17

8.1K 307 10
                                    

Tandai typo
_______________________

''Assalamualaikum!'' salam Bagas, Aska dan Lala di tambang pintu.

Nahwa menoleh ke arah Tara, ''Itu mereka, pasti bawa ikan banyak.'' seru Tara di balas anggukan dari sang empu.

''Waalaikumsalam!'' jawab Nahwa dan Tara menghampiri mereka yang berada di ambang pintu.

''Astaghfirullah!'' kaget Tara kala melihat Lala sudah bermandikan lumpur.

Dan lihat dua pria dewasa itu, juga ikut kotor dengan lumpur di bagian wajah mereka.

''Kalian ini udah tua masih aja main lumpur,'' ucap Tara mnggekengkan kepala heran.

Bagus dan Aska saling pandang lalu menghela napas lelah dengan merosot kan bahu nya lesu.

''Hem kayanya lebih baik segera mandi deh. Lala? Ayo sayang bunda mandikan,'' sela Nahwa agar sang ibu mertuanya menyudahi acara marah nya.

''Eits!'' Tara menghadang Bagas dan Aska yang hendak berjalan. ''Mana ikannya?'' tagih Tara bersedekap dada.

Bagas dengan kaku menyerahkan ember kearah Tara yang sedang menatap jarang kearahnya. Lalu menatap permusuhan pada Aska yang sudah ngacir terlebih dahulu menuju kamar untuk membersihkan dirinya.

''Dari siang sampe petang sekarang cuma dapat segini!?'' shoch Tara kala melihat 3 ikan jaher berukuran segegam tangan.

Bagus meringis mendengar teriakan Tara.

Di lain tempat Nahwa baru saja selesai memandikan Lala lalu terdiam kala mendengar teriakan sang ibu mertua.

Nahwa menatap Lala yang juga menatapnya. ''Emang dapat ikan berapa?'' tanya Nahwa pada Lala.

Bocah itu memperlihatkan tiga jarinya kearah Nahwa. Nahwa mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

''Pantas lah Nenek berteriak seperti itu. Lah ikan nya cuma dapet tiga padahal mancing dari siang sampe petang.''

Bocah itu mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

''Tapi emang sulit dapetinnya, yang ...'' timpal Aska yang baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengusak rambutnya dengan handuk kecil.

Nahwa hanya mengangguk lalu mulai memakai kan minyak telon ke permukaan perut Lala sebelum memakai kan pakaian bocah itu.

''Heuuum! Anak Ayah udah wangi ... '' ucap Aska mengecup pipi Lala lalu menghirup rambut bocah itu yang berbau strawberry.

''Kan jelas karena Lala udah mandi Ayah ... '' sahut Nahwa mewakili Lala seraya menggeleng-geleng kan kepala.

''Ayah!'' kesal Lala kala Aska mengusak rambut basahnya ke wajah Lala.

''Hahahaha!'' tawa Aska kala melihat wajah cemberut sang putri.

''Mas?'' tegur Nahwa kala Lala hendak menumpah air matanya.

Aska yang tersadar langsung terdiam.

''Huaaaaa! Hiks! Hiks! Hiks!'' nangis Lala pecah lalu beringsut memeluk Nahwa. Bocah itu menenggelamkan kepalanya di dada sang Bunda.

''Ayah bercanda, Nak. Jangan nangis dung ... '' bujuk Aska menggenggam tangan mungil bocah itu yang malah di tepis oleh sang empu.

''Kamu sih ... '' ucap Nahwa mencubit perut sang suami.

''Sakit, yang ... '' ringis Aska mengusap perut nya yang bekas cubitan sang istri.

Nahwa mengabaikan Aska lalu menenangkan Lala yang masih menangis. ''Udah jangan nangis cup cup cup, Ayahnya udah Bunda cubit tuh. Nanti kalau Lala nggak berhenti nangis tenggorokan Lala jadi sakit.''

Lala tak mengindahkan ucapan Nahwa dan masih terus menangis. ''Ayah minta maaf dung ... Janji deh nanti Ayah beliin mainan baru untuk Lala,'' ucap Aska berusaha membujuk Lala.

''Udah ya sayang nangisnya. Nanti tenggorokannya sakit loh ... '' peringati Nahwa yang masih tak di hiraukan oleh bocah itu.

Nahwa mengusap rambut Lala lalu menyingkirkan anak rambut Lala ke samping. ''Gimana kalau kita ke toko kue Bunda?'' usul Nahwa.

Spontan bocah itu mendengar menatap sang Bunda yang tersenyum manis kearahnya.

''Benarkah!?'' antusias bocah membuat Aska menggelengkan kepala gemas.

''Iya sayang. Jadi ... sekarang Lala pake hijabnya dulu ya baru kita pergi. ''

Nahwa menoleh kearah Aska yang sedang mengusak gemas rambut Lala, dan lihat lah wajah bocah itu sudah cemberut kembali.

''Mas? Kamu pake pakaian gitu aja?'' tanya Nahwa seraya memperhatikan pakaian Aska yang hanya memakai kaos polos berwarna putih dan boxer berwarna cream.

Aska mengalihkan pandangannya kearah Nahwa lalu mengangguk, ''Mas gini aja lah, Dek. Lagian cuma ke toko kan?''

''Iya sih ... Yaudah kalau gitu kita pamit sama Masi Papi dulu.''

Kemudian ketiganya turun menuju lantai dasar dengan Lala yang berada si gendongan sang Ayah.

Lihatlah Ayah dan anak itu. Sering sekali bertengkar lalu tak lama keduanya akan akur kembali.

''Loh? Kalian mau kemana?'' tanya Bagas bingung.

''Iya? Kalian udah mau pulang?'' tanya Tara yang baru saja tiba dari arah dapur.

''Mi, kita mau ke toko kue. Mungkin pulang dari sana langsung pulang ke rumah.'' ucap Aska.

''Cepet amat?'' keluh Bagas.

Tara mengangguk, ''Nggak tidur sini aja?'' tawar Tara di belas anggukan Bagas.

Nahwa tersenyum lalu menghampiri Tara. ''Besok senin Mas Aska harus ke kantor, Mi. Lala juga besok udah mulai masuk sekolah paud loh, Mi.'' ucapnya seraya mengusap tangan sang ibu mertua.

Tara menatap antusias Nahwa. ''Beneran?'' tanya Wanita paruh baya itu memastikan.

Nahwa tersenyum seraya mengangguk. ''Besok Mami ikut jemput Lala ya, Na?''

Bagas membulatkan mata menatap sang istri, ''Kan kita mau ke rumah Mama kalau Mami lupa.'' celetuk Bagas.

Tara menepuk jidatnya. Benar saja, ia lupa bahwa Mama nya alias Nenek Aska meminta mereka untuk berkunjung dengan alasan Mama mertuanya itu rindu.

''Mami sama Papi mau ke rumah Nenek?'' tanya Aska.

Bagas mengangguk, ''Iya, Ka. Nenek kamu katanya rindu. Tante kamu juga kesana. Sepupu kamu Didi dan istrinya juga berkunjung kesana.''

Aska menatap shock sang Papi, ''Lah kok Aska nggak di undang!? Apa Nenek lupa kalau Aska cucunya?'' dramatis Aska mengelus dadanya shock.

Bagas mendengus, ''Papi baru mau bilang ke kamu, tapi tadi katanya Lala besok mulai masuk sekolah paud. Jadi, mending kapan-kapan aja ke rumah Nenek kamu. Kan kamu juga bisa nyusul besok. Lagian cuma dua jam perjalanan kan.'' sahut Bagas enteng.

Aska memutar bola matanya malas lalu menatap sang istri yang juga menatapnya. ''Lala masuk sekolahnya nggak usah besok ya, Dek? Kita berkunjung ke rumah Nenek aja, udah lama juga kamu nggak kesana.''

Nahwa berpikir sejenak lalu mengangguk setuju.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang