Di pagi yang cerah ini, Key memutuskan untuk lari pagi. Hujan malam tadi tak membuat matahari malu-malu mengungkapkan perasaannya.
Key menghentikan larinya, berjongkok menemukan katak yang langsung meloncat ke selokan kala melihat dirinya. "Astaga, padahal cuma gue liatin. Kataknya betina terus baper kayaknya sama gue."
Matanya menyipit ke arah selokan, tangannya dikibaskan dengan gaya berlebihan. "Maaf, kamu bukan tipeku."
"Aa' teh lagi ngapain jongkok-jongkok begitu?" tanya Bi Fatimah yang tengah menjemur pakaian majikannya yang menempati rumah samping Pak Toni. "Bukan lagi modol, kan?"
*buang air besar
Key berdiri dan memberi senyuman kaku. "Nggak! Saya lagi liat katak tadi."
Kening Bi Fatimah semakin mengerut. "Ngapain liatin katak sampai jongkok-jongkok begitu?"
"Saya kira dia jelmaan putri yang dikutuk."
Bi Fatimah yang mendengar itu tertawa. "Aa' Kepan bisa aja."
"Bibi," suara berat seorang pria berusia sekitar 40 tahunan menghentikan tawa Bi Fatimah.
"Kunaon, Pak?"
Key menyipitkan matanya, ia merasakan sesuatu. Senyum lebar terpasang di wajahnya, tangannya melambai. "Saya Kevan, penghuni baru di sini. Saya kira ini rumah kosong, ternyata ada penghuninya."
Pria itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis menanggapi. Berjalan mendekati Bi Fatimah yang tengah memegang hoodie berwarna putih. Hoodie yang kemudian berada di tangannya. "Ini biar saya gantung di halaman belakang, di depan takut hilang."
Bi Fatimah melongo lalu mengangguk. Terserah apa mau majikannya. Key dan Bi Fatimah dalam diam memandang punggung lebar pria yang memasuki rumahnya.
"Kalem ya Bi orangnya? Saya kira ini rumah kosong."
"Iya kalem. Si bapak jarang pulang juga. Pulangnya nggak menentu dihari apa. Kalau pulang ya suka banget ngurung di dalam rumah. Keluar sepentingnya," jelas Bi Fatimah sambil membanting sarung di udara lalu menjemurnya di tali-tali.
Key meringis karena sedikit terkena cipratan yang dihasilkan dari kegiatan Bi Fatimah. "Lajang atau duda, Bi?"
"Kalau itu saya kurang tahu, dia teh tinggal sendiri di rumah ini sudah 6 tahunan."
Pria Misterius.
Key mengangguk. "Saya lanjut lari ya, Bi. Jangan lupa mampir ke rumah saya. Bibi tinggal masak karena saya udah bersih-bersih."
Bu Fatimah tersenyum menggoda. "Wah, menantu idaman ini. Kalau bisa masak, jadi menantu idaman pakai banget."
"Bibi bisa aja!" Key menggaruk kepalanya dan tersenyum bodoh.
Lalu Key berlari kecil, sebentar ia melambaikan tangan pada Pak Toni yang tengah mencangkul tanah entah untuk apa. Setelah lari pagi dan sarapan, Key berencana pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Thorn yang tadi malam dilarikan ke sana.
***
Aiko menggeleng, menghindari suapan makan siang dari ibunya. "Aku pengin pulang."
Dina berdecak. "Masa belum 24 jam udah pulang aja. Percuma dong uang Papamu kalau kamu sebentar di rumah sakit."
"Bosen aku di kamar mulu. Ajak ke bawah dong, Ma. Aku pengin cuci mata, siapa tau ada dokter atau perawat cakep."
Dina menyentil dahi Aiko. "Sudah mau sembuh berarti ini, tapi badanmu masih agak panas. Lemas nggak?"
Tadi pagi setelah Rav dan Danu pergi, badan Aiko kembali panas. Aiko terkadang menangis di dalam tidurnya. Dina menebak Aiko menangis karena mengalami halusinasi. Ya, demam membuat seseorang mengalami halusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
غموض / إثارة⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...