13 | We Meet Again (3)

546 55 0
                                    

Aiko merasakan tempat yang didudukinya basah. Tidak, Aiko tidak mengompol. Rumput yang didudukinya membuatnya basah.

Tersentak, ia merasakan kakinya tidak menginjak tanah. Segera ia mencari tahu apa yang terjadi, ia sadar bahwa ternyata dirinya sedang duduk manis di tebing. Di bawahnya adalah jurang yang ditumbuhi berbagai tanaman dan bunga-bunga.

Sayang sekali pakaian pasien yang ia kenakan tidak cocok berada di tempat ini. Aiko menebak-nebak, apakah ini Lucid Dream atau Monkey Dream.

Aiko bersiap menutup matanya karena merasakan akan terjadi sesuatu padanya. Setelah beberapa saat, bibirnya maju beberapa senti karena tidak merasakan dirinya terseret dalam lubang hitam. Tapi ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya.

Matanya terbuka dan langsung menoleh ke kiri. Terkejut, bola matanya seakan keluar karena bibirnya hampir menyapa manja bibir pria yang tak lain adalah Rav. Jarak mereka sangat dekat. Hampir Aiko terjatuh jika Rav tidak memeluk tubuhnya hingga jaraknya semakin dekat dan tak sengaja membuat bibir Aiko menempel pada hidung Rav yang terpahat hebat.

"Kita bertemu lagi... apa kabar?" bisikannya terdengar parau.

Tak menjawab, Aiko memilih meronta minta dilepaskan membuat Rav semakin mengeratkan pelukannya.

Rontaan Aiko semakin agresif membuat keduanya terdorong jatuh dari tebing yang tingginya minta ampun. Aiko bisa meninggal jika terjatuh di dunia nyata.

Walaupun bukan di dunia nyata, Aiko tetap merasa takut. Refleks Aiko menjerit memanggil Dina dan memeluk erat Rav yang balas memeluknya lebih erat. Tak ingin mendengar jeritan itu, Rav membungkamnya dengan ciuman. Tentu saja teriakan itu terhenti. Rav sekuat tenaga menahan kedua tangannya agar tak terlepas dan mendarat di wajah Aiko yang memerah dengan mata membulat menggemaskan.

Rav membayangkan mereka akan mendarat di ranjang putih empuk dan ajaibnya mereka benar-benar mendarat sesuai bayangannya.

Semerbak aroma bunga dan mahal menyapu hidung mereka.

Bibir mereka masih saling menempel namun tak lama terlepas kala Aiko mendorong Rav dengan kuat. Setelah itu Aiko mendudukan diri dan mundur menjauhi Rav dengan tangan menyilang di dada. Sedangkan Rav terlentang dengan senyum di wajahnya, memandang langit-langit ruangan yang berwarna putih.

"Ini bukan Monkey Dream kayaknya ..." gumam Aiko lalu mendesah lega.

Rav menyamping, tangan kirinya memangku wajah, memandang Aiko lekat. "Monkey Dream?"

Aiko melirik Rav sekilas, membuang wajahnya ke samping lalu mengedarkan pandangannya. Aiko ternganga melihat kamar ini berset putih emas, seperti kamar yang dihuni raja dan ratu.

Saat tengah menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba Aiko merasa tubuhnya tertarik lalu terbaring dengan keras, keras namun tak menyakitkan karena ranjangnya sangat empuk. Pelakunya adalah Rav yang sekarang mengungkung tubuh Aiko seperti di film dan novel yang pernah Aiko beli.

"Apa itu Monkey Dream?" tanya Rav yang dibalas Aiko dengan kerutan di dahi.

"Jawab!"

"Mimpi buruk. Mau tanya apa lagi?" ujar Aiko dengan dagu terangkat. Sebenarnya dia lumayan takut diapa-apakan oleh Rav. Biar saja ia memanggilnya Rav, karena pria ini sangat mirip dengan Rav yang ia temui di tangga rumah sakit.

"Kamu ..." Perut Aiko yang berbunyi menghentikan kalimat yang meluncur dari mulut Rav.

Aiko memejamkan matanya, bisa-bisanya perutnya berbunyi memalukan seperti ini, di depan pria tampan seperti Rav.

Rav tersenyum miring sedetik. "Ayo makan!" Lalu ia bangkit dan berjalan meninggalkan Aiko yang mengintip lewat satu matanya.

Aiko turun dari ranjang dan merinding karena merasakan lembut karpet lantai yang kaki mungilnya injak. "Gila, betah aku kalau tinggal di sini."

Aiko berjalan menuruni tangga yang sangat mewah sambil menutup mulutnya untuk menahan pekikan takjub. Setelah sampai di bawah, ia memutuskan berjalan ke arah kiri, perasaannya yakin kalau yang ia lewati merupakan arah ke dapur.

Lagi lagi Aiko menahan pekikannya, pemandangan yang ia lihat sangat indah. Di depannya, Rav membelakanginya sementara tangan-tangan jantannya entah mengaduk apa.

Punggung Rav sangat senderable, pelukable, dan pastinya SUAMIABLE.

Aiko mendudukan dirinya di meja makan berkaca tebal. "Kamu masak apa?"

"Omelette keju." Rav menoleh sekilas lalu melanjutkan kegiatan mengaduknya.

Aiko berteriak senang, "MAKANAN KESUKAANKU!" Sadar bertingkah berlebihan, segera Aiko meminta maaf. Rav diam-diam tersenyum geli.

Beberapa menit kemudian Omelette keju selesai dimasak. Rav meletakannya Omelette keju pada piring bulat lalu dihiasi potongan tomat dan daun selada.

Aiko memandang penuh binar piring yang berada di hadapannya. Mulutnya terbuka begitu saja seakan meminta Rav menyuapinya. Dan kabar baiknya, Rav benar-benar menyuapinya. Rasa makanannya enak sekali, apalagi dimasak dan disuapi oleh pria setampan Rav.

Aiko tersentak merasakan ibu jari Rav mengusap bibirnya lembut, ternyata ada sisa makanan dibibirnya. Lalu Rav menempelkan ibu jari pada bibirnya sendiri, memasukan sisa makanan yang tadinya berada di bibir Aiko ke mulutnya.

"Wow," Aiko bergumam, wajahnya memerah imut karena mendapat perlakuan seperti itu.

Setelah meletakan piring di meja, Rav memandang intens Aiko, mendekatinya perlahan, mengurungnya. Lalu tangannya naik memegang kepala Aiko agar sedikit mendongak untuk memudahkan Rav mendaratkan bibirnya pada bibir Aiko.

Rav mulai menggerakan bibirnya, menyesap bibir Aiko dengan lembut tapi penuh tekanan. Rasa asin dan manis dari Omelette keju menambah kenikmatan ciuman itu. Rav menyukainya.

Aiko diam dengan mata melotot. Bingung apakah ia harus membalasnya atau tidak. Lagipula ini hanyalah mimpi, ia akan belajar dan tak peduli jika cara ciumannya salah.

Aiko memejamkan matanya, lalu membuka bibir membuat Rav segera menyerangnya dengan penuh kekuasaan. Aiko tersentak dan refleks membuka matanya, tak ada Rav dihadapannya, yang ada hanyalah keheningan kamar rawat inapnya.

Bibirnya terasa aneh dan wajahnya memanas. Lalu Aiko memekik membuat pintu kamarnya terbuka dengan tak santai. Muncul Danu dan Dina yang berjalan cepat mendekatinya dengan raut penuh kekhawatiran.

***

Key terbangun tiba-tiba. Telinganya yang sudah dilatih untuk peka, mendengar desahan keras dari pria yang tertidur di sofa panjang dekat jendela.

Key yang tertidur di karpet memandang aneh pada Rav yang terbangun dengan wajah memerah dan berkeringat.

"Kenapa lo?" Key merinding melihat senyuman miring dan mata penuh aura hasrat milik Rav yang menatapnya intens. "Walaupun lo tahu kalau gue ... tapi gue nggak minat sama lo untuk begituan."

Key semakin merinding karena mendengar kekehan kecil Rav. "Lo sehat, kan?"

"Sehat banget."

"Kalian berdua mending cuci muka, ini udah pagi. Dan jangan lupa urus kepulangan gue, nggak betah gue di sini." Suara Thorn membuat Rav dan Key sedikit terkejut.

Handphone mereka berdering. Terdapat pesan dari Zero di group khusus yang berisi mereka.

Kamera pengintai nangkap kejadian malam tadi. Ada korban lagi, diculik. Tapi, pelaku nggak ninggalin barang yang korban bawa. Pelakunya ...

•○●Bersambung●○•

| D o ne

Lucid Dream: Silent Area Mysteries (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang