27 | The Cows Are Witnesses

477 48 4
                                    

Keesokan harinya, Akira tiba di rumah Dina dan Danu. Pria berhoodie merah muda dan menggendong ransel hitam berjalan dengan siulan yang disauti burung-burung tetangga.

Pintu rumah terbuka dengan keras, sosok Aiko yang baru bangkit dari tempat tidur langsung memasang mata penuh binar.

"Gege!" Aiko berlari lalu melompat ke pelukan Akira yang selalu siap memasang kekuatan jika berhadapan dengannya.

"Panggil Gege, nih? Pasti ada maunya," Akira tertawa, kemudian mengecup kepala Aiko beberapa kali. Namanya berbau Jepang, kenapa pula dipanggil kakak dalam bahasa Cina.

Suara dehaman mengganggu adegan mereka. Aiko segera kembali ke daratan melihat kedatangan pria berkaus putih polos yang terlihat basah karena keringat.

"Kak Rav ngapain ke sini?" tanya Aiko, untuk apa pria itu ke rumah pagi ini.

"Ke--"

"Rav! Sudah ada di sini kamu?" Dina yang berdaster bunga-bunga muncul dengan spatula di tangannya. "Mana pesanan Tante? Bisa bedain merica sama ketumbar, kan?"

Rav mendekati Dina, menyerahkan keresek putih berisi bumbu masakan. "Bisa, Tante."

"Aduh! Menantu idaman banget kamu." Dengan gemas dicubitnya pipi Rav yang basah karena keringat.

Aiko dan Akira memandang mereka heran.

"Ayo, kalian masuk!"

Sembari menunggu masakan matang, Rav, Aiko, Akira, dan Danu duduk di ruang keluarga. Aiko merasa aneh karena duduk di antara Rav dan Akira.

Danu memberi senyuman pada Akira. "Cepat sekali kamu ke sini? Nggak apa-apa pekerjaan kamu ditinggalkan?"

Akira menggaruk dahinya. "Kerjaan aku apa? Aku sudah nganggur tiga hari ini, Om."

"Om baru tau, kenapa?"

"Gulung tikar, rugi banyak banget."

Danu mengangguk tanpa bertanya lebih dalam apa sebab tempat kerjanya gulung tikar. "Oke, kamu bantu Aiko urus Peternakan Sapi Pak Toni."

Akira mengangguk, ia tentu saja tau kejadian yang melibatkan Aiko di dalamnya. Beruntung Aiko tak terluka parah. Lebih mengejutkan lagi bahwa tersangka mencantumkan nama Aiko di surat wasiatnya.

"Oh, Rav." Danu menunjuk Akira, "Dia Akira, keponakan saya." Lalu Danu sedikit bercerita bahwa Akira adalah anak dari adiknya. Keluarga Danu berdarah Jepang. Ayah mertua Dina menikah dengan gadis sunda yakni seorang jawa yang kemudian melahirkan Danu.

Rav mendesah lega, pikirannya sudah bercampur aduk sejak sore kemarin. Ia mengangguk lalu mengulurkan tangan pada Akira yang langsung membalasnya. "Saya Rav ..."

"... calon suami Aiko!" seru Dina dari dapur. Tak peduli dengan raut Akira yang terkejut dan Aiko yang malu, Dina kembali berseru, "Ayo ke sini! Masakannya sudah siap!"

***

Seminggu kemudian, Akira sudah bekerja di peternakan sapi dibantu oleh Fajar, teman Pak Toni.

Kini Aiko mengunjungi peternakan untuk melihat sapi-sapi besar dan gemuk ditemani Rav yang sepertinya menjadi pengangguran. Kenapa Rav suka sekali mengunjungi rumahnya, membantu Dina memasak dan mengantarkan pesanan.

"Kakak lagi nggak ada kerjaan atau gimana?" tanya Aiko, tangannya terulur mengelus kepala sapi yang tengah memakan makanannya.

"Ada," tangan Rav juga terulur mengelus kepala sapi.

"Terus ngapain dari kemarin ke rumah aku dan bantu Mamaku? Mending kerja cari duit banyak buat bekal nikah."

"Itu kerjaanku, berusaha dapatin hati kamu. Untuk uang, aku sudah punya."

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang