiri ketiganya.

"Ayo masuk!" ucap Reta mempersilakan ketiganya duduk di ruang tv yang terlihat Bondan yang sedang menatap layar tv besar itu yang menampilkan sebuah acara komedi.

Ketiganya lalu menyalami punggung tangan Reta dan Bondan. "Hai boy? Gimana sekolah kamu?" tanya Bondan pada Dio, cucu pertamanya.

"Baik, Opa. Opa sehatkan?" tanya Dio, remaja kelas 11 itu.

Bondan tersenyum, "Opa sehat kok."

"Ma?" panggil Cika.

"Kenapa, Kak?" tanya Reta.

"Nahwa gimana? Sudah mendingan kan?" tanya Cika khawatir. Ia sudah menganggap Nahwa sebagai adiknya sendiri, karena sedari dulu ia sangat menginginkan adik perempuan. Tapi apalah daya, dia adalah bungsu dari tiga bersaudara.

"Alhamdulillah Nahwa sudah mendingan, ia mengalami amnesia akibat kecelakaan waktu itu. Mama jadi kasian dengan cucu Oma yang lain," lirih Reta di akhir kalimat.

"Galang juga bingung harus berbuat apa, kata Papa saat Nahwa mencoba mengingat suaminya yang waktu itu menghampirinya membuatnya pusing." timpal Galang.

"Kita berdoa saja, semoga Nahwa mendapat ingatannya kembali." celetuk Bondan.

"Terus Tante dimana, Opa?" tanya Dio.

"Tante kamu lagi istirahat di kamarnya, sayang." jawab Reta.

"Ma! Mama!?" panggil Nahwa sedikit mengeraskam suaranya.

"Mama di ruang tv, Sayang!" dan tak lama pun terlihat Nahwa yang menggunakan piyama berwarna moca polos plus jilbab instan berwarna hitam seraya berjalan kearah sang Mama.

Nahwa mengernyit menatap tiga orang asing di hadapannya. Ketiganya tercengang melihat penampilan Nahwa yang memakai jilbab. Cantik, pikir mereka.

"Tante ... " panggil Dio.

"Dek?" panggil Galang bersamaan dengan Dio.

Nahwa menatap bingung keduanya. Reta menatap sendu Nahwa kala melihat raut wajah kebingungan sang putri.

"Sayang ... itu adalah Abang kamu, Galang." tunjuk Reta kearah Galang yang menatap Nahwa sendu kemudian beralih menunjuk Cika. "Yang di sampingnya itu Kakak ipar kamu, Cika. Dan yang berada di samping Papa kamu itu keponakan kamu, Dio." sambungnya.

"Tante ... ini Dio, keponakan Tante yang paling tampan." lirih Dio.

Nahwa tersenyum manis, "Maap, aku sudah melupakan kalian."

Cika berjalan menghampiri Nahwa lalu memeluk wanita itu erat diikuti Dio kamudian Galang, Reta dan terakhir Bondan. Jadilah keenamnya berpelukan.

Nahwa membulatkan mata kala napasnya mulai terasa sesak karena sulit bernapas akibat ia yang di peluk oleh ke lima manusia itu.

"Ak-aku sulit bernapas!" cicit Nahwa, spontan mereka semua melepas pelukan membuat Nahwa menghirup udara banyak-banyak.

Spontan mereka semua tertawa mengingat kejadian barusan yang mereka lakukan.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang