**
"Pergi!" Teriak Grace terdengar dari luar. Pria itu hanya menunduk, tidak berani menatap Grace.
"Pergi!" Grace melemparinya dengan segala macam benda yang ada di atas meja sebelahnya itu. Untungnya hanya ada sebuah tissue gulung dan handuk. Itupun tidak ada yang mengenai badannya.
"Kumohon, pergi sekarang." Sekarang Grace malah memohon sambil memegang tangan yang membeku sedaritadi itu. Emosinya menjadi tidak stabil semenjak kejadian paling- mengerikan, menurutnya.
"Grace.."
"Jangan sebut namaku!" Grace mendorong pria itu, lalu berteriak seperti orang stress, sebetulnya ia sedang di rumah sakit jiwa.
Grace berteriak sangat kencang hingga penjaga kamarnya, diikuti beberapa orang masuk, juga Zayn.
"Zayn kumohon, usir orang-orang ini." Grace langsung memeluk Zayn gemetaran.
"Aku tidak mau disuntik Zayn. Sakit." Grace terus menangis. Memang daritadi dia tidak bisa berhenti menangis. Anehnya, air matanya tidak habis sejak menangis semalaman. "Kau tidak mau disuntik, kan?"
Grace mengangguk, "kalau begitu kau berhenti menangis, ok? Pasti mereka tidak akan menyuntikmu."
Zayn memberi perintah untuk keluar kepada sepupu-Grace-itu dengan menggunakan kepalanya(aba-aba), "Tapi, Zayn-"
Zayn sekali lagi meminta pria-keturunan-Doncaster itu untuk keluar dengan matanya(aba-aba). Ia hanya menganggukan kepalanya kemudian keluar dari kamar tersebut.
**
"G, ada Louis dan Eleanor." Zayn membuka pintu kamar Grace, dibuntuti Louis dan Eleanor.
"Hai, Grace." Eleanor langsung berhamburan kepelukkan Grace. "Hai, El."
"Bagaimana keadaan keponakanku?" Grace langsung mengelus perut Eleanor yang sudah membesar, kira-kira sudah berusia 32 minggu.
"You'll see him in, hm- about 4 weeks!" Eleanor terlihat antusias, begitupula dengan Grace.
"It's a boy?" Louis menimpali.
"Kau sendiri tidak tahu?" Grace dan Zayn bersamaan.
"Tanyakan sendiri sama, tuh." Louis menunjuk Eleanor dengan dagunya.
Eleanor menepuk jidatnya, "tadinya sengaja tidak aku beritahu Louis sampai dia liat sendiri, tapi ya sudahlah."
"Sorry." Grace tertawa bersalah.
"Tapi untungnya kau bertanya, give me five!" Louis dan Grace ber-toss ria.
"Tak kusangka, I'm gonna get a boy, Tommo's junior." Ucap Louis berlebihan.
"Kau ini akan jadi seorang ayah, Louis. Dewasalah sedikit." Celetuk Zayn yang sedaritadi terdiam.
"Kau sudah dewasa, belum juga menjadi calon ayah, Malik!" Louis membalikkan perkataan Zayn.
"As soon as possible, Louis. Kau mau berapa keponakkan?" Zayn membuat pipi Grace bersemu.
"Zayn.." Ujar Grace malu, membuat semua orang yang berada di ruangan tertawa.
**
Hari ini, tepatnya dua bulan setelah Grace berada di rumah sakit jiwa, ia diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
"Kau pegang erat tasnya, ok?"Belum Grace siap, Zayn langsung menggendong Grace di punggungnya. "Zaaaaayn." Grace tidak bisa menahan tawanya.
"Kau ingin kemana dulu? Langsung ke rumah sakit atau pulang? Kita mandi dulu?" Zayn mendudukkan Grace di jok sebelah pengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Fanfic"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...