"Pak Toni baik banget ya sama Tina, sampai boleh kerja di peternakannya." Aiko sedikit menyenderkan tubuhnya pada Key, ia duduk di sofa panjang di samping Key yang merasa terpojok. Terpojok dalam arti sebenarnya serta terpojok karena mendapat tatapan tajam dari Danu dan Rav.
Setelah makan siang, Rav menceritakan bahwa dirinya bukan bawahan Danu, Danulah yang merupakan bawahan dan orang yang paling keluarganya percaya. Rav yang membuat Danu sibuk membimbing adik-adik Rav yang mengurus perusahaan, Chaiden Company.
Rav lebih memilih mengurus LOUKAS, Detektif Swasta yang beranggotakan Key dan beberapa orang lainnya. Hal itu membuat Dina menceritakan kejadian 5 tahun lalu, siapa tahu berguna bagi LOUKAS. LOUKAS mendapat email dari teman Rav yang merupakan Polisi Rahasia untuk membantu mereka menguak kebenaran kejadian di Silent Area. Pelaku yang sampai saat ini belum terungkap.
Kembali ke Pak Toni. Beliau memang baik, setelah Tina, Risa dan Dera membohonginya tentang pergi jalan-jalan ke kota padahal ke hutan dan memfitnah Aiko yang tidak bersalah sama sekali. Beliau mau menerima Tina untuk bekerja dengannya dan terkadang ikut menaiki mobilnya. Kabat mengejutkan bahwa belum lama ini Tina menghilang, tak tahu masih hidup atau belum.
Bagaimana kabar Risa dan Dera? Setahu mereka, Risa dan Hera memutuskan pergi keluar kota, hidup bersama suami mereka.
Aiko mengangkat kedua kakinya ke sofa lalu menekuknya. Mengingat bahwa Dira yang merupakan adik Dera menghilang di area itu. Bagaimana bisa dia menghilang?
"Semua korban berjenis kelamin perempuan, ya. Antara umur 18 tahun sampai 24 tahun."
Rav dan Dina mengangguk mendengar apa yang Key katakan.
"Apakah pelakunya sama?" Aiko bertanya, memandang Key yang refleks menjauhkan kepalanya, jika tidak ... bisa saja ia mengalami kecelakaan kecil.
"Jangan dekat-dekat!" Key mendorong pelan kepala Aiko yang langsung memasang wajah kesal. "Kepo, kamu masih kecil nggak boleh ikut-ikutan masalah ini," lanjut Key menjawab pertanyaan Aiko.
"Aiko ..." panggil Danu dengan nada Rendah, Aiko langsung menatap Danu dengan raut penasaran.
"Duduk yang benar, jangan dekat-dekat Kevan."
Aiko memasang tampang polos. "Siapa yang dekat-dekat sama Om Kevan? Aku lagi dekat-dekat sama Om Key padahal." Aiko sedikit meledek, karena tadi mengetahui bahwa Kevan adalah nama samaran.
Dina memberi tatapan tajam padanya. "Jangan sampai penyamaran Key dan yang lain kebongkar, Mama pukul pantat kamu."
Mereka baru saja tahu nama asli Key, nama asli yang lain tidak mereka ketahui.
"Iya! Lagian buat apa sih bongkar penyamaran Om Kunci ini."
"Jangan mainin nama orang, Aiko."
"Iya, Papaku yang paling ganteng."
Malam harinya, Rav dan Key diminta untuk menginap di rumah Aiko. Saat ini mereka berdua tengah bermain catur di halaman belakang. Beruntung malam ini bulan bersinar cantik, tidak tertutupi awan kelabu.
Aiko mendudukan diri di samping Rav yang berhadapan dengan Key, mereka yang tadinya fokus langsung kehilangan fokus.
"Se-sepeda aku di mana?" tanyanya pada Key yang mengerutkan dahinya.
"Di halaman rumah Pak Toni," Key mengingat bahwa sepeda Aiko diletakan di halaman rumah Pak Toni, Pak Toni yang dengan baiknya mau menampung sepeda Aiko.
Aiko sedikit menegang, Aiko berusaha memajukan kursi namun terasa sulit karena Rav yang ada di sampingnya menambah beban. Rav membantu Aiko memajukan kursi dengan mengangkat bagian kanan sedangkan Aiko bagian kiri kursi. Aiko sekilas memandang Rav untuk memberi senyuman terima kasih.
"Aku mau cerita ..."
Aiko merasa jantungnya berdebar.
"Tapi jangan bilang Mama sama Papa."
Rav dan Key mengangguk membuat Aiko memberi mereka jempol.
"Nggak tahu ini pertanda atau bukan, malam dihari aku jatuh dan Om Key nolongin, aku mimpi Tina di ... intinya kayak adegan di film gore, paginya aku demam. Dan tiap malam aku mimpi gore dan itu buat aku selalu mual setiap lihat sesuatu yang basah berwarna merah atau pucat. Dan kapan hari Tina hilang, itu buat aku demam dan paginya di bawa ke rumah sakit." Aiko bercerita dengan sedikit gemetar.
"Aku berharap itu cuma mimpi, tapi ternyata kejadian deh bahwa Tina menghilang dan nggak tau nasibnya gimana, bisa aja dia digituin, kan?"
Hening. Rav dan Key memandangnya tajam membuat Aiko gelisah."Ja-jangan kayak gitu dong liatinnya!" Aiko berujar, berusaha membalas tatapan mereka.
"A-ku mau ke kamar aja deh!" Dengan cepat Rav menarik Aiko untuk duduk kembali.
"Ada hal yang menurut mereka nggak benar, tapi beberapa orang bisa melihat kebenaran itu." Rav memandang Aiko tepat di matanya. "Key, dia ..."
"Tau! Om Key bisa lihat begituan, kan? Malam itu ada tante nongol tiba-tiba, gimana aku nggak kaget dan takut coba?"
Key mendengus. "Kalau si tante ijin dulu buat nongol, kamu nggak kaget dan takut?"
"Ya-ya kaget dan takut juga, sih."
Key mengukir senyum miring. "Btw, di belakangmu ada ..."
"Mama!" Aiko berseru panik dan refleks memeluk erat Rav yang ada di sampingnya, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Rav yang wangi.
Key tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan sedikit air matanya, tangannya memukul pelan meja yang memisahkan mereka. "Padahal aku cuma mau bilang di belakangmu ada ..." Tawa Key terhenti karena mendapat tatapan tajam Rav dan bergumam, "... tanaman hias."
Aiko langsung melepaskan pelukan, memberi tatapan tajam pada Key yang meneguk ludahnya kasar. Tanpa aba-aba Aiko menaiki meja dan menjambak rambut Key dengan kekuatan penuh, Key menahan dirinya agar tak berteriak keras, hanya ringisan yang terdengar.
Rav menggelengkan kepalanya, berdiri untuk menarik Aiko dengan keras dan berakhir terduduk di pangkuannya.
Key mengusap kepalanya yang terasa panas, memandang ngeri Aiko yang memberinya tatapan garang bak ayam betina yang anaknya dipegang Upin dan Ipin. Dan sepertinya Aiko belum menyadari bahwa dirinya duduk di pangkuan Rav.
"Bocah, suka main jambak," Key memandangnya jahil. "Duduk di pangkuan pula."
Tatapan garang itu hilang, tergantikan tatapan penuh tanya lalu terkejut. Tubuhnya menegang, menyadari dirinya tidak menduduki kursi, melainkan duduk di pangkuan seseorang yang tak lain adalah Rav, apalagi tangan kiri Rav melingkar di perutnya.
Aiko berdiri dengan tidak santai membuat lututnya terbentur meja, berakhir dirinya terduduk di pangkuan Rav lagi. Aiko meringis, menoleh ke belakang dan langsung bertatapan dengan mata yang menatapnya tajam namun penuh kekhawatiran.
"Hati-hati." Aiko mengangguk kaku mendengar suara Rav yang penuh peringatan. Bangkit perlahan dari pangkuan Rav lalu berlari cepat masuk ke dalam rumah, menaiki tangga, membuka pintu kamar dan menutup pintu dengan keras, kemudian menenggelamkan tubuhnya di ranjang.
Di bawah sana, Key tertawa tertahan sambil memukul pelan meja. "Lucu banget! Jadi pengin gue peluk."
"Peluk?" Rav mendesis, memandang tajam Key yang tawanya langsung terganti menjadi tawa garing.
"S-sorry!"
Sungguh, malam yang penuh warna.
•○●Bersambung●○•
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Misterio / Suspenso⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...