8

20.4K 996 10
                                    

Tandai typo
______________________________



Jam menunjukkan pukul lima sore, dan saat ini Nahwa hendak berjalan menuju kamarnya setelah dari dapur mengambil cemilan.

Keningnya mengernyit kala melihat sebuah bingkai poto yang menampilkan dirinya memakai seragam putih abu dan balon katak yang di pegangnya.

Ia memegangi kepalanya kala bayangan suatu kejadian di kepalanya.

"Ayo lah, Sam ... beli balon katak itu ... "  ucap Nahwa menggoyangkan lengan pemuda itu.

"Ayo kita beli balon itu!"

"Sam memang terbaik!"  seraya mengancungkan jempol tangannya kearah pemuda yang di panggilnya Sam itu.

***

"Stop, Sam! Rambutku jadi berantakan kan kamu acak!"  desis Nahwa menatap pemuda yang mengacak rambutnya tadi.

"Habisnya kamu lucu, kan aku suka."

"Sssh," rintih Nahwa kala kepalanya sakit kala ingatan itu melintas di kepalanya. Tampak dari ingatan yang melintas di kepalanya, tak nampak wajah dari sang pemuda.

"Siapa Sam itu?" gumamnya kala rasa sakit di kepalanya reda.

Langkah Nahwa terhenti kala melihat pintu hitam yang berada di ujung lorong. "Aku baru menyadari ada pintu itu," gumamnya lalu berjalan kearah pintu itu.

Ceklek!

"Ternyata tidak di kunci," gumamnya pelan.

Ia sedikit takjub dengan ruangan ini yang ternyata adalah perpustakaan kecil. Tak luas, namun di setiap dinding di isi oleh rak-rak buku dan di dekat jendela ada meja belajar.

"Ruangannya bersih tanpa debu, sepertinya selalu di bersihin." monolognya lalu berjalan kearah meja belajar yang terdapat tumpukan kertas HVS di atasnya.

Ia membaca judul besar paling atas halaman depan kertas itu. "Diary Zura ... ?" gumamnya pelan dengan kening mengernyit heran.

Kemudian matanya melihat satu-persatu kertas itu. "Apa ini!?" ia semakin cepat melihat satu-persatu kertas itu dengan buru-buru.

Sreaaaks!

Kertas-kertas di tangannya terjatuh berserak di lantai dan ia langsung terduduk lemas di bangku dengan pandangan kosong.

***

"Ayah ... Lala mau ec klim." pinta Lala pada Aska yang sedang fokus menyetir.

Aska menoleh kearah sang putri yang menatapnya memohon. Oh ayolah ... Bagaimana putrinya bisa selucu ini, ia tak sanggup untuk menolak permintaan sang putri.

"Baiklah, apapun untuk princess Ayah." lalu mengusap pelan puncak kepala sang putri.

Aska menepikan mobilnya di pinggir jalan tepat di depan kedai es krim.

"Lala mau rasa apa, Nak?" tanya Aska lalu menutup pintu mobil.

"Coklat!" seru bocah itu lalu merentangkan tangannya ke arah sang Ayah. Aska terkekeh lalu menggendong Lala.

"Mang, rasa coklat satu ya?"

"Siap, Pak!" ucap penjual es krim itu.

"Ayah ... " panggil Lala menatap sang Ayah.

Aska menunduk menatap sang putri yang memeluknya, "Lala mau yang lain? Biar Ayah belikan sekarang. " keningnya mengernyit kala sang anak menggelengkan kepalanya.

"Terus anak Ayah mau apa heum?" lembut Aska mengusap lembut rambut sang putri.

"Unda ... " lirihnya dengan terisak pelan.

Aska memandang sendu sang putri, ia tahu bahwa sang putri sangat merindukan Bundanya. "Iya, nanti Lala ketemu Bunda kok. Lala rindu Bunda ya?"

Bocah itu hanya mengangguk pelan dan semakin mengeratkan pelukannya pada sang Ayah. "Ini, Pak. Es krimnya. Sepuluh ribu aja." ucap penjual itu.

Aska mengangguk lalu meraih es krim yang di sodorkan penjual itu, tak lupa ia mengambil uang sepuluh ribu di saku celananya.

"Makan dulu es krimnya, nanti cair lo," ucap Aska menurunkan Lala di bangku yang tersedia di samping kedai es krim tadi.

Lala menurut lalu memakan es krim itu dengan antusias. Tak lama setelah es krim itu habis, matanya menangkap penjual balon yang tak jauh dari tempat mereka berada.

Lala menarik-narik ujung jas Aska. Aska yang sedang memainkan ponselnya lalu menunduk menatap sang putri yang menatap penjual balon yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk.

"Lala mau balon?" tanyanya di balas anggukan antusias dari bocah itu. "Lala au yang walna ijo!" seraya menunjuk balon berbentuk kepala katak itu.

Seketika ingatannya kembali ke waktu beberapa tahun silam. Dimana, Nahwa pagi buta mengidam meminta balon berbentuk kepala katak itu.

"Ayah ...!"  rengek Lala kala sang Ayah hanya diam melamun.

Aska tersadar dari lamunannya lalu menggendong sang putri menuju penjual balon itu.

o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang