4

25.2K 1.1K 10
                                    

Tolong tandai typo:)
______________________________________


Terlihat seorang gadis kecil berumur tiga tahun tengah menangis karena tidak dipertemukan dengan sang Bunda setelah terakhir bertemu lima hari yang lalu.

Gadis kecil itu bernama Syahla Kinara Oktavia, yang biasa di panggil Lala. Aska Habibi, atau akrab di sapa Aska selaku Ayah dari Lala terlihat bingung harus mekakukan apa agar sang putri berhenti menangis.

Hati Aska sangat perih kala melihat tangis dan air mata sang putri. Aska menggendong sang putri, "Udah ya sayang ... Princesnya Ayah nggak boleh nangis ... sekarang dengerin Ayah ya, Nak?" jeda Aska lalu mengusap air mata Lala.

"Bunda belum boleh di jenguk untuk sekarang. Karena Bunda masih sakit, jadi anak Ayah yang sabar ya? Sampe kita boleh ketemu Bunda lagi. Jadi sekarang tugas Lala apa untuk kesembuhan Bunda?" tanya Aska pada sang putri yang terlihat sesenggukan.

"Beldoa?" lirih Lala di tengah tangisnya seraya memiringkan kepalanya.

Aska terkekeh lalu mengecup singkat kening sang putri, "Pinter anak Ayah, jadi sekarang Ayah akan membelikan es krim untuk Lala. Lala mau?"

"Mau! Ayo kita beli ec klim! Lala au yang lasa coklat!" antuas bocah itu membuat Aska tersenyum bahagia.

'Lihatlah sayang, putri kita tumbuh dengan baik dan ia sangat-sangat cantik dan menggemaskan seperti dirimu. Cepatlah pulih, kami semua menunggumu' batin Aska menatap lembut sang putri.

"Sekarang Lala pamit dulu sama Nenek, ayo?" ucap Aska.

Lala mengangguk antusias lalu berlari kearah dapur berniat menghampiri sang Nenek.

Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahu kanannya, spontan ia menoleh ke kanan yang ternyata Bagas, Papinyalah yang menepuk bahunya.

"Sabar ya? Papi yakin, Nahwa akan segera mengingat kalian." ucap Bagas.

Aska mengangguk, "Semoga aja, Pi."

"Ayah!" pekik Lala berlari kearah Aska dan langsung memeluk erat kaki jenjang Aska.

Aska tersenyum lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan sang putri, "Udah pamit sama Nenek, Heum?"

Lala mengangguk antusias kemudian berjalan kearah Bagas, sang Kakek, lalu mendongak seraya menarik-narik ujung baju Bagas. "Kakek-kakek! Lala mau beli ec klim lo ... ama Ayah ... Kakek au ikut ndak?"

Bagas berjongkok menyamakan tingginya dengan Lala lalu mengusak rambut cucunya itu. "Lala mau beli es krim ya, Nak? Tapi Kakek nggak bisa ikut karena ada meeting di kantor, padahal kan Kakek juga mau ikut Lala." ucap Bagas berpura-pura sedih.

Tangan mungil Lala menggenggam tangan besar Bagas, "Mungkin lain kali aja Kakek ikut Lala beli ec klimnya. Nantik Lala bilang ke Mamang penjual ec klimnya untuk cicain ec klim untuk Kakek."

Bagas dan Aska tekekeh mendengar ucapan polos Lala.

***

"Jadi Nahwa punya toko kue?" tanya Nahwa setelah mendengar penjelasan Reta.

"Iya sayang, toko itu kamu yang rintis sewaktu lulus SMK, karena kata kamu nggak mau lanjut kuliah. Mama inget, waktu itu kamu bilang alasannya males mikir." kekeh Reta.

Nahwa menganggukkan kepala lalu menatap serius Reta, "Kalo gitu Nahwa ingin kesana, Ma."

"Sekarang?" tanya Reta lalu melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul dua siang.

Nahwa mengangguk, "Iya, Ma. Sekarang."

Reta mengangguk, "Yaudah, sekarang kamu siap-siap. Biar Mama antar ke sana, " ucap Reta di angguki Nahwa.

"Semoga dengan Nahwa kesana, dapat mengingat memorinya kembali." menolog Reta.

"Udah, Ma. Yuk ke toko, Nahwa udah nggak sabar mau kesana!" antusias Nahwa di balas kekehan dari sang Ibu.

Kemudian keduanya menuju mobil Reta yang terparkir di garasi. Kini Reta melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Alasan Reta yang menyetir karena Nahwa lupa cara menyetir, atau Nahwa yang berjiwa Zara yang memang tak pandai mengendarai mobil.

Sepuluh menit perjalanan, kini mobil Reta sudah parkir di depan toko kue Nahwa yang bernama Nah Bakery.

Nahwa menatap bangunan toko kue itu. Toko itu terbilang besar.

"Malah bengong. Ayuk masuk!" celetuk Reta membubarkan lamunan Nahwa.

Reta menggandeng Nahwa lalu masuk ke dalam toko kue. Banyak karyawan yang terpaku menatap Nahwa yang sangat cantik. Terakhir mereka semua melihat Nahwa tiga tahun yang lalu dengan tampilan rambut yang di gerai, berbeda dengan yang sekarang memakai kerudung, serta gamis.

"Mbak Nahwa!? Ini beneran Mbak Nahwa!?" histeris salah satu pegawai yang bernama Seli lalu menghampiri Nahwa dan Reta.

Nahwa mengerutkan menatap para pegawai yang sekisar 8 orang. Bahkan mereka menjadi tatapan dari para pembeli.

"Nahwa? Mereka ini semua karyawan kamu, yang terdiri dari tiga belas orang. Nah, yang itu namanya Seli." ucap Reta menunjuk kearah Seli.

Sebelumnya, mereka semua masih belum mengetahui perihal Nahwa yang lupa ingatan.

"Maksud Ibu Reta bagaimana?" heran Nio, salah satu pegawai Nahwa.

"Ekhem! Nahwa mengalami amnesia, jadi saya mohon pada kalian untuk membantu memulihkan ingatan Nahwa, ya?" ucap Reta.

"Baiklah, sekarang perkenalkan diri kalian. " sambung Reta di angguki yang lain.

Mereka semua memperkenalkan diri mereka mulai dari, Ica, Nio, Seli, Deri, Leni, Rere, Keval, dan Wira. Sedangkan sisa lima pegawai berada di dapur mengolah adonan kue.

"Sebelumnya saya minta maap karena sudah melupakan kalian," ucap Nahwa tersenyum ke arah para pegawainya.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang