24

4.6K 178 0
                                    

Tandai typo
___________________


''Assalamualaikum ... !'' Salam Aska saat nemasuki rumah. Ia meilirik jam tangannya yang menunjukkan pukul tujuh belas lewat lima belas menit, yang itu artinya satu jam lagi akan adzan magrib.

Ia mengernyit kala suasana rumah terlihat sepi nan sunyi. Ia berjalan kearah dapur, namun langkahnya terhenti saat hendak melewati ruang tengah.

Ia melihat Lala yang sedang tertidur diatas dada Dio yang juga tertidur.

Aska hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya yang kadang akur yang kadang juga bermusuhan lalu ia kembali melangkahkan kakinya menuju dapur. Karena di jam-jam segini istrinya itu sedang sibuk berkutat dengan alat dapur untuk menyiapkan makan malam nanti.

Ia menghentikan langkahnya di ambang pintu kala mendengar Nahwa yang sedang bersholawat dengan merdunya. ''Masya Allah ... '' gumam Aska lalu memejamkan matanya.

''Astaghfirullah!'' pekik Nahwa kaget. Tepat saat ia membalikkan badan ia melihat Aska yang sedang berdiri tegap dengan memejamkan matanya di ambang pintu. Ia pikir Aska adalah maling, untung saja pisau di tangannya tidak terlempar kearah Aska.

Aska yang mendengar pekikan sang istri langsung nembuka matanya lantaran terkejut.

''Mas kok nggak assalamualaikum dulu, sih?'' dengus Nahwa lalu menghampiri Aska kemudian mencium punggung tangan pria itu.

Ia menggelengkan kepala melihat keluhan sang istri lalu mencium kening wanita itu., ''Mas udah assalamualaikum loh, sayang. Tapi pulang-pulamg malah di sambut keadaan rumah yang sepi, Mas kira kamu lagi di rumah Mbak Ara.''

Nahwa menggaruk pipinya yang tak gatal. Aska tersenyum lalu menjawil hidung Nahwa,''Kamu sih, serius amat konsernya. Kan jadi nggak denger Mas pulang.''

Nahwa menggelengkan kepala melihat Aska, ''Mbak Ara belum pulang dari rumah mertuanya, Mas. Tapi, emang aku nggak denger Mas pulang loh.''

Aska hanya mengangguk-anggukkan kepala mengalah. ''Mas mau ganti pakaian dulu ya, sayang.'' pamit Aska.

''Mas? Sekalian bangunin anak-anak ya, bentar lagi adzan maghrib.'' pinta Nahwa.

''Iya, sayang.'' sahut Aska lembut lalu berjalan ke arah ruang tamu.

***

Setelah mengambilkan makan malam untuk Aska kini Nahwa beralih mengambil piring Dio.

''Dio mau pake sayur apa, Nak?'' tanya Nahwa.

''Nggak usah, Tan. Biar Dio aja,'' ucap remaja itu lalu mengambil alih piringnya.

''Lala jangan dulu makan, belum baca doa, loh!'' tegur Aska melihat Lala yang diam-diam memakan ikan yang sudah di suwir oleh Nahwa sebelumnya.

Bocah itu hanya cengengesan mendengar teguran sang Ayah. Aska hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang putri.

''Kamu itu juga harus makan sayur, Dio.'' ucap Nahwa lalu menaruh sayur bayam di atas piring Dio. Sedangkan Dio hanya mengangguk pasrah, karena remaja itu sangat tak menyukai sayur.

''Lihat tubuh kamu kurus gitu, karena kamu nggak mau makan sayur jadi gimana mau gemuk kalau begitu.'' cibir Nahwa menaruh ikan dan sayur ke atas piringnya.

Dio menggeleng tak terima, ''Ini tuh sixpack, Tan. Bukan kurus, Tante mana paham,'' ucapnya dengan bangga lalu memamerkan otot lengannya, ''Nih, Tan. Keliatan kan ototnya. Kalau gemuk mana bisa keliatan, kan bakal ketutup lemak.'' cibirnya.

Nahwa memutar bola matanya malas, '' Hilkih, gitu aja kok bangga. Tetap aja kamu harus makan sayur biar lebih sehat, Yo.'' tegur Nahwa.

Aska hanya menggelengkan kepalanya melihat perdebatan kecil antara sang istri dan keponakannya itu. Pria itu menghela napas lalu tersenyum simpul kearah Lala yang sedang mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mencomot ayam suwir di piringnya.

''Lebih baik kita berdoa terlebih dahulu sebelum makan,'' sela Aska kemudian mereka berdoa bersama dan memulai makan malam.

Tak lama kemudian makan malam pun selesai dan saat ini Dio dan Lala sudah ngacir berlari ke ruang tengah untuk menonton tv.

Sedangkan Aska dan Nahwa? Pasutri itu sedang membereskan dapur bersama, terlihat Aska yang sedang mencuci piring dan Nahwa yang sedang mengelap meja.

''Mas, Bang Galang tadi kirim salam untuk Mas.'' celetuk Nahwa menoleh kearah Aska yang sedang menaruh piring di tempatnya.

''Waalaikumsalam ...'' jawabnya lalu menoleh kearah sang istri.

''Udah selesaikan, udah yuk ke ruang tengah.'' ajak Aska menggandeng tangan sang istri menuju ruang tengah.

Di sisi lain, Lala dan Dio sedang bersenda gurau dengan sesekali Dio menggigit pipi berisi Lala.

''Bang Dio jangan gigit pipi Lala, kan sakit ... '' kesal Lala.

''Habisnya pipi kamu itu semakin lebar gitu kayak bakpao, kan Abang jadi pengen gigit.'' keluh Dio merasa gemas melihat pipi sepupu kecilnya itu.

''Belhenti panggil Lala malmut!'' rajuk Lala menatap jarang Dio.

Sedangkan Dio? Remaja itu menjulurkan lidahnya kearah Lala yang semakin menatapnya tajam.

''Dasar marmut! Kecil gemuk kayak ikan buntal!'' ledek Dio tertawa puas kearah Lala yang semakin memperlihatkan raut emosinya. Bukannya terlihat seram, bocah itu malah semakin terlihat imut.

''Dasal lidi!'' ledek Lala tersenyum goda kearah Dio yang membulatkan mata kearahnya.

''Lah elu! Marmut, kecil gemuk pendek pula.'' sahut Dio tak mau kalah.

''Idih! Abang Dio ini gimana sih, ini tuh namanya imut, gemuy dan lucu tauk!'' sahut Lala tak terima.

Tadi ia di samakan dengan ikan buntal dan sekarang malah di kata pendek. Enak saja, hati kecil gadisnya itu kan jadi tergores merasa tak terima dan memberontak meminta keadilan.

''Hidih, cebol gitu kok.'' sungut Dio lalu memainkan game di ponselnya.

Hening.

Dio mengernyikan dahi yang merasa heran karena Lala malah diam tak menyahut, dan ....

''Huaaaaa! Hiks! Hiks! Huaaaaa!'' tangisnya bocah itu pecah lalu berlari kearah sang Bunda yang datang bersama sang Ayah dari arah dapur.

''Bunda!'' pekik Lala berlari kearah nahwa lalu memeluk kaki wanita itu.

''Kenapa sayang, heum?'' tanya Nahwa menggendong Lala.

''Abang Dio jahat ledekin Lala telus gigit pipi Lala,'' adunya pada sang Bunda.

Sedangkan Aska hanya terkekeh mendengar penuturan sang putri. Jangankan Dio, ia juga terkadang iseng menggigit pipi berisi gadis kecil itu walau pada akhirnya ia akan di marahai habis-habisan oleh sang istri.

Nahwa dan Lala yang mendengar kekehan Aska spontan menatap tajam pria itu bersamaan.

Aska yang di tatap seperti itu menjadi gugup dan tersenyum kikuk lalu me langkah menghampiri Dio yang sedang menahan tawa menatap kearahnya. Aska menatap tajam Dio, 'dasar keponakan kamvret!' Batinnya.

''Udah ih, jangan nangis.'' ucao Nahwa mengusap air mata Lala.

''Lala tu lucu jadi Bang Dio gemas sama Lala. Tadi  Bang Dio cuma bercanda, udah ya nangisnya. Nanti Abang Dionya Bunda marahin.'' bujuk Nahwa mengusap pipi sang putri.

Bocah itu terdiam dengan sesenggukan ia menatap sengit Dio yang menatap dengan tersenyum puas kemenangan.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang