Reve dan Aiko tengah mencari tau dan mencatat bahan-bahan membuat donat untuk ulang tahun Rav hari ini. Di ruang keluarga, Reve merebahkan tubuhnya di sofa, sedangkan Aiko duduk dan memangku kepala Rav di pahanya.
Siang tadi, Rav memaksa untuk pulang. Lebih baik dirawat di rumah daripada di rumah sakit. Lagipula lukanya tidak terlalu parah.
Reve dan Aiko saling bertatapan, tangan mereka juga memegang handphone. Mereka saling berbalas pesan, jika bersuara pasti akan membuat Rav curiga dan tau. Aiko bertugas berselancar mencari bahan-bahan membuat donat, sedangkan Reve mencatat di note handphonenya.
"Kenapa main handphone terus?" Rav bergumam dengan mata terpejam. Tak mendengar jawaban, ia memiringkan kepalanya untuk menghadap perut Aiko. "Kenapa nggak jawab?"
Aiko menjatuhkan tangannya di kepala Rav yang sudah tak berhiaskan perban, mengusap lembut rambutnya. "Tidur! Tidur!"
Merasa selesai mencari dan mencatat bahan-bahan, Aiko mencubit hidung mancung Rav. "Tidur di kamar sana! Aku sama Reve mau keluar sebentar."
Mata Rav terbuka, memandang Aiko tepat di matanya. "Ke mana?"
"Beli jajan!" Reve menjawab dengan semangat pertanyaan yang ditujukan pada Aiko. Tentu saja itu kebohongan. Mereka harus kerja keras membuat donat karena kue ulang tahun saja tak cukup, itu menurut mereka.
Rav memandang Reve beberapa detik lalu mengalihkan pandangannya pada Aiko yang memandangnya dengan tatapan yang sangat sulit ditolak.
"Oke, tapi jangan lama-lama."
Aiko dan Reve memekik senang.
"Reve, ambil kartu debit kakak di atas." Mendengar itu, Reve segera menaiki tangga menuju kamar kakaknya.
Mereka menuju Lebah Mart menaiki mobil yang disupiri Pak Dimin, suami Mbok Dami.
"Kenapa nggak ke Supermarket, sih?" tanya Reve yang tengah mencari tepung terigu di rak yang berisi bermacam-macam tepung.
"Aku belum pernah ke Supermarket, jauh pula," balas Aiko yang kemudian menunjuk tepung terigu yang letaknya di ujung. "Itu tepung terigunya, kak."
Reve mengambil 2 bungkus tepung lalu dimasukan ke keranjang yang sudah berisi susu kental manis, ragi instan, margarin, dan gula pasir. Mereka berdua kemudian mendekati rak yang berisi mie instan.
"Aku mau beli Samyang, belum pernah makan soalnya." Aiko mengambil 2 bungkus samyang berwarna pink.
Reve di sampingnya memandang tak percaya. "Masa, sih?" Tangannya terulur mengambil 2 bungkus samyang berwarna hitam.
Aiko mengangguk antusias sembari berjalan ke rak yang tak jauh darinya. "Serius! Jarang-jarang aku makan mie instan." Jemarinya bercengkrama dengan berbagai merk keju, akhirnya ia mengambil keju yang bungkusnya berwarna biru, serta mengambil sosis di rak sebelahnya.
Reve mangangguk kaku, mempercayainya. Langkahnya mendekati rak berisi snack. "Kamu suka keju, kan?" Tangannya terulur mengambil sebungkus besar snack ring rasa keju yang kemudian mendarat di keranjang.
Setelah merasa cukup, mereka menuju meja kasir untuk melakukan pembayaran yang tentu saja dibayar oleh Rav.
Setelah itu, mereka duduk dengan santai di mobil, Ac mobil dan Ac alami bersatu menyegarkan penghuni mobil.
"Nggak enak sebenarnya belanja pakai uang kakakmu, tapi nggak apa-apa, deh. Donatnya juga dia makan nanti, kan? Terus sisanya, anggap aja bayaran buat tenaga kita."
Reve tertawa mendengar ujaran Aiko. "Iya! Iya! Benar juga."
Sesampainya di rumah, mereka berdua langsung menuju dapur, mengambil mangkuk dan alat yang dibutuhkan, tak peduli pandangan penuh keheranan dari Mbok Dami yang tengah memasukan sayuran ke kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Mystère / Thriller⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...