5. Jawaban Pertanyaan

1K 79 0
                                    

Eshika menyandarkan punggungnya di balik pintu, tepat sedetik setelah ia menutup benda itu dengan terburu. Kentara sekali bahwa dirinya sedang berusaha melarikan diri dari Tama lantaran masih tersipu dengan perkataan cowok itu di dalam mobil tadi.

Jantungnya berdebar kencang, napasnya terasa menderu, dan beragam emosi lainnya membuat ia seperti melayang ke angkasa. Mungkin terkesan norak, tapi begitulah yang Eshika rasakan kala itu.

Maka demi mendamaikan perasaannya yang menjadi bergejolak seperti itu, Eshika memilih untuk mencuci mukanya sejenak di kamar mandi sebelum pada akhirnya ia kembali lagi ke kamar. Tentu saja, ia keluar menuju ke kamar mandi setelah memastikan bahwa Tama telah masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Setelahnya Eshika mengganti seragamnya. Dengan pakaian santai. Mengikat rambutnya dan memutuskan untuk segera memasak makan malam mereka nanti.

Melihat-lihat isi di dalam kulkas, Eshika kemudian terpikir untuk memasak sup ayam. Ia mengeluarkan satu buah wortel, dua buah kentang, dan satu kol yang berukuran kecil. Mengupasnya satu demi satu dan kemudian mencucinya di wastafel. Lalu meniriskannya sejenak seraya ia menyiapkan ayam yang telah ia keluarkan dari freezer sebelumnya.

Ketika sayuran itu sudah sedikit mengering, maka Eshika mulai mengirisnya. Untuk pertama, ia mengiris kol. Meletakkannya pada satu mangkok dan kemudian mengambil wortel. Juga talenan sebagai alasnya mengiris. Dan pada saat itulah telinganya mendengar suara halus derap langkah seseorang. Yang mana Eshika tak akan salah menebak bahwa orang itu adalah Tama.

Eshika menoleh, melihat pada cowok itu. Dengan cepat menilai penampilan Tama yang tampak segar dengan rambut yang terlihat masih lembab. Senyum seketika terkembang di wajah Eshika. Lantas bertanya menyapa.

"Baru udah mandi, Tam?"

Eshika mendapati bagaimana Tama yang berhenti tepat di sampingnya. Cowok itu terlihat melihat pada matanya dengan tatapan yang terasa berbeda bagi Eshika. Hingga tanpa sadar mendorong cewek itu untuk bertanya lagi.

"Kenapa, Tam? Ada yang mau kamu omongi?"

Respon spontan Tama akan pertanyaan itu membuat Eshika semakin bertanya-tanya. Tama terlihat meneguk ludahnya hingga membuat jakun cowok itu naik turun. Lantas tak hanya itu, ia pun tampak menarik napas dalam-dalam. Seperti ingin mengirimkan sinyal bagi Eshika bahwa apa yang akan dikatakan olehnya adalah sesuatu yang teramat berat.

"Yang aku bilang tadi ...," lirih Tama pada akhirnya, menjawab pertanyaan itu. "... lupakan aja ya?"

"Yang kamu bilang tadi?" tanya Eshika bingung. Mata cewek itu terlihat mengerjap-ngerjap berulang kali. Mencoba berpikir dan mencari tau maksud Tama. "Yang mana maksud kamu?"

Dan jawaban Tama kemudian membuat Eshika seketika menahan napas di dadanya.

"Tentang ngasih tau ke orang-orang kalau kita pacaran."

Eshika mencoba untuk bertanya lebih lanjut. "Maksud kamu ... apa?"

Tapi, jawaban Tama justru membuat Eshika merasa bagai jantungnya tak berdetak lagi. Lebih dari itu, efeknya tak tanggung-tanggung. Membuat tangannya bergetar.

"Lupakan aja kalau aku pernah ngomong kayak gitu, Esh." Suara Tama terdengar begitu lirih ketika mengatakan satu kata itu. "Sorry."

Sedetik, Eshika hanya terdiam. Ia merasa gamang dan juga bingung. Mengatakan cewek itu seperti mengalami kekosongan mendadak di pikiran dan juga matanya bukanlah hal yang berlebihan. Hingga sesuatu membuat ia tersadar.

"Awww!"

Eshika seketika saja berseru kesakitan. Melepaskan pisau dan juga wortel yang tengah ia iris. Tampak tetesan-tetesan darah terjatuh dan mengotori lantai.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang