**
'Ting - Tong'
Tiba-tiba suara dentingan bel rumahku mengagetkanku dan membuatku terkesiap menutup majalah yang baru saja kubeli. Ketika aku membuka pintu, nampaklah seseorang yang sangat kurindukan.
"Hey, aku merindukanmu." Katanya seraya memeluk tubuhku.
"Baru saja kita bertemu kemarin, kau sudah merindukanku?" Kataku tak percaya, namun ia malah mempererat pelukannya.
"Ok, Z. Stahp it, I--i can't breathe." Aku berusaha melepaskan pelukannya.
"Ups, sorry. Terlalu merindukanmu." Ujarnya sambil menampilkan cengirannya itu, lalu kami masuk kedalam rumahku.
"Zayn, kau--" baru saja aku membalikkan badanku, Zayn sudah meraih pinggangku. Jarak kami sangat dekat, dahi kami bersentuhan, sehingga aku tidak bisa berkata-kata lagi.
Yang bisa aku dengar hanya nafasnya yang terdengar sangat jelas ditelingaku.
"Aku juga merindukanmu, Z." Kata-kata itu tiba-tiba lolos begitu saja dari mulutku. Ia menarik tanganku untuk bersekap di dada-nya yang bidang itu.
"Kau rasakan itu, G?" Tanyanya, dan ya aku merasakannya. Jantungnya berdegup lebih cepat dari normalnya, sama seperti punyaku.
"Aku sangat gugup jika berada sangat dekatmu, apalagi seperti ini. Aku harus akui itu." Katanya sambil terkekeh pelan menutupi ke-gugup-annya itu.
"Benarkah?"
"Kau merasakannya bukan?"
"Bagaimana bisa terjadi?"
"Tidak tahu. Penyebab utamanya adalah kau dan tiba-tiba wussss, dug dug dug.." Katanya sambil mengendikkan bahunya, lalu tersenyum diujung kalimatnya.
Reaksinya yang lucu membuatku tertawa, namun kami masih dengan posisi yang sama. Berdiri di belakang pintu.
Lalu aku menjauhkan diriku darinya. "Baiklah, Z. Mari kita membuat makanan!" Ujarku bersemangat sambil menarik tangannya menuju dapur.
"Chef G, apa yang akan kita masak hari ini?" Zayn seperti mewawancarai-ku dan ia menggantikan posisi microphone dengan wortel.
"Kita akan memasak Chinese Food! Aku sudah merindukan masakan itu." Ujarku bersemangat.
"Tidak-tidak. Aku tidak ingin masakan itu, bagaimana dengan makanan Timur Tengah? Aku merindukan kampungku saat ini." Protes Zayn.
"Tidak bisa, Z! Aku ingin Chinese food malam ini." Gerutuku sembari bertolak pinggang.
"Timur tengah!"
"Chinese food!"
"Oke, oke. Aku me-nga-lah." Zayn mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Memang seharusnya begitu, terima kasih." Aku mencium pipi sebelah kanan Zayn, dan membuat Zayn memutar kedua bola matanya.
"Hanya di pipi saja?" Zayn protes lagi.
"Hanya di mimpi kalau ingin yang lebih." Cetusku.
"Kau memotong ikan dan aku sayuran, oke?"
"Enak saja--"
"Tidak ada penolakan, Z. Aku sudah sangat sangat sangat lapar." Aku menarik kedua telinga Zayn keatas.
"Sakit, G." Katanya sembari mengusap-usap telinganya.
"Kau berlebihan, itu tidak merah sedikitpun." Aku menunjuk telinganya dengan pisau ditanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Fanfiction"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...