21

5.8K 214 5
                                    

Tandai typo
____________________


Saat ini, jam menunjukkan pukul tujuh malam dan Aska beserta keluarga kecilnya baru saja tiba di rumah mereka beberapa menit yang lalu.

''Mas mau kemana?'' tanya Nahwa kala Aska hendak beranjak keluar kamar.

Aska menoleh kearah sang istri, ''Mas mau isi teko ini, sayang.'' jawab Aska seraya mengangkat teko di tangannya.

Nahwa mengangguk, ''Jangan lupa habis itu lampu dapur nya di mati kan ya, Mas? Jangan lupa loh,'' ucap Nahwa mewanti-wanti.

''Iya sayang ... '' sahut Aska dan berlalu menuju dapur.

Tak lama setelah ia mengisi air di teko kemudian ia kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar ia tersenyum lembut kearah Nahwa yang sudah tertidur pulas dengan memeluk Lala yang berada di tengah ranjang.

Aska perlahan mendekati kasur lalu menaruh teko itu di atas nakas samping kasur.

Drrrt!

Aska menatap kearah ponsel nya yang bergetar singkat tanda pesan email masuk, yang ternyata itu adalah jadwal nya esok di kantor yang baru saja di kirim oleh sekertarisnya.

Kemudian ia membaringkan tubuhnya di samping Lala, lalu memeluk keduanya. Tak lupa sebelum tidur ia mengecup kening sang istri serta putrinya.

***

''Lala ... !'' panggil Nahwa yang melihat Lala berlari menuruni tangga.

Aska yang berada di belakang Lala hanya menggelengkan kepala. Batita itu selalu saja ingin membuat sang istri kesal padahal hari masih pagi.

''Princess!? No larian.'' tegas Aska membuat Lala yang tadinya berlari menuruni tangga langsung berjalan pelan.

''Yes, Ayah!'' sahut bocah itu.

Nahwa memutar bola matanya malas. Giliran sang ayah yang menegur bocah itu pasti mendengar kan. Dan jika ia yang menegur, bocah itu tak menghiraukannya.

''Selamat pagi sayang!'' sapa Aska mengecup kening dan pipi kanan juga kiri Nahwa.

Nahwa yang mendapat kecupan itu tersenyum geli kearah sang suami. ''Pagi, Mas.'' sapa balik Nahwa lalu menaruh secangkir kopi susu di hadapan sang suami.

''Hari ini untuk makan siang mau di masakin apa, Mas?'' tanya Nahwa setelah mendudukkan Lala di bangku khusus milik bocah itu.

''Apa aja yang penting masakan buatan kamu,'' ucap Aska lalu mengedipkan sebelah matanya kearah Nahwa.

Spontan saja Nahwa terkekeh geli melihat kegenitan sang suami.

''Tapi kayanya nggak usah deh sayang. Mas ada meeting di luar jadi sekalian makan siang di sana bersama klien. Nggak papa kan, sayang?'' tanya Aksa hati-hati.

Nahwa tersenyum seraya menggelengkan kepala, ''Nggak papa kok, Mas.'' lalu memberi Lala susu.

''Lala hari ini masuk sekolah ya, Nak ya.'' ucap Aska membuat batita itu semakin bersemangat.

''Lala jadi nggak sabal deh ketemu temen-temen!'' antusias bocah itu membuat Aska dan Nahwa terkekeh gemas.

''Iya deh iya yang mau ketemu temen-temen.'' ucap Aska mengalah lalu menatap kearah sang istri.

''Perlengkapan Lala udah siap semua kan, sayang?'' tanya Aska.

''Udah kok, Mas.'' jawab Nahwa lalu menaruh mangkuk berisi sarapan mereka di atas meja makan.

''Mas pulang jam berapa hari ini?'' tanya Nahwa menaruh nasi di atas piring Aska.

Aska diam sejenak untuk berpikir jam berapa ia akan pulang. ''Mungkin sore Mas udah pulang, sayang. Memang nya ada apa?''

''Enggak kok, Mas. Cuma nanya aja,'' sahut Nahwa di balas anggukan dari sang empu.

Setelah menyiapkan makan untuk Aska, kini ia menyiapkan makan untuk Lala. Akhir-akhir ini bocah itu mulai sering ngemil makanan ringan.

Dan lihat lah pipi bocah itu. Sudah terlihat sangat berisi saja, bahkan anak tetangga sering sekali mencubiti pipi Lala hingga batita itu berakhir menangis kejer.

''Lala makan yang banyak ya, sayang.'' ucap Nahwa menaruh piring yang sudah berisi masakan sehat itu di hadapan sang putri.

''Lala juga mau yang melah itu, Bunda ... '' tunjuk nya kearah sambalado telur.

''No! Itu pedas, sayang. Jadi Lala makan yang udah Bunda siapin, okey?'' bantah Nahwa lalu menaruh gelas berisi cari putih di samping piring bocah itu.

Sedangkan bocah itu? Saat ini sudah memanyunkan bibirnya kesal karena tidak di perbolehkan. Padahal kan, ia sangat ingin mencicipi sambalado telur itu.

Aska menggelengkan kepalanya Na lihat tingkah sang putri. ''Lala dengerin Bunda ya, Nak? Inget kata Ayah tiga hari lalau waktu itu apa?''

Bocah itu hanya mengangguk lesu lalu menoleh kearah sang Ayah yang tersenyum lembut kearahnya. ''Halus selalu patuh sama Bunda, nggak boleh bantah Bunda, nggak boleh nyusahin Bunda, nggak boleh juga bikin Bunda sedih.''

''Masya Allah anak Ayah pinter banget sih. Ayah bangga deh sama Lala,'' ucap Aska mengusap puncak kepala sang putri yang di baluti hijab jersey segitiga instan berwarna cream.

Nahwa yang melihat interaksi keduanya tersenyum haru lalu menaruh ayam goreng ke atas piring nya.

Lala yang mendengar pujian Aska langsung tersenyum lebar. Namun bocah itu melunturkan senyum nya, ''Tapi Lala pengen yang itu, Ayah ... '' rengek Lala seraya menunjuk sambalado telur itu.

''Ini pedes loh, sayang. Nanti kalau Lala sakit oerut terus nggak jadi sekolah ketemu temen-temen baru gimana?'' tanya Nahwa lembut berusaha meyakinkan bocah itu.

Lala menggeleng keras, ''Lala nggak jadi pengen, Bunda! Nanti Lala nggak jadi ketemu temen balu...'' sedih bocah itu saat membayangkan jika ia rak jadi bertemu dengan teman-teman baru nya.

''Jadi ... '' kode Nahwa.

''Lala nggak mau makan itu, Lala mau makan ini aja, Bunda. Lala takut sakit pelut.''  ucap batita itu menujuk ayam goreng di piringnya.

Aska terkekeh geli mendengar penuturan sang putri. ''Yaudah kalau gitu sebelum makan kita harus ...?'' kode Aska memeiringkan kepalanya kearah Lala.

''Beldoa!'' antusias Lala mengangkat tinggi sendok makannya.


o0o

I'm Nahwa!? (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang