"Mbok, udah ambil ceker ayamnya?"Mbok Dami yang tengah mencuci piring menoleh, memandang majikannya dengan wajah cerah. "Sudah, Den, terima kasih banyak. Sudah di makan juga, sekalian cuci piring bekas saya makan."
Pria itu mengangguk, tersenyum tipis. "Baguslah, nanti sore tolong dipanaskan, ya Mbok. Saya mau pergi keluar sebentar."
Pria itu mengenakan kaos hitam yang dilapisi jaket boomber berwarna hitam dengan bawahan celana jeans berwarna hitam pula. Hitam-hitam, astaga.
Berjalan keluar dan mendesah lega mendapati motor Harley Davidson Breakout 114 miliknya sudah terparkir dan siap ditunggangi. Di samping motor berdiri pria yang sudah lama menemaninya.
"Thanks, Key. Udah ambil ceker ayam bagian lo belum?" tanya pria itu sambil mengenakan helm putih ke kepalanya.
Pria yang dipanggil Key mendengus. "Gue nggak doyan ceker ayam, besok-besok lo pesenin dada aja." Senyum aneh muncul di wajahnya. "Gue suka dada, banget. Apalagi dada yang ... "
"Sh*t!" Pria itu mengumpat. Kini ia memandang Key dengan serius. "Let's go!"
Key dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi serius. "Gue bonceng lo, ya?"
"Ada mobil, pakai itu aja."
"Naik mobil nggak asik, gue nggak bisa menikmati tamparan angin dan aroma segar kampung halaman Bidadari lo ini." Key tersenyum lebar, berlebihan.
"Please, Rav. Gue bonceng lo, okay?" Kini Key memberi tatapan menggemaskan namun terlihat menjijikan di mata Rav.
Rav, pria dengan tinggi 180 cm itu memandang Kevin dengan malas. Akhirnya ia mengangguk, mengabaikan senyum Key yang menyebalkan.
Rav menaiki motornya, diikuti Key yang langsung memeluk pinggang Rav. Rav menegang, lalu menarik paksa tangan Key yang membelitnya seperti ular. "Apa-apaan ... jaga tangan lo, please."
"Astaga, cuma peluk doang."
Rahang Rav mengeras. "Lepas atau ..."
Segera Key melepaskan tangannya, menyerah. "Oke ..." Rav bisa saja membuka rahasianya.
Key mengendarai motornya dengan santai.
"Btw, cari sepeda yang dipakai cewek yang tadi pagi ke sini di mana, ya?" tanya Key.
"Sepeda?"
"Cewek yang antar pesanan lo."
Ah, gadis itu. Gadis yang semalam ada di dalam mimpinya. Aneh. Mereka tak pernah bertemu, kenapa malah masuk ke dalam mimpi. Biasanya ia akan lupa dengan mimpinya, namun mimpi semalam ... ia mengingatnya dengan jelas. Dan gadis itu terlihat tak asing baginya, seperti pernah melihat, bukan di mimpi semalam.
"Cari sepeda di toko sepeda."
"Kalau itu gue tau!" Rav sedikit meringis mendapat tabokan keras dari Key.
"Gue nggak tau, gue kan nggak liat sepedanya."
"Lah, iya juga ..."
Lalu hening ... motor yang Rav kendarai melewati pepohonan lebat. Jalan yang dilewati pun sepi, seperti jauh dari keramaian. Jalan menurun tajam membuat Key memegang belakang motor dengan erat agar tidak longsor memepet Rav yang pastinya akan kesal.
Setelah melewati turunan tajam, Rav membelokan motor ke kanan. Kini motor melewati jalan tanah sedikit berbatu mengarah ke hutan yang lebih lebat dan gelap. Key memandang ngeri kanan dan kirinya. Di siang hari saja gelap apalagi di malam hari.
Hingga sampailah di tempat tujuan. Sebuah bangunan lumayan besar dan luas, menyatu dengan alam. Tanaman merambat menghiasi bangunan itu. Pintu bertekstur keras, tinggi dan lebar terbuka dengan sendirinya.
Pintu langsung tertutup. Di dalam sudah berkumpul lima pria. Pertama, ada pria di pojok ruangan yang tengah memandang layar laptop sambil meminum secangkir kopi. Kedua, pria yang tertidur di karpet dengan kaki terangkat ke sofa berwarna hitam. Ketiga, pria yang bertelanjang dada tengah merokok di dekat jendela yang sedikit tertutup tumbuhan merambat jika dilihat dari luar. Keempat, pria berkacamata tengah membaca buku tebal duduk di dekat pria yang tertidur. Terakhir, pria berkulit coklat dengan rambut gondrong yang berdiri seakan menyambut Rav dan Key.
Key langsung turun kegirangan dari motor, sedangkan Rav memakirkan motornya di dekat 3 motor lain yang juga terparkir di sana. Beruntung bangunan ini luas, bisa memuat beberapa kendaraan.
Key berjalan cepat menuju pria berambut gondrong terikat yang mundur perlahan melihat kedatangannya.
"Hello, J. Apa kabar?!" Key memeluk singkat pria yang ia panggil dengan J. "Makin mateng aja kulit lo, makin ..."
J meringis melihat ekspresi aneh yang Key tampilkan. "G-gue baik-baik aja."
"J!" Rav melempar kuncinya pada J yang dengan sigap menangkap.
"Thanks, J!"
Rav melangkah mendekati sofa panjang lalu merebahkan tubuhnya. Melirik kaki berbalut kaus kaki hitam di sampingnya lalu pada tubuh tinggi besar yang tergeletak di atas karpet.
"Thorn udah lama tidur, Zero?"
Pria yang tengah membaca buku tebal mendongak. "Yes, pulang waktu subuh langsung tepar."
J datang membawa beberapa botol minuman di nampan, diikuti Key yang tengah menyedot sekotak susu vanilla di belakangnya.
J melirik pria yang tengah merokok, melempar botol padanya. "Leon!"
Leon dengan baik menangkap lalu memberi jempol pada J, melangkah mendekati Rav, Key, dan yang lainnya.
"Keen!" panggil J.
Pria yang tadinya berhadapan dengan layar laptop menggeleng. "Gue udah minum kopi, kembung ntar."
Key mengambil sebotol minuman dingin itu lalu ditempelkan pada pipi Thorn. Thorn langsung membuka matanya dan menatap tajam Key yang tersenyum lebar hingga bisa-bisa giginya mengering.
Thorn bangkit dan langsung duduk bersender pada badan sofa, membuka tutup botol dan meminumnya.
"Ada yang hilang, lagi ...." celetuk Keen. Rav dan yang lainnya mengangguk pelan.
"Gadis yang duduk di bangku SMA, terakhir hilang di dekat rumah itu. Sepedanya tergeletak gitu aja," ujar Leon sembari mengenakan kaus hitamnya.
Key mengusap dagunya pelan. "Rumah kosong itu?"
Thorn mendengus. "Rumah kosong apanya? Ada pemiliknya, cuma jarang pulang aja karena sibuk ngurus peternakan sapinya di kabupaten tetangga."
"Mereka udah wawancarai yang punya rumah dan hasilnya nggak memuaskan. Pemiliknya lagi nggak di rumah ternyata," Zero berujar dengan mata yang menatap buku di tangannya.
"Kenapa sih area sana nggak dipasang cctv? Kan bisa keliatan gitu apa yang terjadi di sana ...." tanya Key penasaran.
"Cctv selalu dirusak, ditembak. Pelakunya nembak dari titik buta cctv tentunya." Kini J yang berujar.
Hening.
"Leon dan Thorn, mulai besok intai area sana." Leon dan Thorn mengangguk mendengar perintah Rav.
"Zero dan Keen ..." mereka berdua mengangguk.
"J, jaga tempat ini."
Kini Rav memandang Key. "Key ..."
Key berdoa dalam hati semoga tidak mendapat sesuatu yang ....
***
"Rav ..." Rav tidak menjawab. Yang Key dengar adalah suara jangkrik dan hembusan angin yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"Harus, ya, pulang malam-malam begini?" Key tak mau melirik kanan dan kiri, ia terus memejamkan matanya dan sedikit mengintip. Saat ini Rav pasrah saja mendapat pelukan erat dari Key.
"Ngebut dong, gue kebelet nih ..."
Rav mendengus. "Alasan ..."
Takut Key mengotori motornya, Rav mengendarai kendaraan dengan cepat.
•○●Bersambung●○•
| D o n e
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Misterio / Suspenso⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...