Chapter 6

2.4K 336 21
                                    

Hari ini sedikit mendung tapi masih di sinari oleh matahari, seorang anak bernama Zoku sedang duduk di salah satu pohon di taman sekolahnya. Di sana hanya ada suara-suara burung dan suara anak-anak lain yang sedang melakukan aktivitas mereka.

Zoku duduk sambil memakan kotak bekal siangnya dengan tenang di temani dengan seekor kucing yang entah datang dari mana, meminta jatah makan siang milik Zoku.

Ini sudah 2 bulan setelah penerimaan siswa baru yang berarti dia sudah mengenal semua sudut-sudut sekolah dengan baik.

Matanya tiba-tiba buram kembali, membisikkan padanya jika ada suatu makhluk menatapnya dengan intens, seperti ingin membunuhnya.

'Bahaya, bahaya. Kutukan di sana sedang mengintaimu.' Itu yang dia dengar.

Zoku pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru dan mendapati makhluk menjijikan sedang menatap ke arahnya di sudut bangunan sekolah yang Zoku duga itu adalah kutukan tingkat 4.

'Lagi, lagi kutukan menjijikan.' Pikir Zoku.

Setelah melihat itu Zoku pun memberesi kotak bekalnya dan mendekati makhluk itu. Dengan gerakan tangan yang cepat Zoku menebasnya dengan energi terkutuknya pada makhluk itu dan seketika makhluk tersebut hilang menjadi abu.

Di sekolah ini mungkin saja banyak anak-anak sepertinya bisa melihat makhluk itu. Tapi mereka tidak mempunyai energi terkutuk dan pengelihatan itu mungkin akan hilang setelah semakin bertambahnya umur.

Bel masuk pun berbunyi dan Zoku bergegas kembali ke kelas agar tidak terlambat.

.
.
.

Umurnya yang sekarang 5 tahun, sudah bisa menyalurkan energi kutukan dengan baik. Pintar dalam hal akademis maupun non-akademis (berterimakasihlah pada sang ayah dan guru tercinta yang telah mengajarnya). Walaupun masih kelas 1 tapi karena ke jeniusannya dia menjadi anak yang populer di sekolah.

Zoku sebenarnya mempunyai teman sekelas, tetapi dia lebih suka sendirian karena menurutnya tidak ada teman yang cocok untuknya di sini.

Sekitar pukul 16.00 anak-anak pun pulang ke rumah masing-masing. Zoku berjalan melewati pinggir lapangan yang sedang di pakai oleh senior-seniornya untuk latihan sepak bola.

Di dalam pikiran Zoku di jalan menuju ke rumahnya hanya ada futon kesayangannya di mana dia benar-benar ingin membaringkan tubuh di sana secepat mungkin.

Perjalanan pulang selalu membuatnya pusing karena dalam perjalanan menuju rumah banyak bisikan-bisikan berupa informasi acak masuk ke kepalanya. Seperti ada kutukan di seberang jalan, anak-anak yang sedang bermain di taman di dekat situ, seorang pria mabuk yang ada di lorong jalan, seorang wanita yang tidak sengaja menjatuhkan barangnya di jalanan dan sebagainya. Dimana Zoku cuma bisa menahan suara berisik itu sampai rumah di mana bisikannya akan sedikit berkurang.

'Apa ini yang di rasakan Satoru atau cuma aku saja yang merasakan seperti ini? Kepalaku benar-benar ingin pecah.'

'Kalau di ingat-ingat, akan terjadi sesuatu... Tapi apa ya? Akh, sialan aku lupa semuanya!' Pikir Zoku sambil menundukan kepala.

Zoku mengaruk-garuk kepalanya karena kesal telah melupakan manga jujutsu kaisen yang pernah dia baca dulu.

Semuanya seperti terhapus secara perlahan setiap harinya, baik itu kehidupan dulunya yang di mana mulai dari nama, teman, orang tua dan sebagainya.

.
.
.

"Hari ini cukup sampai sini. Energi kutukanmu sudah lebih stabil, tapi tetap tingkatkan lagi Zoku." Ucap sang ayah yang berjalan keluar dari dojo tempat latihan yang biasanya mereka pakai.

Isekai Jujutsu Kaisen [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang