61. Liburan

527 39 1
                                    

Ketika Eshika mendengar Tama bertanya dengan nada syok itu –lengkap dengan ekspresi takjub di wajah tampannya-, cewek itu spontan tertawa. Begitupun dengan Velly di sebelahnya. Keduanya tampak saling berpaling. Melihat satu sama lain dan semakin tertawa. Hingga benar-benar membuat Tama merinding.

Tama mengangkat tangannya walau tidak benar-benar terangkat. Menunjuk pada belanjaan yang ditenteng di tangan kanan dan kiri kedua orang remaja itu. Untuk beberapa saat lamanya, mulut Tama tampak membuka dengan gerakan abstrak, seperti dirinya yang tidak yakin akan bicara apa.

"W-w-wah ...."

Dan kata pertama yang Tama ucapkan jelas membuat tawa Eshika dan Velly semakin meledak. Tama sukses menjelma seperti orang bodoh karena ketercengangannya terhadap banyaknya belanjaan mereka.

"Kalian belanja untuk berapa keluarga?" tanya Tama horor. "Apa nggak kalian borong semua barang di dalam sana?"

Hingga pada akhirnya mereka bertiga sudah berada di dalam mobil dan Tama mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman di atas jalanan, cowok itu masih tidak habis pikir dengan kedua cewek itu. Bahkan ketika mereka sudah meninggalkan mall, Eshika dan Velly justru masih sibuk berceloteh dengan kegiatan belanjaan mereka.

Eshika memutar tubuhnya, demi bisa melihat pada Velly yang duduk di belakang bersama dengan belanjaannya.

"Ah ... rasanya seneng banget dapat rok tadi, Vel. Gila! Itu cewek nggak mau ngalah banget ya jadi orang."

Velly tertawa. "Loh kamu juga jadi cewek nggak mau ngalah juga. Bisanya ngomongin orang aja."

"Hahahahaha." Eshika turut tertawa. Lalu ekspresi wajahnya tampak berubah. "Btw. Makasih ya udah berhasil ngusir itu cewek. Jadi aku bisa dapetin roknya deh."

"Emang roknya lebih cocok buat kamu ah timbang sama dia. Aku tuh cuma menyelamatkan benda dari rasa penyesalan karena dimiliki oleh orang yang salah."

"Hahahahaha. Kamu bisa aja, Vel."

Dan Tama, satu-satunya cowok yang berada di dalam mobil itu, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat bagaimana berisiknya Eshika dan Velly berceloteh soal pengalaman belanjanya tadi.

"Ampun deh, Tam. Rame banget. Ini aja beruntung kami bisa belanja."

"Bener-bener, Tam. Aku dan Eshika harus bertaruh nyawa untuk bisa dapetin belanjaan segini."

"Kita juga salah sih, Vel. Hari pertama libur, eh ... mana mau akhir tahun lagi. Ya otomatis jadi rame dong."

"Ehm .... Tapi, mau gimana lagi. Toh kamu mau pergi kan Selasa besok?" tanya Velly seraya melihat pada Eshika. "Iya kan?"

Pertanyaan itu membuat Eshika mengerjapkan matanya berulang kali. Ia hanya mendehem sembari pelan-pelan beringsut. Kembali pada posisi duduk semula yang dianjurkan demi keamanan berkendara. Hanya matanya saja yang tampak melirik sekilas pada Tama.

Tidak mendapatkan jawabannya, membuat Velly bergerak. Mencondongkan tubuhnya seraya memegang kepala kursi Tama dan Eshika. Bertahan di sana ketika laju mobil membuat tubuhnya berguncang beberapa kali. Kepala Velly menyembul di antara Eshika dan Tama. Lalu ia menoleh bergantian pada kedua orang temannya itu.

"Kalian berdua udah deh," kata Velly dengan nada yang berbeda di suaranya. "Nggak perlu malu atau nggak perlu sok jaimlah sama aku. Kalau kalian mau liburan ke mana pun berdua ya ... itu terserah kalian. Segitunya. Dikira aku bakal mau ikut apa?"

Memilih untuk tetap diam, Tama hanya membalas lirikan mata Eshika dengan lirikan yang serupa. Lalu cowok itu pun sok fokus pada jalanan di depan.

"Aduh. Itu orang pasti SIM tembak. Bisa-bisanya motong kayak gitu."

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang