Rav memandang Key serius. "Menurut lo, mimpi yang Aiko alami itu sebuah pertanda atau hanya mimpi?"Key melihat sekeliling, mengusap bahunya yang merinding. "Mending kita masuk ke dalam buat bicarain ini semua."
Rav mengerutkan dahinya melihat Key terlihat terburu-buru memasuki rumah.
Mereka menempati kamar tidur kosong di samping kamar Aiko. Key merebahkan tubuhnya, sedangkan Rav duduk menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Lo percaya, nggak?"
Key mengerutkan dahinya. "Percaya apa?"
"Kalau mimpi Aiko itu sebuah pertanda?"
Terlihat Key berpikir. "Nggak terlalu, bisa aja itu cuma kebetulan."
Terlihat Rav menghela napasnya. "Lo pernah ngendaliin mimpi?"
"Lucid Dream maksud lo? Pernah sih, nggak nyampai tiga kali. Capek banget tapi pas bangun." Key memandang Rav dengan mata menyipit. "Lo percaya Lucid Dream itu ada?"
"Ada, gue baru-baru ini ngalamin." Rav menegakkan punggungnya, memandang Key penuh keseriusan. "Dari yang gue tahu, Monkey Dream itu bagian dari Lucid Dream. Monkey Dream itu mimpi buruk, nggak bisa kita kendaliin katanya."
"Bisa kita kendaliin, cuma susah aja," sambung Key, lalu mengeluarkan pertanyaan. "Apa hubungan Lucid Dream yang lagi kita bahas dengan Aiko?"
"Gue mabar sama dia, di mimpi."
Mata Key membola. "Mabar? Maksudnya main bareng? Semacam kalian berdua ada di mimpi yang sama?"
Rav mengangguk tegas. "Cuma gue yang sadar kalu kita berdua ada di mimpi yang sama. Dia nggak dan anggap gue cuma mimpi. Dan lebih dari sekali kita mabar, terakhir mabar kemarin malam Jum'at."
"Jadi, Aiko bisa saja ngalamin Monkey Dream? Dari yang gue tahu, kalau kita meninggal di mimpi, di dunia juga akan meninggal. Jadi, bisa aja kejadian di mimpi bisa jadi kenyataan, gitu?" Key memasang wajah ketakutan dan khawatir. "Semoga Aiko nggak kenapa-kenapa."
"Menurut gue, Aiko udah nggak ngalamin mimpi itu lagi," harap Rav yang segera diamini Key.
"Besok kita tanya Aiko untuk lebih jelas, apa yang dia mimpikan," putus Rav yang diangguki tegas oleh Key.
Lalu mereka membahas kejadian ditemukannya mayat di jalanan area itu. Mayat yang sudah dikenali bernama Roro, karyawan PT yang tinggal di kos-kosan Desa Lawang. Silent Area merupakan bagian dari Desa Lawang. Karyawan yang sepertinya pulang lembur, turun di terminal lalu memutuskan untuk berjalan kaki menuju kos-kosan.
Keluarganya sangat terkejut dan menangis histeris melihat putrinya meninggal mengenaskan, putrinya yang lelah membanting tulang demi keluarga ternyata mendapat takdir seperti itu.
Cerobohnya, Loukas lupa memasang kamera pengintai lagi. Hanya satu yang aktif, kamera yang tidak tercium pelaku. Kamera itu memperlihatkan pria tinggi serba hitam yang mengenakan penutup wajah tengah menggendong korban lalu meletakkannya di jalanan, pelaku rela kehujanan demi itu.
Malam gadis itu diculik, salah satu rumah yang mereka tebak sebagai tempat tinggal pelaku kosong karena pemiliknya pergi. Mereka semakin yakin kalau dia adalah pelakunya.
"Kalau benar dia, gila, sih. Cakep-cakep tapi ..."
***
Minggu paginya, Rav dan Key duduk bersama Danu dan Dina di ruang makan. Mulai menikmati masakan tumis sosis buatan Dina yang terlihat menggiurkan.
Aiko menuruni tangga dengan lemas dan rambut berantakan, ia masih mengenakan pakaian semalam. Tentu saja dia belum mandi, sangat berbeda dengan mereka yang sudah rapi dan wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Misterio / Suspenso⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...