Malam ini, Aiko memutuskan untuk pergi keluar, memasuki Lebah Mart untuk membeli makanan kesukaannya, sekaligus cuci mata dengan melihat karyawan SPBU yang terlihat tinggi dan kekar, kebetulan di samping Lebah Mart berdiri SPBU.
Sebelum Aiko keluar dari rumah, lebih tepatnya kabur, Dina memarahinya dan mengatainya aneh. Belum lama sembuh seharusnya istirahat, bukannya keluar malam yang dinginnya luar biasa. Meski begitu, Aiko tetap pergi. Ia sudah memasukan uang dan handphonenya ke dalam tas selempang kecil, berlari dari kejaran Dina, beruntung ayahnya tak keluar dari kamarnya dan ikut-ikutan seperti ibunya.
"Totalnya Rp. 55.500, kak," ujar kasir Lebah Mart yang terlihat masih muda dan tampan, tersenyum manis padanya.
Aiko membalasnya dengan senyum manis juga. Saat akan mengambil uang di tas selempangnya, ia terkejut dan tersadar bahwa tas selempangnya ia taruh di keranjang sepeda.
"B-boleh keluar sebentar? Saya nggak bakal kabur kok! Uang saya di keranjang sepeda."
"Pakai uang saya dulu, saya buru-buru soalnya." Suara berat di belakangnya membuat Aiko terkejut dan langsung membalikan tubuhnya. Mendongakan kepalanya karena pria yang ia taksir berusia 40 tahunan tubuhnya tinggi.
Pria itu menunduk, memandang Aiko beberapa saat lalu berjalan maju melewati Aiko yang refleks menyingkir.
Aiko menerima keresek berisi belanjaannya lalu memohon agar pria itu menunggunya sebentar untuk mengambil uangnya. Pria itu berjalan mengikuti Aiko yang terlihat terburu-buru dalam langkahnya menuju tempat parkir di mana sepedanya berada.
"Ini uangnya, terima kasih Pak ...?" Aiko menyerahkan uang pas pada pria itu yang langsung menerima tanpa menjawa, lalu melenggang pergi memasuki mobilnya.
"Lumayan, cocok banget jadi cast Hot Daddy atau Hot Duda," gumam Aiko sembari menganggukan kepalanya.
Aiko berniat mendatangi tempat duduk di depan Lebah Mart, namun terhalang karena matanya melihat sebuah dompet hitam tergeletak di lantai. Aiko mengambilnya lalu mengintip isinya, terdapat kartu identitas pria yang menolongnya tadi. Saat hendak berteriak memanggil, mobil pria itu sudah melaju.
Dengan cepat Aiko menaiki sepedanya dan mengendarainya mengikuti mobil itu. Malam ini jalan raya lumayan ramai, beruntung Aiko memakai kacamata membuat ia bisa melihat mobil itu di antara mobil-mobil lain.
Mobil berjalan ke arah kanan, melewati terminal dan kompleks mewah, ke arah kanan lalu kiri melewati warung bakso dan kemudian memasuki area itu.
Jalanan terasa menyeramkan, lampu-lampu halaman beberapa rumah menyala suram, hanya sepeda yang Aiko kendarai dan mobil pria itu yang melewati jalanan saat ini. Bunyi jangkrik dan hewan malam lainnya membuatnya merinding.
Aiko cepat mengendarai sepedanya melihat mobil itu terparkir di halaman rumah yang berada tak jauh dari rumah Pak Toni.
Di senderkannya sepeda pada gerbang besi lalu berjalan mendekati pria yang sudah keluar dari mobil, memandangnya dengan alis terangkat.
"Saya ... cuma mau kasih dompet. Saya nemu di Lebah Mart, jadi saya ambil deh." Aiko menyerahkan dompet itu pada pemiliknya.
Pria itu meneliti dompetnya lalu mengangguk. "Terima kasih."
Lalu tak Aiko sangka, pria itu membuka dompet lalu menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah padanya.
Aiko refleks mengangkat tangannya. "Nggak usah!"
Lalu Aiko menangkupkan kedua tangan di depan dada, berjalan mundur dengan tergesa dan untungnya tak terjatuh. "Terima kasih, sudah malam ... saya mau pulang."
Aiko segera menaiki sepedanya lalu mengendarainya dengan cepat, namun perlahan melambat kemudian menghentikan laju sepedanya karena melihat gelapnya jalanan di depannya, kanan kiri hutan lebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)
Mystery / Thriller⚠️ 18+ ya, karena ada sesuatu di dalamnya. Tentang kejadian di Silent Area, area sunyi yang dikelilingi hutan lebat. Hilangnya gadis-gadis secara misterius yang terjadi berkali-kali. Pelaku yang meninggalkan barang milik korban, seakan meledek pihak...