Beberapa tahun lalu, saat Aiko berumur 19 tahun, teman-temannya yang seumuran dan berbeda setahun tahun darinya berencana untuk memasuki hutan malam hari. Hutan di area tempat tinggal Trisha, putri Pak Toni.Aiko, Tina, Risa yang seumuran, Trisha dan Dera yang setahun lebih muda dari mereka.
Mereka seperti bertaruh, siapapun yang berani dan tak berteriak ketakutan di dalam hutan akan ditraktir gratis makan bakso oleh Tina. Mereka bertaruh sekaligus menghibur diri di malam minggu yang suram, suram karena mereka semua jomblo.
Dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas mereka selalu bersama, menjadi jarang bertemu setelah lulus. Aiko dan Trisha berada di Universitas yang sama, sedangkan Tina, Risa dan Dera bekerja.
"Ma, aku ikut mereka ya? Temu kangen, Trisha juga ikutan, kok!"
"Apaan? Temu kangen kok jalan-jalan ke hutan? Bahaya!"
"Kata siapa jalan-jalan ke hutan?" Aiko terkejut bahwa Dina mengetahui itu.
"Kata Dira."
Aiko merengut, ternyata si Dira yang merupakan adik dari Dera yang membocorkannya. Dasar bocah.
"Cuma ke sana doang, kok!"
"Ke sana doang apanya?! Itu hutan loh, bahaya!" Amarah Dina menggelegar, ia memegang knop pintu kamar Aiko. "Nurut sama Mama! Mending belajar atau ngerjain tugas." Ditutup dan dikuncinya pintu itu tanpa memedulikan gedoran dan teriakan Aiko dari dalam sana.
Hari sudah mulai menggelap, Trisha memberi minuman hangat pada teman-temannya yang berada di ruang tamu.
"Aiko kok belum datang, ya?" gumam Risa sambil mengunyah kacang goreng.
"Kayaknya dilarang Mamanya, deh. Kalian nggak tahu aja, dia jarang banget keluar rumah karena Mamanya." Tina tertawa kecil.
"Anak Mama banget," cetus Dera yang disambut tawa oleh Tina dan Risa.
Trisha menggelengkan kepalanya. "Tante Dina sayang banget sama Aiko, makanya gitu."
"Nggak usah sok tahu, kamu. Kamu kan nggak punya Mama." Dera dan Risa tertawa kecil mendengar ujaran Tina.
Trisha merasakan dadanya sesak. "Kalian jangan bawa-bawa Mamaku."
"Astaga, cuma bercanda. Jangan baper, dong!" Risa yang duduk di samping Trisha menepuk pundaknya. "Papa kamu belum pulang, ya?"
Trisha menggeleng. "Nggak tahu-"
Pintu terbuka tiba-tiba, muncul Pak Toni yang membawa keresek hitam, memandang mereka penuh keheranan.
"Tumben kalian ngumpul di sini? Kurang satu, ya? Aiko di mana?" Pak Toni mendudukan diri di samping Tina, berhadapan dengan Trisha yang wajahnya sedikit mendung.
"Pak Toni baru pulang?" tanya Tina dengan senyum manis di wajahnya.
Pak Toni mengangguk.
"Kita mau jalan-jalan ke kota, tapi Aiko belum datang, bisa jadi nggak datang." Risa merengut sedih.
"Nggak apa-apalah, kita bisa pergi berempat, kan." Dera berujar dengan berapi-api.
"Tapi mau Maghrib loh ini, nanti habis Maghrib saja berangkatnya." Pak Toni memandang suasana luar yang mulai menggelap.
"Nggak apa-apa, Pak. Nanti kita mau beli jajanan di Lebah Mart dulu kok, sebelumnya mampir ke rumah Aiko, cari tahu dia mau ikutan atau nggak, kalau nggak dibolehin Mamanya, ya kita rayu aja Tante Dina ... terus duduk-duduk dulu sebentar di depan Lebah Mart, habis Maghrib kita berangkat." Apa yang dikatakan Tina diangguki oleh Risa dan Dera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Mystery / Thriller⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...