2 | Bad Day

1.2K 84 3
                                    

"Kamu kapan kerjanya? Nggak bosen nganggur terus?"

Aiko menghentikan kunyahannya, memandang kesal sang ratu rumah ini, ibunya.

"Bosen Mama lihat kamu di kamar terus, keluar kalau makan aja," lanjut ibunya, Dina. Dina melirik kesal pada putrinya yang berlagak tak peduli padanya.

"Nggak pernah beresin rumah juga. Heran Mama, kok punya anak kayak kamu."

"Mamaaaaaaaaa ... aku beresin rumah, kok. Mama nggak tau, kan Mama di luar rumah, atau nggak ya Mama lagi tidur. Pokoknya aku beresin rumah tanpa sepengetahuan Mama," jelas Aiko panjang lebar tambah luas tapi tak seluas Istana Merdeka Bogor.

Dasar orang tua. Apa beresin rumah harus berpamitan dahulu? Tuhan, maafkan Aiko yang nakal ini.

Merasa kalah Dina merengut. "Nggak pernah masak juga."

Aiko memutar bola matanya, kesal. Segera ia membalas perlawanan sang ratu, "Itu kemarin yang masak jengkol pedas siapa? Anak tetangga? Anak Mr. G?"

"Mr. G?"

"Genderuwo, Ma!"

"Astaga, amit-amit. Kamu anak Mama dong, dan Papamu bukan genderuwo, tapi manusia terlahir tampan!"

"Berarti siapa yang masak jengkol pedas kemarin?" Aiko memasang senyuman paling manis.

Kalah lagi, Dina menyerah. "Iya-iya, kamu yang menang."

Selesai makan, Aiko memutuskan untuk mengobrol dengan ibunya.

"Ma, beberapa hari lalu aku udah daftar kerja ke kantor penerbitan. Di sana buka lowongan di bagian editor, doain ya biar aku diterima." ujar Aiko, dalam hati sangat berharap dia diterima.

"Amin ... bosen Mama liat kamu di kamar terus." balas Dina dengan nada menyebalkan.

"Ih, kan aku kerja di kamar."

"Kerja nulis? Dapet duit nggak?" serang Dina.

Aiko tidak bisa menjawab. Tulisannya belum satupun dilirik penerbit. Menurutnya, penerbit hanya melirik cerita yang pembaca dan votenya banyak.

Dan kebanyakan cerita itu berbau 21+ dengan adegan-adegan yang ditulis indah. Aiko ingin seperti itu.

Melihat umur Aiko yang sudah 21+, ia sempat berpikir untuk menulis cerita berbau-bau itu. Tapi ... pengalaman Aiko tidak sejauh itu. Menonton drama korea pada saat adegan ciuman saja Aiko langsung menutup mata.

"Aiko! Aiko budek!"

Menghela napas kasar, kenapa ibunya seperti ini? Anak sendiri dibilang budek.

"Jangan lupa antar pesanan nanti siang, ke kompleks dekat terminal itu loh. Tau kan kamu?" Ah kegiatan Aiko selain mengurung di dalam kamar adalah mengantar makanan yang ibunya buat, ayam pedas buatan ibunya yang paling laris dan maknyus.

Aiko memandang ibunya penuh binar, memberikan senyum lebar. "Kali ini upah Aiko yang cantik ini ditambah ya, ibu ratu?"

Dina lansung mencubit pipi Aiko gemas. "Untung kamu anak Mama, kalau bukan ... udah Mama lempar kamu ke Segitiga Bermuda."

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang