20 | Loukas (2)

462 53 0
                                    

Cerita ini bisa aku edit kapan saja, maaf kalau menganggu kalian.

***

Aiko keluar dari kamar mandi setelah membuang isi perutnya. "Akhirnya!"

"Sudah selesai?" tanya J.

Aiko mengangguk, lalu melihat sekeliling ruangan. "Ada makanan, nggak? Mas J? Aku tebak pasti namanya Joko!"

J terlihat terkejut. "W-wow."

Aiko memandangnya heran. "Kenapa? Aku benar?"

J tertawa kecil. "Kamu mau makan apa? Ambil aja jajanan di lemari, untuk minuman ambil di lemari pendingin."

"Okay, matur nuwun, Mas Joko." Aiko berlari ke tempat yang dituju dan segera mengambil beberapa makanan dan minuman susu."

Zero yang tengah memakan kuaci tersedak melihat Aiko yang sudah mendudukan dirinya di karpet, duduk di samping Thorn yang mendengus.

Zero menyikut Key yang meringis pelan. "Lo nemu di mana? Baru kali ini gue lihat cewek begini."

"Nggak usah pura-pura nggak tahu gue nemu di mana."

"Mas Thorn sakit? Kok pakai pakaian tebal terus tiap aku lihat?" Ada alasan Aiko memanggil J dan Thorn dengan sebutan Mas. Mereka berdua seperti mengandung darah Jawa.

"Mending makan cepat, mereka nungguin lo bicara," Thorn menjawab dengan ketus. Seakan tak ingin melihat Aiko, Thorn memilih untuk tengkurap.

Aiko mendelikan matanya, menyobek bungkus keripik singkong rasa ayam panggang dengan kekuatan penuh, lalu memasukannya ke dalam mulut banyak-banyak membuat remah-remah keripik mengotori bibirnya.

Sebuah tangan menangkup wajahnya, membawa wajahnya menghadap ke arah Rav. Sapuan lembut dibibirnya membuat Aiko teringat adegan di mimpinya. Beberapa detik kemudian Aiko memundurkan tubuhnya dan tanpa sengaja menduduki punggung lebar dan keras milik Thorn yang langsung mengerang bersamaan dengan Aiko yang memekik dan bangkit dari duduknya.

"Buset!" Zero tertawa terbahak-bahak melihat adegan itu.

"Tambah sakit nggak, tuh?" gumam Keen, sedikit meringis. Pasalnya Thorn belum lama sembuh dari sakitnya.

"SAKIT?"

Mereka memejamkan mata mendengar pekikan itu.

Leon memasang wajah serius. "Stop, duduk yang tenang. Jangan buang waktu, kami nggak sesantai itu."

Aiko mengangguk lalu segera duduk di antara Key dan Zero di sisi kiri, J dan Keen di sisi kanan.

"Jadi ... dimulai darimana?" Aiko memandang mereka satu persatu.

"Mimpi?" J bersuara.

"Oke, mimpi." Aiko mengangguk. "Jadi, aku pernah mimpi buruk. Isinya adegan kayak di film gore, ada Tina di sana dan hari ini aku makin kaget dan mual karena Raisa hilang."

"Kenapa?" Rav bertanya, fokus memandang Aiko. Mengingat pagi tadi Aiko berlari menuju kamar mandi sembari menutup mulutnya.

"Aku pernah lihat Raisa ditarik masuk ke dalam suatu ruangan, awalnya aku nggak terlalu paham Raisa seperti apa. Setelah liat fotonya di media sosial, makin yakin deh kalau dia sosok gadis yang ada di dalam mimpiku."

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang