four

6.6K 595 10
                                    



Author's pov

Preman itu memukul Grace tepat di kepalanya.

Sialan! Salah sasaran, batin preman itu lalu ia langsung mengambil langkah seribu.

"G!" Zayn langsung menggendong Grace dipunggungnya. Ia membawa Grace ke apartment-nya.

*

Grace's pov

Aku mengerjapkan mataku berulang-ulang.

Dimana aku?

"G, kau sudah sadar? Syukurlah." aku langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati Zayn disebelahku.

"uhm, Zayn. Aku dimana? Apa yang terjadi?" tanyaku

"Kau di apartmentku, tadi kau melindungiku dari preman itu, thanks." Zayn tersenyum kecil saat ia mengucapkan kalimat terakhir.

"Itulah gunanya teman, harus saling melindungi. Kenapa kau tidak membawa aku kerumahku saja?"

"Jadi kita teman?" tanyanya, matanya membulat besar dan terlihat sorot mata keantusias-an.

"Ten- tentu. Kita sekarang berteman." aku mengacungkan kelingking-ku.

"Teman." Zayn menautkan kelingking-nya di kelingkingku. Sambil tersenyum, lalu melepaskan tautan kelingking kami.

"Namaku Grace, tapi aku menyukai G daripada Grace." kataku

Zayn mengacak-ngacak rambutku, boy.

"Aw! Zayn." aku menepis tangan Zayn dari kepalaku.

"Ada yang sakit?" Tanya-nya, aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Mari, biar aku lihat." Zayn menepuk-nepuk kedua pahanya.

Apa?

Aku memposisikan tubuhku untuk tiduran dengan meletakkan kepalaku dipaha Zayn.

"Bukan begini maksudku, kalau kau tiduran seperti ini, bagaimana aku bisa mengobati lukamu?" Katanya, dia menjiwil hidungku dengan dua tangannya, pelan.

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Duduklah diatas pahaku, G."

"Zayn, apa kau tidak berlebihan?" tanyaku ragu-ragu. Detak jantungku seperti dipacu lebih cepat.

"Tidak, kau mau sembuh atau tidak?"

"Uhm, baiklah."

Aku mulai memposisikan diriku duduk diatas pahanya.

"Jangan jauh-jauh, bagaimana aku mengobatimu?" Zayn menarik tubuhku seperti sedang menarik anak bayi.

Apakah pipiku memerah sekarang? Seperti apa? Buah tomat? Atau kepiting rebus? Jangan sampai Zayn lihat, jangan, jangan. Kenapa aku mual? Seperti ada sesuatu bergerak, meloncat-loncat diperutku.

"Aw! Z. Bisakah kau pelan-pelan?"

"Z?" ia berhenti mengobati lukaku

Hey, apakah aku salah bicara?

"Aku menyukainya. Z dan G!" katanya, terdengar bersemangat. Lalu ia melanjutkan mengobati kepalaku.

"Done."

Aku langsung berdiri dan mengambil tasku

"Hey, kau mau kemana?" Zayn juga ikut berdiri.

"Aku ingin pulang, Z. Ini sudah hampir larut malam, terima kasih sudah mengobatiku." aku ingin membuka pintu lift tetapi ia menutupnya.

"Biar aku mengantarmu."

"Tidak perlu, Z. Ternyata apartment-mu hanya beda lima blok dari rumahku." kataku tersenyum.

"Walaupun hanya lima blok, kau ini seorang perempuan. Dan perempuan tak baik berjalan sendirian malam-malam. Nanti kalau ada orang jahat lagi, siapa yang akan menolongmu?" katanya menasihiku, nenek.

"Tapi-"

"Aku memaksamu, dan kau tak boleh menolaknya. Tak baik menolak ajakan orang ganteng." Katanya sambil mengedipkan matanya.

"Baiklah aku menyerah." Aku melambaikan kedua tanganku diudara, seperti penjahat yang ketangkap polisi. Entah dorongan darimana aku menerimanya.

*

Awkward moment.

"G, dirumahmu ada siapa aja?" Zayn memecahkan keheningan yang terjadi

DEG

Apakah aku harus menjawab?

Pertanyaan itu cukup menyentakku.

"G, mengapa kau diam saja?" katanya sambil melirik ku sekali-kali, karena ia sedang menyetir.

"Uhm, hanya ada aku seorang." aku tersenyum sedikit terpaksa.

"Ayah? Ibu? Saudara?" tanyanya polos.

Aku menggeleng pelan. "Ayahku mungkin sudah menikah lagi, Ibuku sudah meninggalkanku. Aku anak tunggal." Aku mengatakannya sambil memainkan kuku jari tanganku.

"I'm sorry, G. Aku tidak bermaksud."

"It's okay," aku tersenyum sedikit dipaksakan.

"Belok kanan, dari jalan itu dan rumahku ada disebelah kiri. Rumah tanpa pagar." Lanjutku.

"Sudah sampai, Miss." Setelah Zayn memberhentikan mobilnya didepan rumahku, ia langsung turun membukakan pintu mobil yang berada disampingku.

"Thank you, Z." Kataku saat aku turun dari mobilnya.

"Aku yang seharusnya berterimakasih." Aku tersenyum lalu hendak membuka pintu rumahku.

"G!" Zayn berlari ke arahku.

"Ya?"

"Sampai nanti. Have a nice dream." Katanya terdengar seperti gugup?

"Ten-tentu. Sampai nanti. Sekarang boleh aku masuk?"

Dia tersenyum, senyumnya sangat membuatku meleleh, lututku lemas seketika.

Apa yang sudah aku pikirkan?

Aku menggelengkan kepalaku pelan supaya menghiraukan pikiranku.

Aku langsung masuk ke dalam rumah.

Setelah bunyi mobilnya menyala dan tak terdengar lagi, aku baru masuk ke dalam kamar.

---------------------------------------------

Thank you for reading
Don't forget to leave vote(s) and comment(s)
-zayntentaclesxx-

OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang