Key memandang langit-langit kamar di rumah yang baru ia tempati. Rav sialan, kenapa pula ia ditempatkan di area ini. Malam mereka pulang dari tempat yang berada di dalam hutan, Key langsung ditendang ke rumah ini. Rumah yang berdiri di area yang menurutnya horror.
Kalau tetangga-tetangganya ramah dan area ini ramai, Key tak masalah. Lihatlah tetangganya yang menempati dua rumah di kanan rumah yang Key tempati, saat masuk ke dalam rumah ini mereka hanya memandangnya datar lalu masuk ke rumah masing-masing. Iya, Key berjumpa dengan mereka tadi malam, sepertinya mereka pulang dari tempat kerja yang entah di mana.
Kenapa mereka tidak melempar senyum sapa padanya? Astaga.
Paginya mereka meninggalkan rumah untuk pergi bekerja. Key tau karena ia mengintip dari jendela. Sebelum meninggalkan rumah, mereka bercakap dengan seorang wanita paruh baya yang datang dengan ojek, ojek yang segera melajukan kendaraannya bak Valentino Rossi setelah menerima uang dari penumpangnya.
Wanita yang Key tebak adalah asisten rumah tangga. Wanita itu bekerja di beberapa rumah area ini setelah Key amati beberapa jam. Setelah sepertinya wanita paruh baya itu selesai bekerja, Key keluar dari rumah berlantai satu yang ia tempati. Berjalan mendekati wanita yang tengah mengunci gerbang besi pendek rumah di samping tempat Key tinggal.
"Punten ..."
Wanita paruh baya yang tak lain adalah Bi Fatimah itu menoleh, mendapati Key yang berpakaian lumayan oke. "Kunaon, A'?"
"Bisa kerja di rumah saya nggak, Bu ...?"
"Panggil saya Bi Fatimah aja atuh, A'." Key mengangguk.
"A' baru ya di tempat ini?" tanya Bu Fatimah, setaunya rumah yang Key tempati tidak berpenghuni. Rumah yang lumayan terlihat rapi dari luar walaupun rumput halaman tak terurus, pagar dan gerbang kayunya sudah lapuk menyatu dengan tanah.
"Iya, Bi. Malam tadi saya nyampai di sini dan langsung tidur." Key tertawa garing lalu bertanya, "Bi Fatimah bisa kerja di tempat saya? Bersih-bersih sekalian masak, saya cuma bisa masak nasi goreng sama mie doang soalnya. Selesai kerja, Bi Fatimah langsung bisa pulang."
"Mau ... saya mau! Ada tambahan lagi, A'?" Bi Fatimah yang semangat mencari uang tentu saja mau menerima.
"Kalau gaji, Bi Fatimah mau gimana ini? Sehari sekali, seminggu sekali atau sebulan sekali?"
"Memangnya Aa' teh kerja apa?"
"Saya ... pengangguran."
Bi Fatimah melotot. "Ah, masa sih? Tapi kok penampilan A' lumayan oke. Pakaian mahal pastinya. Pengangguran kok mau mempekerjakan orang."
Key hanya tertawa menanggapinya. "Ayo, Bi. Mau masakin saya dulu atau bersih-bersih?"
"Bersih-bersih dulu atuh, A'! Bisa kotor masakannya!"
Kemudian Bi Fatimah membersihkan rumah yang Key tempati, Key pun ikut membantu seperti merapikan meja dan sofa yang tidak sejajar dan mengelap piring yang Bi Fatimah cuci.
Berbeda dengan Bi Fatimah yang menyapu halaman, Key memutuskan merilekskan tubuhnya di sofa yang lumayan empuk. Korden jendela di belakangnya ia buka setengah agar sinar matahari tak semua menyorot ke dalam rumah.
Key mengirim pesan kepada Rav dan teman-teman untuk mengirimkan makanan padanya, ia lapar sekali. Tapi apa yang Key dapat? Rav malah mentransfer uang padanya.
Kenapa rasanya sunyi, tidak ada keramaian di luar. Padahal setaunya, jalanan ini dekat dengan pasar.
Area yang Key tempati benar-benar seperti area sunyi. Pantas teman-temannya menamainya Silent Area.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Mystery / Thriller⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...