Grace's Pov
Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum masuk ke rumah. Aku akan bertemu dengan mom, dan aku sepenuhnya belum siap sama sekali. Mungkin dia memang orangtua-ku yang merawatku hingga sekarang, tapi memaafkannya cukup sulit, entah mengapa. Dengan perasaan tidak enak, aku berdiri didepan pintu sambil berancang-ancang untuk mengetuk pintu.
'tok..tok..tok..'
Aku mengetuk 3x hingga terbukalah pintu itu dan menampakkan wanita setengah baya didepanku, mom. Selama beberapa detik menatapku, mom membuka tangannya lebar-lebar seraya memelukku erat.
"I miss you, Grace. I'm sorry, sorry. Please forgive me." kata Mom sambil menciumi pipi-ku berkali-kali.
"I miss you too, mom." kataku parau sebab aku tak bisa menahan air mata yang keluar begitu saja dimataku. Aku memang merindukannya.
"Jess." tiba-tiba suara Pria berumur terdengar dari belakang dan mom melepaskan pelukan kami, dan aku mendapati Pria tinggi dengan kepala tidak berambut mengenakan kaus Polo putih polos dan celana panjang berwarna biru ke hitam-hitaman. Jangan bilang itu calon-
"Grace, kenalkan ini Bobby, dan Bobby, ini anakku, Grace." ucap Mom mengenalkan.
Aku menjulurkan tanganku, "Grace." ujarku sambil tersenyum paksa.
Lalu Bobby menyambut tanganku, "Bobby." ucapnya ramah.
"Grace, beristirahatlah, akan ada yang kami ingin bicarakan." kata mom, aku langsung mengangguk dan membawa koper berisi bajuku.
Mom hanya mementingkan calon suaminya itu, tanpa memperdulikan anaknya yang baru saja keluar dari rumah sakit. Sadarkah ia bahwa aku ini baru saja pulang dari rumah sakit?
Zayn's pov
Aku memarkirkan mobilku dengan mulus. Aku berjalan masuk ke lift apartement-ku sambil memutar-mutar kunci mobilku.
'Tring'
Bunyi lift menyadarkanku bahwa aku sudah sampai di lantai apartement-ku. Saat aku memutar kenop pintu apartementku, itu tidak terkunci. Padahal aku selalu tak lupa untuk menguncinya.
Saat aku membuka pintunya, terbukalah dan menampakan pengkhianat itu sedang mengganti-ganti channel tv di ruang santai milikku.
Karena mendengar suaraku yang berpura-pura berdeham, dia memutar kepalanya dan tersenyum memuakkan kearah ku.
"Hai Zayn, sudah lama pergi?" Katanya. Lihatlah, belum apa-apa dia sudah berperilaku munafik.
"Keluarlah Liam Payne." ketusku dengan datar dan dingin tentunya seraya membuka kulkasku.
"Zayn, kumohon-"
"Pergi sekarang, atau aku akan berpikir beribu-ribu untuk memaafkan kemunafik-kanmu. Atau tidak akan pernah." kataku lalu aku masuk ke kamarku begitu saja tanpa memperdulikannya. Lalu beberapa saat, kudengar suara televisi dimatikan, lalu suara pintu tertutup. Dia seharusnya sudah pulang.
Aku tak tahu harus memaafkannya atau tidak. Aku mengajarkan Grace untuk memaafkan orang yang bersalah kepadanya, tapi aku sendiri tidak bisa memaafkan sahabatku sendiri sejak 18 tahun yang lalu karena seorang jalang bermuka dua. Rasanya aku ingin mengucapkan kata aku memaafkanmu, tetapi rasanya sangat berat untuk dikeluarkan, entah rasa gengsi atau apa aku menurutinya. Entahlah, Liam Payne selalu meminta maaf sebelum dimaafkan. Semasa bodo dengan hal itu.
Grace's Pov
"Dia akan menjadi bagian dari hidupku, juga hidupmu. Kita sudah merencanakannya sejak lama. Tapi keputusan itu semua ada ditanganmu. Tapi aku harap kau menerimanya." jelas Mom tentang Bobby dikamarku. Ya, hanya kita berdua sekarang. Betulkan dengan dugaanku? Aku akan memiliki seorang ayah tiri atau tidak, itu ada dipilihanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY RAIN {Zayn Malik Fanficition}
Fanfiction"Rain teaches us about everything. From the best things until the worst things. It will save me from the danger things. But the rain doesn't do it, but you are, the person who do it for me. You are my rain. You teach me about happiness and sadness...