Harry's pov
Nafasnya tersengal-sengal sehabis mencari-cari obatnya belum ditemukan.
"Grace."aku mengguncangkan pundaknya. Dia memegang dadanya kuat-kuat dan mencengkram tanganku kencang. Benar, bukan main. Aku panik setengah mati. "Jangan mati, Grace!" Aku memekik lalu mengangkat tubuhnya dan membaringkannya disofa. Aku mencari-cari benda dan hanya menemukan minyak kayu putih. Semoga ini membantu, doaku singkat.
Aku kembali ke Grace dan melihat keringatnya bercucuran. Aku mengusapkannya ke lehernya dan badannya. Tak ada reaksi yang baik sedikitpun. Tanpa berpikir panjang aku memberikannya nafas buatan. Memang sebenarnya aku ragu, tetapi daripada ia meninggal. Aku menghimpit hidungnya, lalu membuka mulutnya lebar-lebar lalu menempelkan mulutku dimulutnya, memberikan nafas. Aku sudah melakukannya tiga kali dan tidak ada reaksi apapun. Aku mengangkat tubuhnya yang ringan bagi tenagaku, saat aku hendak mengangkatnya menuju pintu, kulihat Zayn diambang pintu.
"Aku tahu kau butuh penjelasan tapi bantu aku terlebih dahulu, atau keadaan menjadi fatal." Kataku sambil berlalu meninggalkan Zayn mematung tapi kurasa ia mengangguk kaku. Aku menaruh Grace dikursi tengah mobilku, sedangkan aku dibelakang kemudi. Aku menuju rumah sakit terdekat, dan diikuti Zayn dengan mobilnya dibelakang mobilku.
Grace's pov
Bau rumah sakit yang khas dan obat-obatan menyeruak melalui hidungku. Tapi hidungku disumbat oleh sesuatu. Sebelum aku membuka mataku, aku mendengar bunyi mesin khas rumah sakit dan merasakan tanganku rasanya sakit sekali untuk diangkat. Lalu aku berusaha membuka mataku dan melihat aku terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Dan aku melihat Zayn tertidur disamping ranjang tidurku. Tunggu dulu, Zayn? Lalu kudengar pintu kamarku terbuka dan menampilkan Harry, tetapi pakaiannya sudah tidak seperti terakhir aku lihat.
"Hei, bagaimana keadaanmu?" Tanya Harry yang juga membangunkan Zayn.
"Lebih baik." aku berusaha tersenyum lalu aku baru menyadari bahwa lubang hidungku disumbat oleh selang kecil yang berisi oksigen. Sialan, aku pasti dirumah sakit. Harry duduk di sofa sedangkan Zayn tetap disamping ranjangku.
"Senang melihatmu sudah sadar setelah kau kehilangan kesadaranmu sejak 2 hari yang lalu." Zayn tersenyum polos kearahku lalu mengacak-acak rambutku. Hobi barunya kurasa. Aku menahan bola mataku agar tidak berputar karena Zayn.
"2 hari yang lalu? Itu waktu tersingkat." kataku sambil menatap meja yang ada dipojok kamar ini. "Yang penting kau sudah sembuh." kata Zayn lagi.
"Kau lapar?" Tanya Zayn lagi dan lagi. Aku mengangguk pelan.
"Tapi aku tak mau makanan yang itu Zayn." Rengekku sambil menunjuk mangkuk yang dipegang Zayn yang pastinya berisi makanan atau kotoran anjing dari rumah sakit ini.
"Lalu kau mau makan apa? Kalau kau tak mau makan, cacing di perutmu bisa kelaparan." kata Zayn seraya menghela napasnya panjang.
"Aku mau itu." aku menunjuk jinjingan yang dibawa Harry yang berlabel 'Burger King'. Melihatnya saja sudah membuat air liurku berulah.
"Tidak bisa. Hey, kau mau cepat keluar dari rumah sakit ini atau tidak? Makan ini sedikit atau tinggal disini 1 minggu lagi?" Ancam Zayn.
"Argh, baiklah. Kau seperti nenek-nenek, Malik." kataku sambil mengendus pelan. Zayn menyuapkan aku bubur atau nasi encer yang hanya berisikan wortel dan tahu putih yang direbus. Sungguh menggelikan. Aku melahapnya ragu, lalu mengunyahnya perlahan. Ini rasanya seperti, nasi diberi air. Saat aku berusaha menelannya, justru aku memuntahkan semuanya di tempat sampah. Lalu Zayn membantuku untuk bangun dan minum air putih hangat yang juga sangan menggelikan. Rasanya aku ingin menggantikan semua koki disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Fanfic"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...