16 | A Shocking Morning

541 56 4
                                    


Malam itu setelah hujan reda, Key mengantar Aiko pulang ke rumah. Pulang melewati jalanan yang Aiko hindari, Key mengikuti Aiko dari belakang dengan mengendarai scooternya.

Sesampainya di rumah Aiko. Aiko langsung mendapat amarah Dina dan Danu, walaupun Danu terlihat diam saja, tak cerewet seperti Dina.

"Astaga! Udah kabur! Berjam-jam nggak pulang."

Aiko duduk menunduk di sofa ruang tamu, memainkan jemarinya.

"Rambut basah, baju juga lumayan basah. Baru sembuh loh kamu, kalau sakit lagi gimana?"

"Kenapa juga sih kamu harus lewat jalan sana? Bahaya!"

"Ngantar dompet orang, Ma ..."

"Kan besok bisa dikembaliin, bisa minta temenin Mama atau Papa. Untung ada Kevan, coba kalau nggak ada. Bisa diculik atau dimakan serigala kamu, lebih ngeri lagi kalau kamu diculik hantu."

Dina memandang Key penuh terima kasih, suaranya juga melembut. "Terima kasih, Kevan. Udah mau nampung bocah nakal ini di rumah kamu, ngantar pulang juga sampai selamat."

Key hanya mengangguk sembari menggaruk kepalanya.

"Terima kasih." Kini Danu berujar dengan nada tenang.

Setelah itu Key berpamitan untuk pulang. Sebelum pergi, Dina bertanya padanya. "Suka paha, dada, atau sayap?"

Key terkejut. "Da-dada ..."

Dina bertepuk tangan kecil. "Tunggu besok, ya. Kamu kerja atau libur?"

"Saya kerja, tiap hari."

"Kerja di mana?" Pertanyaan dari Dina membuat Key meneguk ludahnya kasar, sedetik bertatapan dengan Danu yang memandangnya datar.

"Saya kerja di rumah, lumayan susah ya ternyata cari kerja di sini." Key tertawa hambar.

"Tapi kenapa waktu itu ada di rumah mewah itu?" tanya Aiko dengan mata menyipit.

"I-itu rumah teman, iya, rumah teman!"

"Kenapa nggak tinggal di sana aja? Rumahnya besar, pasti banyak kamar kosong." Lagi-lagi Aiko bertanya.

"Aiko, masuk ke kamar!" Perintah Danu membuat Aiko cemberut. Dengan langkah dihentakan, Aiko meninggalkan mereka.

Esok paginya, Aiko mendapat perintah dari Dina untuk mengantar dada ayam pedas ... untuk Key. Dina meletakan botol semprotan merica ke dalam kerajang sepeda Aiko. "Kamu boleh lewat jalan sana, kalau ketemu orang mencurigakan dan merasa terancam, semprot aja orangnya."

Aiko menjalankan sepeda cepat-cepat, sepedanya meluncur dengan cantik. Namun kecantikan itu tak abadi, Aiko mengerem mendadak sepedanya hingga terjatuh. Sesuatu yang tak jauh darinya membuatnya melakukan itu.

Tergeletak di depan sana, tubuh pucat seorang gadis telanjang, dahi dan bibirnya berdarah, terlihat jelas karena Aiko memakai kacamatanya. Aiko menutup mulutnya dan menangis melihat paha gadis itu penuh darah, ada bekas daging pahanya yang teriris bagaikan daging sapi. Pastinya sosok itu sudah tak bernyawa.

Bi Fatimah yang pagi ini berangkat bekerja dengan jalan kaki sekaligus berolahraga terkejut melihat Aiko tergeletak dengan sepeda yang menindihnya, lebih-lebih terkejut melihat sesuatu tak jauh dari Aiko.

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang