twenty five

3K 346 11
                                    

Zayn's pov

Tiga hari sudah berlalu, semenjak kejadian terakhir Grace menghubungiku. Tiga hari lamanya juga hidupku terasa hampa dan kosong. Lebih hampa daripada gadis-gadis sebelumnya. Aku benar-benar sangat kehilangannya.

Bahkan, saat kemarin aku mengajar, bocah laki-laki bernama Deks menangkapku melamun. Deks tidak berlari dan menanyakan kabarku, justru ia memanggil teman-temannya dan mereka mengajakku untuk bermain. Lucu sekali anak-anak disini. Sekiranya ada sedikit obat untuk mengisi hari-hari hampaku, walaupun memang tidak dapat menutupi raut wajah kehilanganku.

Dan hari ini aku berencana untuk menghubungi, bisa dibilang mantan karibku, dan yang mengenal Grace. Siapa lagi kalau bukan Louis, Harry, dan pembohong- Liam.

Baiklah akan kumulai dari sepupunya.

"Halo?" Terdengar suara wanita dari sama.

"Oh. Hi, maaf ini siapa?"

"Aku Ele, kekasih Louis. Kau?"

Orang ini yang membuat Louis luluh dan meninggalkan Grace?

"Aku Zayn. Louis ada?"

"Tunggu sebentar." Terdengar suara berteriak.

"Hi?"

"Oh. Hi, Louis."

"Zayn? What's up?"

"Bisakah kau sedikit menjauh dari kekasihmu sebentar? Ada yang ingin aku ucapkan, penting." Lalu terselang jeda sebentar.

"Aku sudah diluar. Tell me."

"Apa kau sedang bersama Grace?"

"Uhm, tidak," ucapnya terdengar sedikit pelan, dan entah kenapa hatiku mencelos mendengar kata 'tidak'

"Tunggu, mengapa kau menanyakannya padaku?"

"Long story."

"Kau sedang bersamanya, bukan?"

"Tidak. Karena itu aku menanyakannya padamu. Aku sedang tidak berada di Inggris. Aku di Afrika."

"You're mad! Kau tahukan bahwa ibunya sudah pergi ke Spanyol beberapa hari yang lalu."

"Calm, Louis. Shit! Ia tidak memberitahuku bahwa ibunya akan pergi ke Spanyol. Namun, aku terbang ke Afrika sebelum ibunya menikah. Apakah ia tak mengatakan sesuatu padamu, mungkin? Tunggu, apa kau ke pesta pernikahan ibunya?"

"Tidak, semenjak kejadian itu, Ia tidak ada kabar. Bahkan, saat aku pergi ke pesta pernikahan ibunya, aku tidak melihat Grace."

"Apa? Kau tidak melihat Grace?"

"Sama sekali tidak. Dude, tenang. Aku akan berusaha mencari informasi dari beberapa temannya, siapa tahu itu membantu, tapi aku tidak janji."

"Apa? Kau tidak berjanji?"

"Ya, aku- aku tidak berjanji akan membantumu. Karena itu tanggungjawabmu, bodoh! Kau bodoh! Siapa yang akan menjaga dia?"

"Tunggu. Mengapa kau menyalahkanku? Seharusnya aku yang menyalahkanmu! Dia saudaramu! Kemana kau selama ini?"

*tutt.tutt*

Sialan! Louis Tomlinson, saudara macam apa kau ini?

Aku mengusap wajahku dengan kedua tanganku supaya aku masih dapat bisa meredam emosiku. Lalu, aku beralih kenomor Harry.

"Harry?"

"Zayn? What's wrong?" Harry adalah tipikal tidak suka berbasa-basi.

"Apakah Grace bersamamu?"

"Kekasihmu? Tentu, tidak." ucapnya datar dan membuat hatiku bertambah gelisah. Aku menarik nafas banyak-banyak dan membuangnya asal.

"Jangan bilang,"

"Ya, aku tidak bersamanya." potongku.

"Jangan bilang, kau kehilangannya?"

"Long story. Intinya, ia menghilang tanpa kabar."

"Tanpa kabar?"

"Ya-tidak juga. Terakhir dia menghubungiku dan meminta putus." ucapku sedikit berat mengigat kejadian memilukan itu lagi.

"Dengan alasan?"

"She said, there is someone else. She make me so confused." Aku memijat pelan pelipisku.

"Tunggu. Kau sudah menghubungi nama orang-"

"Louis." Potongku lagi.

"Ya, Louis. Kau sudah menghubunginya?"

"Tentu. Dia bilang Grace tidak bersamanya tetapi ia tidak ingin membantu. He's mad."

"Coba hubungi teman-temannya yang kau kenal, aku akan berusaha membantumu."

"Baiklah, aku akan mencoba. Thanks Harry."

"Jangan sungkan-sungkan, mate. Hubungi aku lagi."

"Baiklah." ucapku lalu memutuskan sambungan telefon.

Lalu aku beralih ke orang-yang-sangat-tidak-ingin-kusebutkan-namanya- Liam.

"Halo?" Terdengar suara sangat riuh disana seperti, sedang di club malam? Tunggu, sejak kapan Liam pergi ke club malam?

"Liam."

"Hey, Zayn! What's up, mate?"

"Apakah Grace sedang bersamamu?"

"Grace? Kekasih yang kau sayangi itu?"

"Aku tidak akan mengulanginya." ucapku datas dan tanpa basa-basi lagi.

"Calm down, mate. Tidak, ia sedang tidak bersamaku."

"Ba- tunggu. Maksudmu 'tidak sedang bersamamu' ?"

"Ya, ia tidak sedang bersamaku."

"Maksudmu? Halo? Liam?" Dengan begitu Liam memutuskan begitu saja sambungan telefonnya.

Bastard! Maksudnya apa? Keparat kau, bajingan!

'Tidak sedang bersamaku'

Apa dari maksudnya? Bajingan kau sialan, Liam James Hell Payne.

*****

A/n:

Hai hai (';

balik lagi'-')/

Dengan cerita makin suram'-')/

Udah mulai sekolah makin-makin dah late update:(

Apalagi kurikulum 2013.__. Eh gua udah dari tahun kemaren deng.---. Eh yang pada baru masuk SMA pada kaget ya kurikulum 2013? Same dude, same/? ;') Pemerintah tuh like a shit('; kaya dia sanggup aja ngejalaninnya *curhat-abaikan*

Jangan lupa votes ama comments nya:')

Makin lama masa makin merosot? ;(

Jadi gasemangat tau ga ngelanjutinnya padahal tinggal dikit lagi chaptnya, malahan tadinya ini harusnya chapt terakhir, tapi karena takut pada bingung jadinya satu-satu aja dah ngejelasin di tiap chapt nya:')

Sekian ajadeh, thanks for reading.

Much love! Xxx.

OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang