BACA AUTHOR'S NOTE SESUDAH CHAPT INI PLEASE:')
*
Suara tepuk tangan memenuhi ballroom hotel ini. Ketika sepasang manusia, wanita dan pria itu memasukki ruangan ballroom. Sebuah senyuman mekar tergambar jelas dimasing-masing wajah mereka. Gaun putih hasil karya desainer kasta rakyat atas, merekat ditubuh wanita yang tak muda lagi itu. Dan tuxedo putih yang senada, melekat ditubuh laki-laki dengan kepala tak berambut sehelai pun.
Bukan, itu bukan aku. Tentunya itu ibu dan ayah tiriku. Ya, hari ini adalah hari pernikahan mereka. Setelah mengucapkan janji suci didepan pendeta dan orang terdekat tadi siang. Sekarang saatnya merayakannya. Aku berada dibelakang ibuku, memegangi buntut gaunnya yang membuatnya susah berjalan. Aku juga mengenakan gaun putih dengan satu lengan saja. Namun, tak seanggun ibuku. S E L A.
Aku tak menemukan ayah disini. Tadinya aku ingin bertanya pada mom, apakah mereka mengundang ayah. Tapi aku tak ingin merusak momen-momen indahnya saat ini, lihatlah ia. Sedang menyalami tamu yang datang dengan sebuah senyum yang belum aku pernah liat sebelumnya. Atau bahkan senyum itu terakhir diperlihatkannya pada saat ayah memberikannya kejutan saat hari ibu sedunia, itu sudah 5 tahun yang lalu.
Aku rindu pada dad. Ini sudah sekitar 3 bulan bahkan lebih aku tidak melihatnya lagi.
Hampir saja aku meneteskan air mataku, cepat-cepat kuusap mataku agar tak terlihat. Tapi, make up-ku tidak akan luntur. Ini make up dengan brand terkenal dan termahal, bukannya aku sombong, sungguh.
Disaat-saat seperti ini, sungguh aku membutuhkannya.
Zayn.
Ia sedang tidak disini. Baru kemarin ia pergi ke Afrika selama 5 bulan karena tugas pemanggilan pengajar karena disana banyak anak-anak yang memiliki pengetahuan terbatas.
Terkadang aku terharu bahagia karena orang yang aku banggakan dan sayangi, memang patut untukku banggakan, memiliki hati yang mulia. Tapi disisi lain, hatiku juga sedih dan kecewa. Harusnya disaat ini aku bisa bersamanya. Menghabiskan waktu kami berdua. Bergurau dan bercerita bersama. Sepertinya waktu kami tersita hanya untuk tugasnya. Apalagi ini 5 bulan, dan itu adalah waktu tercepat. Juga sambil menunggu orang lain untuk melanjutkan tugasnya itu. Karena banyak orang menolaknya.
Ia menyuruhku untuk mengambil cuti 3 bulan dari kuliahku. Katanya, ia takut terjadi sesuatu padaku. Padahal umur aku ini sudah 18, bahkan hampir 19 tahun.
Aku mengamati sekitarku, orang ramai. Dan melihat Berry sedang mengunyah makanan.
Berry tidak seperti yang dulu. Dulu ia periang, penghiburku saat aku susah, dan makannya banyak. Tak seperti sekarang.
Ia lebih banyak terdiam, tak banyak bicara. Mukanya menunjukkan raut kesedihan. Tidak kutemukan Berry yang periang. Tubuhnya semakin kurus, dan sering kulihat biru-biru lebam di wajahya maupun lengannya seperti bekas pukulan yang kencang.
Sering ia menangis, namun tak mau ia menceritakannya padaku.
Dia hanya berulang kali mengucapkan kata maaf saat kami berpelukan dan ia menangis sesegukan.
"Berry!" Aku memanggilnya. Lalu ia menatapku kaget, bukannya menghampiriku. Ia malah kabur, namun raut mukanya menunjukkan ketakutan.
Aku mengejarnya, ini seperti film bollywood. Namun, tidak berlebihan.
Saat aku berhasil mencapai tangannya. Ia menengok ke arahku, matanya sembab.
"Lepaskan aku, Grace!" Ia berusaha melepaskan cengkraman tanganku.
Namun aku tak menghiraukannya.
"Kau dalam masalah, lepaskan aku. Kau bahaya" katanya. Namun ia sudah tak meronta lagi. Dan ini diluar gedung. Jadi tidak ada yang melihat kami.
Memang akhir-akhir ini aku seperti diterror. Beberapa foto ada yang ganjil. Seperti foto kecelakaan mobil yang menabrak seorang laki-laki, foto seorang bayi, dan foto penganiayaan seorang suami terhadap anak dan istrinya. Sumpah, aku tak mengerti semuanya.
Lalu aku merasakan tubuh Berry tegang dan melotot kearah belakang.
"Hai, Grace" aku mendengar suara tak asing lagi, saat aku menoleh kearah belakang. Ia mendekap mulutku dengan sapu tangan, sempat aku meronta-ronta, namun sia-sia. Ia menusukkan jarum suntik yang membuat semua berputar dan menjadi gelap.
********
GIMANA CHAPTER INI? BUAHAHAHAHAHA SUMPAH GUA NGESTUCK HAHAHA :| DAN AKHIRNYA BEGINI DAH. SUMPAH INI ENGGAK BANGET JADINYA HAHA XD
GA RAME BANGET ACTIONNYA HAHAHAHA GUA GAGAL, FIX.
MUNGKIN INI TERLALU SEDIKIT KARENA OTAK GUA BUAT NIH CHAPTER CUMA MENTOK SAMPE SEGINI HUAHUA:| GUA CUMA GATAU GIMANA2NYA:') ALURNYA SIH UDAH JELAS:| TAPI DIKIT2 AJADEH BIAR GREGET:')
S E L A ITU ARTINYA JEDA:')
OKE GUA NEED VOMMENTS AJAAA YAAA:') KAYA BIASA:')
THANKS FOR READING SODARA SODARI:') 💛💚💛💚💛💛💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Fanfiction"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...