31. Double Date 3

568 47 0
                                    

Keluar dari restoran bakso, Eshika lantas bertanya pada Velly.

"Abis ini mau ke mana, Vel? Jadi kita nonton?"

Dan sepertinya untuk beberapa saat yang lalu, Velly nyaris melupakan rencana yang satu itu. Menonton. Padahal jelas sekali, itu bagian yang paling ditunggu-tunggu oleh Velly.

"Wah, Esh!" kesiap Velly. "Untung aja kamu ingetin. Aku nyaris lupa kalau tadi kita kan mau nonton."

Eshika tersenyum seraya terus melangkah. Begitupun dengan Velly yang tampak merengkuh tangannya. Dan layaknya orang yang sudah lupa, mereka berdua terlihat abai dengan kenyataan bahwa ada Tama dan Reki yang juga berjalan bersama mereka. Tidak lagi mengekori dari belakang dengan jarak tertentu.

"Ada film apa emangnya, Vel?" tanya Eshika kemudian. "Genre?"

Velly mengeluarkan ponselnya. Menunjukkan layarnya pada Eshika seraya menunjuk. "Banyak sih yang keluar Minggu ini. Ada yang aksi, romantis, horor, dan juga komedi," katanya. "Mending yang mana coba?"

Eshika diam untuk beberapa saat. Lalu, matanya justru melirik pada Tama dan Reki. Dan ketika ia kembali menatap pada Velly, cewek itu mengembuskan napasnya.

"Oke," kata Velly. "Romantis dicoret. Sekarang kita punya aksi, horor, dan juga komedi."

Dahi Eshika mengerut. Sedikit berbisik. "Ini horor Indonesia kan ya?"

"Aaah," ringis Velly. Kepalanya mengangguk beberapa kali. "Ya, horor Indonesia. Dan pemerannya bukan semacam Julie Estelle."

Senyum yang mengembang di wajah Eshika tampak berbeda dengan senyum yang biasanya. Dan Velly pun paham itu.

"Oke. Horor juga dihapus. Lebih baik cari aman."

Senyum Eshika berubah menjadi senyum geli. "Jadi, kita tinggal punya aksi dan komedi aja nih?"

"Apa kita nonton komedi aja?" tanya Velly kemudian.

"Pemerannya siapa?" tanya Eshika lagi. "Salah-salah, ntar jatuhnya kayak bumbu film horor lagi."

"Aman aman. Ini ada Vino coba. Hahahahaha."

"Cuuuslah kalau gitu, Vel," kata Eshika. "Harusnya dari tadi kamu ngomong pemerannya."

Velly masih tertawa. "Jadi nggak perlu mikir lagi ya?"

"Hahahahaha."

Heran melihat Eshika dan Velly yang mendadak tertawa-tawa, Tama dan Reki hanya bisa saling pandang dengan dahi yang berkerut. Lalu Reki geleng-geleng kepala seraya mengangkat bahunya sekilas ketika Tama menampilkan gestur bertanya pada dirinya.

Velly lantas menghentikan langkah kakinya. Berpaling pada Tama dan juga Reki. Bertanya.

"Aku dan Eshika mau nonton. Kalian juga ikut kan?"

Tama dan Reki saling pandang. Lalu keduanya mengangguk.

"Film apa, Vel?" tanya Tama. "Luar atau dalam?"

Velly menunjukkan poster film di ponselnya. "Film komedi anak negeri. Yang main si cakep Vino," katanya menjawab. "Judulnya Kutunggu Janda Kembang Tujuh Rupa, Rupa-Rupanya Kembang Kempis Karena Asma."

Tama dan Reki melongo.

"Eh?"

"Yakin itu judul film?"

Eshika dan Velly tertawa dengan kompak.

"Tuh kan. Dari judulnya aja udah lucu banget. Apalagi filmnya coba. Hahahahaha."

Lucu?

Beneran lucu?

Mungkin itulah yang melayang-layang di pikiran Tama dan Reki ketika keduanya dengan bengong melihat bagaimana Eshika dan Velly yang tampak begitu antusias dengan film itu. Hihihihihi.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang