14 | Drama

516 58 0
                                    

Kamera pengintai nangkap kejadian malam tadi. Ada korban lagi, diculik. Tapi, pelaku nggak ninggalin barang yang korban bawa. Pelakunya nembak beberapa kamera kita. Astaga, kita harus beli kamera keberapa kalinya ini? Sisa satu kamera di pohon antara rumah ...

"Gila ... pelakunya tahu banget titik buta terus nembak kamera-kamera yang kita pasang. Cuma satu kamera yang nggak kecium, kamera yang kita pasang di pohon dekat rumah Pak Toni yang waktu itu ketutup keresek." Zero melempar kuaci ke dalam mulutnya. "Untungnya Leon cepat atasin kamera yang ketutup keresek itu, jadi kita bisa liat rekaman kejadiannya."

Zero berujar sembari mengingat kejadian hilangnya seorang gadis yang keluar dari rumah Pak Toni saat itu. Kamera-kamera rusak dan hanya satu yang tersisa.

Pelaku terlihat muncul dari balik pohon yang terpasang kamera pengintai. Jadi, mereka menebak bahwa pelaku tinggal di antara rumah-rumah itu. Pelaku yang bisa saja merupakan dalang di balik hilangnya gadis-gadis di area itu.

Hari itu setelah kembali dari tempat biasa mereka berkumpul, Key memutuskan beramah tamah dengan tetangga-tetangganya, memberi mereka permen coklat dari luar negeri, berkata ia diberi oleh-oleh liburan temannya, jadi ia berniat membagikannya karena tak sanggup menghabiskannya sendiri. Padahal permen coklat itu ia ambil dari rumah Rav, bukan permen coklat biasa tentunya.

"Banyak banget Aa' ..." Bi Fatimah takjub dengan beberapa kotak yang terlihat mewah.

"Bibi, tolong taruh kotak ini di rumah mereka, ya? Kan beberapa pemilik rumah pergi ke luar kota."

Bi Fatimah mengangguk, tak lama mulai melaksanakan tugasnya. Beruntung dia dipercaya memegang kunci cadangan beberapa rumah yang ia kerjakan.

Selepas kepergian Bi Fatimah, Key memutuskan pergi ke suatu rumah. Rumah yang berada tak jauh dari rumah Pak Toni.

Keadaan terlihat sepi, namun Key tak peduli. Key mengetuk pintu kayu dengan pelan, hingga pintu terbuka memperlihatkan sosok pria bertelanjang dada penuh keringat, tubuhnya terbentuk dengan indah. Hampir saja Key ternganga dan menjatuhkan dua kotak berisi permen coklat yang ia bawa.

Pria itu mengangkat sebelah alisnya, lalu melirik kotak yang Key bawa. "Ada keperluan apa, ya?"

Entah sebuah keberuntungan atau apa, Key mengeluarkan suara kentut yang bisa membuat orang meringis mendengarnya.

Key memberikan senyum kaku pada pria yang belum ia ketahui namanya. "Bo-boleh masuk kamar mandi? Sa-saya udah nggak tahan."

Tanpa menunggu persetujuan, Key menyerahkan dua kotak yang langsung pria itu terima lalu berjalan masuk dengan terburu-buru membuat si pemilik terpojok.

Tak lama Key kembali, memandang pemilik rumah dengan wajah pucat dan berkeringat. "Kamar mandinya di mana?"

"Lurus, belok kiri."

Key berjalan cepat hingga sampailah di kamar mandi. Setelah menutup pintu, ia mendudukan diri di closet. Kedua tangannya saling meremas lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

Apa yang ia rasakan setelah memasuki rumah ini sungguh sangat mengejutkan. Saat berjalan masuk ke arah kanan, sebuah ruangan berisi rak berjejer yang ia tebak ruang kerja, Key bertemu sosok gadis yang lebih muda dari Aiko, mengenakan kemeja putih dan rok pendek hitam, berambut panjang, wajahnya pucat dan terdapat luka di dahi dan bibirnya, namun semua itu tak memudarkan kecantikannya.

Sosok yang tidak dapat ia sentuh. Sosok itu yang membuatnya pucat dan berkeringat. Tapi tak apa lah, akibat sosok itu, keadaannya menjadi sangat mendukung karena ia tengah berpura-pura diare.

Kadar ketampanan Key bisa berkurang jika menghembuskan gas sembarangan. Kentut yang datang tak diundang tadi membuat Key berniat melatihnya sebaik mungkin agar tidak menghembuskan gas sembarangan.

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang