Grace's pov
Harry merangkul pundakku, atau lebih tepatnya menyeretku dilorong kampus, dan semua mata tertuju pada kami. Ini sedikit uncomfortable, tapi saat aku hendak melepaskan tangannya, dia malah mengencangkan rangkulannya.
Ia merangkulku sampai ke kelas Biologi. Harry memposisikan kami berhadapan, lalu kurasakan napasnya makin terasa di pipiku, artinya jarak kami semakin dekat, dan saat tinggal 3 cm lagi aku menutup mataku, "temui aku pulang" suara serak Harry berbisik ditelingaku, lalu merasakan bibir Harry yang lembab mencium pipiku sekilas. Aku langsung membuka mataku dan melihat Harry yang berjalan semakin jauh.
"Grace" suara Berry yang khas mengagetkanku. "Kau ini" aku memandangnya sinis, tapi ia malah menjawabnya dengan senyumnya. "Kau pilih Harry atau Za..." aku langsung membekap mulut Berry yang kecil namun cabai rawit. "sssstt" aku menempelkan jari telunjukku ke mulutku. "Tentu aku tidak memilih keduanya. Zayn itu dosenku, dan Harry .. i'm just his fake girlfriend" aku berbicara dengan sangat pelan dan berhati-hati. "Tapi untuk apa fake girlfriend?" tanyanya polos. "Kau lihat itu.." aku menunjuk kearah Wanita pirang dengan bajunya yang berwarna merah jambu transparan dengan rok yang menjeplak dibagian bokongnya,ewh. "Dia hanya ingin membuat wanita itu iri, balas dendam lebih tepatnya" aku berkata sangat pelan. Berry mengangguk mengerti.
Tiba-tiba sebuah tangan besar memegang pergelanganku. "Time for go home, miss" kata si Harry sambil mencium punggung tanganku, karena ada wanitanya yang sedang melihatnya dengan penuh kemarahan. "Berry, aku duluan ya" aku menepuk pundak Berry.
Liam's pov
Dengan penuh tekad yang kuat, aku menekan bell pintu apartement Zayn.
Saat yang kedua kalinya aku menekan bell, terputarlah kenop pintu, dan terlihatlah Zayn yang langsung memandangiku dengan tatapan yang penuh kemarahan dan kedengkian.
"Don't tell me, just go home" kata Zayn hendak menutup pintunya, "Listen to me .." aku menahannya. " I said go home" katanya dengan ekspresi marah karena rahangnya mulai mengeras lalu me-rileks lagi. "Zayn please, I -" belum saja aku menjawabnya Zayn sudah berteriak didepan mukaku, "JUST GO TO THE HELL PAYNO" Teriaknya lalu membanting pintunya lebih dari keras, great.
Grace's pov
Harry memberhentikan mobilnya dipinggir jalan, lalu ia keluar dari mobil. "FUCK THE HELL THIS CAR, I'M SO DONE" aku bisa mendengernya mengumpat. "Bantu aku mendorong mobil ini, Smith" Harry menarikku keluar mobil. "Kau gila? Aku ini seorang perempuan" kataku dengan nada bercanda. "Tidak" ucap Harry dingin.
Fine, demi tidak ketemu Harry lebih awal, ini akan menjadi lebih baik sedikit.
Jesus, mobil ini lebih dari kata berat. Aku mendorong sendiri, sedangkan Harry mencoba men-start nya dari belakang kemudi. " Fuck ... God ... This is ... Heavy ... Harry ... you need ... to ..... change this .. aaa" sedari tadi aku mengumpat seperti itu.
Tiba-tiba mobil Harry mengeluarkan asap, lalu Harry menyelonong begitu saja meninggalkanku. Di tengah jalan. Aku seperti orang tolol yang akan dihukum mati, fine. " FUCK YOU HARRY BITCH STYLES" Aku berteriak mengumpat Harry yang sudah jauh dengan mobilnya. Jadi sekarang aku harus bagaimana? Jalan kaki menuju rumahku dan sampai hari besok? Kakikku sudah gempor dibuat Harry saat berbelanja tadi, aku sudah seperti pembantunya saja, membawakan semua tas belanjaan yang terdiri lebih dari 3 kantung. Ingin meminta bantuan pada siapa? Handphone-ku sudah wafat oleh Harry, uangku ada di ATM semua. FIx aku akan mati kelaparan.
Liam's pov
Saat aku sedang berjalan menuju rumah sehabis dari bar, aku melihat seorang gadis sedang terduduk di trotoar sendirian, tanpa aba-aba aku menyetop mobilku dipinggir. "Miss" aku menyentuh tangan gadis ini, saat ia mendongakkan kepalanya, sepertinya aku pernah melihatnya. Matanya terbelalak kaget, " kau .. kau ... Liam?" darimana ia tahu namaku? "Ya ... Ya. Kenapa?" aku menaikkan sebelah alisku. "Aku Grace, you must be Zayn's friend" katanya. Ia gadis yang saat itu bersama Zayn kan? "Apa yang kau lakukan disini? Aku tahu itu cerita panjang, baiklah sebaiknya aku mengantarmu pulang." aku membukakan pintu mobil untuknya. Ia mengangguk dan tersenyum pasrah lalu masuk kedalam mobilku.
*SKIP*
Grace sama sekali tak berbicara apapun, begitupun aku. Aku terlalu gugup membuka pembicaraan terlebih dahulu, it's my typical. Entah kelelahan atau apa, ia tertidur. Mukanya terlihat pucat dan lelah. Sudah berapa lama dia dijalanan?
Saat dipersimpangan, aku membangunkan Grace untuk menanyakan rumahnya. "Grace .. " aku menyentuh tangannya. Karena tidak ada respon aku menggoyangkan bahunya pelan. "Hmm .. Uhm, sorry Liam aku ketiduran, my bad." ia membereskan rambutnya yang berantakan. "it's ok Grace, aku tahu kau kelelahan, dimana rumahmu?" aku bertanya lalu Grace menjawabnya.
Grace's pov
"Thanks Liam, kau memang malaikatku, entah apa yang terjadi jika kau tidak ada" aku tersenyum kearahnya lalu keluar dari mobilnya. Aku sudah melihat mobil Zayn didepan rumahku, sedang apa dia?
Saat aku masuk kedalam rumah, aku melihat Zayn dan Louis sdeang bermain playstation? Hey,sejak kapan mereka akrab?
Zayn menyadari kedatanganku begitupun Louis. "Abis darimana saja Grace? Lalu mengapa handphone mu tidak bisa dihubungi?" Louis sudah mengintrograsiku. "Handphone ku pecah" kataku enteng. "Kenapa kau tak bilang Grace?" tanya Louis, lagi. Aku malas kalau Louis sudah seperti ini, dengan tidak menghiraukannya, aku langsung naik ke kamarku, room sweet room, ehm?
Aku membilas tubuhku dengan air hangat, dan seperti pikiranku yang buruk, luntur dalam sekejap.
Saat aku sedang bermain dengan MacBook-ku, Zayn sudah ada didepanku, dengan roti lapis ditangannya. "Aku tahu kau belum makan, makanlah" katanya seraya menyodorkan roti lapis nya. Seperti mendengar suara perutku, aku meraihnya dan langsung melahapnya dalam 4 kali gigitan.
Tangan Zayn mengelus ujung bibirku, "Ada coklat" katanya lalu menjilatnya, dia ini kurang makan? "Kau jorok sekali Zayn" aku meninju bahunya pelan. "No matter what I do, it's just only about you Grace" kata Zayn dan itu membuatku meleleh seketika, gombalannya yang kuno membuat hatiku meleleh, rasanya ingin meledak sekarang juga. Entah semburat merah apa yang ada dipipiku. Lalu saat aku sadar kembali, aku merasakan punggung tanganku dicium Zayn. Sumpah, aku ingin meledak, tapi aku hanya melampiaskannya dengan kata "thanks" lalu tersipu malu, astaga. Nafasku tercegat di tenggorokanku.
Aku mematikan macbook-ku. Lalu Zayn mengaktifkan handphone-nya dan ia berbaring disisi ranjangku, dengan kaos tipis putih yang menunjukkan tubuh sixpacknya. Tanpa aba-aba aku ikut berbaring disebelahnya, lalu Zayn mendekat dan mendekapku. "Besok kita cari handphone baru, kay? Ngomong-ngomong tadi kau pulang dengan siapa?" katanya sambil memainkan handphonenya. "Liam" kataku jelas, dan padat yang membuat Zayn terdiam. "You need to get away from him. He is too danger, he is a liar" kata Zayn dengan nada serius. "Tapi ia baik, coba kalau tidak ada Liam, aku sudah menjadi lapuk dijalan gara-gara Harr.." ucapku keceplosan, sial. "Harry? kau juga harus menjauh darinya Grace." katanya dengan dingin. "Tapi aku punya hutang budi dengannnya" kataku pelan. "Biar aku yang.." aku memotongnya. "No, just myself, Zayn. Sudahlah aku ingin pergi tidur, you must believe me" kataku menatap mata Zayn dalam-dalam. Lalu saat melihat tatapan Zayn sudah tak dingin, aku mulai menidurkan mataku, pikiranku dalam rangkulan Zayn.
__________________
a/n :
MAAFKAN LATE POST
KEMAREN SABTU GUA UDAH BIKIN, TIBA TIBA WATTPAD ERROR DAN BELUM KE SAVE:'0
Maafkan jika typo and bad grammar :] maafkan pemula
Alur ceritanya jelek, pemilihan kata kurang tepat:'') maafkan author yang polos dan bersalah ini.
BUT GIVE UR COMMENTS AND 25 VOTES <3333333
Baca juga teenfict yang baru gua bikin, Nutella's Love, cerita nyata 80%
THANK YOU BBY<33
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Hayran Kurgu"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...