30 | Happiness (End)

710 53 16
                                    

Di sore hari, Aiko masih berada di rumah Rav. Mereka berdua tengah menonton Netflix di ruang keluarga, duduk saling bersandar.

Mereka menonton Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll, menceritakan kisah Violet yang ditugaskan untuk mengajari Isabella York bagaimana etika seorang bangsawan.

Aiko menangis sesenggukan melihat adegan di akhir. Taylor yang tak mau bertemu Isabella padahal sudah di depan mata.

Taylor adalah seorang anak kecil sendirian tanpa orang tua. Isabella dulunya dipanggil Amy Bartlett yang merupakan anak dari korban perang dan tumbuh di daerah miskin mengangkat anak kecil itu sebagai adik yang kemudian diberi nama Taylor Bartlett.

Mereka terpisah karena seorang pria tua datang bersama beberapa bawahannya menjemput Amy untuk ikut bersamanya. Amy dianggap sebagai darah merah yang memiliki hubungan dengan ibunya dari keluarga York.

Suatu hari, Amy meminta tolong kepada Violet untuk menuliskan surat kepada Taylor sebagai bentuk ungkapan rasa sayangnya, hingga Taylor menerima tersebut yang saat itu tinggal di panti asuhan. Aiko dibuat menangis saat adegan Benedict membaca isi surat Amy pada Taylor.

Setelah tiga tahun surat dari Amy sampai kepada Taylor, Taylor memutuskan untuk pergi mencari Benedict yang pernah mengantarkan surat dari Amy kepadanya. Sesampainya di kantor tempat Violet dan Benedict bekerja, Taylor memohon untuk bisa bekerja sebagai seorang pengantar surat dan barang kepada Benedict dan pimpinan kantor tersebut. Akhirnya, Taylor belajar untuk menjadi pengantar barang dan surat bersama Benedict sambil belajar membaca.

Pada suatu hari, Taylor ditawarkan oleh Violet untuk menulis surat kepada Amy karena telah lama tak saling mengirim surat. Setelah surat tersebut selesai, Taylor meminta bantuan pada Benedict untuk mencari alamat Amy.

Di akhir film, Taylor bersama Benedict akhirnya bisa mengirimkan surat tersebut langsung kepada Amy, meski hanya Benedict yang menjumpai Amy. Di mana Taylor? Taylor bersembunyi dibalik semak karena belum ingin bertemu dengan Amy.

Aiko kembali menangis. Tatapan mata Taylor membuat Aiko ingin mengangkatnya sebagai adik.

Rav berkali-kali mengusap bahu dan kepala Aiko dengan lembut, berharap tangisan itu terhenti.

"Taylor mending aku angkat jadi adik, deh. Aku kan anak tunggal," Aiko bergumam, mengusap kasar pipinya yang basah karena menjadi tempat terjun air mata. "Aku jadi pengin buat Panti Asuhan untuk tempat mereka berlindung dari kerasnya dunia."

Aiko merebahkan kepalanya di dada Rav yang harum, kedua tangannya melingkat erat di tubuh yang besarnya lebih darinya.

"Kakak ..."

"Hm?"

"Aku mau pulang."

Rav mengecup kepala Aiko lalu berujar, "Mandi dan makan dulu, oke?"

Aiko mengangguk antusias lalu semakin mengeratkan pelukannya.

***

Keesokan harinya, Aiko memutuskan untuk lari pagi mengelilingi taman yang tak jauh dari Lebah Mart. Taman terlihat sepi karena merupakan hari kerja, hanya beberapa yang mengunjungi.

Langkahnya terhenti melihat dua sosok yang tak asing baginya. Pria yang merupakan nak bungsu orang terpandang di daerah ini tengah berhadapan dengan pria berhoodie.

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang