13. Seiring Waktu

771 59 0
                                    

Tama mengulurkan tangannya. Sebisa mungkin agar ia tak perlu beranjak dari posisinya saat itu. Dan dibutuhkan banyak perjuangan ketika pada akhirnya jari tangannya mampu meraih ponseln yang tadi sedang ia isi dayanya. Ajaib, mengingat bagaimana ia melakukannya tanpa benar-benar bergeser di atas tempat tidur itu.

"Fyuuuh!"

Tama mengembuskan napas lega. Tersenyum geli seraya memegang ponselnya sementara pandangannya turun ke bawah. Pada seorang cewek yang tampak sudah jatuh terlelap di dalam tidurnya.

Ada Eshika di sana. Berbaring di dekat dirinya. Dengan mata terpejam dan tangan yang memeluk perutnya. Tak erat, tapi tetap saja Tama merasa hal itu membuat ia seperti terpaku di sana. Dan ia tak ingin ketika ia berusaha mengambil ponsel dari atas nakas tadi membuat Eshika berpindah dari posisi itu. Bagaimanapun juga, Tama menyukai hal tersebut.

Tanpa sadar sedikit menarik bokongnya, Tama merasakan pergerakan halus Eshika. Ia tampak melenguh sekilas. Bergeser dan mengubah posisi tidurnya. Melepaskan pelukannya pada perut cowok itu, tapi justru berpindah untuk menahan kaki Tama di bawah sana. Membuat cowok itu mengulum senyum geli.

Tama mengulurkan tangannya. Berniat untuk membelai rambut Eshika, tapi ponselnya berbunyi sekilas. Pesan dari Reki. Membuat cowok itu mengurungkan niatnya dan menggeram ketika membuka pesan tersebut.

[ Rekiii Cerewet! ]

[ Kerjaan di malam Minggu? ]

[ Kamu ngerjain cewek yang mana lagi? ]

[ Hah?! Jangan ngomong kamu mau ngerjain Eshika, Tam. ]

Sudut bibir Tama rasanya berkedut-kedut. Desakan alamiah ingin mengumpati sahabatnya itu. Tapi, melihat dari nyenyaknya tidur Eshika, Tama pun dengan terpaksa harus menahan dorongan itu. Tama tak ingin hanya karena pesan Reki yang membuat ia geram itu, dirinya justru mengganggu tidur Eshika. Kemudian ia pun memilih untuk menuntaskan membaca semua pesan tersebut.

[ Rekiii Cerewet! ]

[ Tam .... ]

[ Chat aku nggak dibaca. ]

[ Aku lempar barbel sepuluh kilo kamu, Tam, kalau sampe tidur. ]

[ Tam, ampun dah ini anak. ]

[ Tama Sayang, ini udah mau jam 12 loh. ]

[ Kamu di mana? ]

Percayalah. Tama merasa seperti merasakan embusan napas Kuntilanak di tekuknya ketika membaca pesan Reki yang satu itu. Merinding seluruh tubuh. Dan ketika ia akan membalas pesan itu, Reki kembali mengirimi pesan.

[ Rekiii Cerewet! ]

[ Akhirnya kamu on juga. ]

[ Udah minum obat kuat heh? ]

[ Hahahaha. ]

"Ini aku yakin banget kalau otak Reki ini isinya udah kelewat bermasalah gara-gara keseringan nonton bokep," gerutu Tama. Lantas kedua ibu jarinya pun bergerak dengan lincah.

[ Rekiii Cerewet! ]

[ Tuh tau kalau aku udah minum obat kuat. ]

[ Aku tinggal deh kalau gitu. ]

Lalu balasan Reki hanya satu kata.

[ Rekiii Cerewet! ]

[ Sorryyyyyyyyyyyyy! ]

Maka tepat di jam dua belas malam itu, Tama pun pada akhirnya benar-benar menepati janjinya pada Reki. Dengan mengecilkan volume suara ponselnya, Tama pun lantas membuka aplikasi permainan itu. Dan lagipula, kalau cowok itu sedikit mengingat, sepertinya setelah ia menikah dengan Eshika ... jarang sekali ia menyentuh permainan itu. Hal yang mungkin bisa sedikit dimaklumi. Ada hal yang menarik ketimbang permainan bagi Tama sekarang.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang