23. Akhir Tragedi

720 58 0
                                    

"ESHIKAAA!!!"

Tama lantas berlari. Berusaha untuk mengejar Eshika yang telah lebih dulu melarikan diri darinya. Tak perlu bertanya pada siapa pun, Tama tau ke mana Eshika berusaha untuk bersembunyi. Tentu saja kamarnya.

"Aaah!!!"

Eshika berusaha untuk menutup pintu. Tapi, Tama telah lebih dahulu menahannya. Bahkan lebih dari itu, satu tangan Tama tampak masuk.

"Aaah!!!"

Eshika menjerit lagi. Dalam upaya untuk tetap mencoba agar pintu kamarnya bisa menutup atau berusaha agar tangan Tama tidak berhasil untuk menggelitik dirinya.

Dasar!

Tapi, Tama jelas tau kelemahan Eshika.

"Bisa-bisanya kamu mau kabur, Esh," kata Tama dengan penuh penekanan. "Emangnya kamu mau kabur ke mana coba?"

"Tam ...," rengek Eshika di balik pintu. "Tadi janji nggak marah loh."

"Ho ho ...."

Suara Tama membuat Eshika meremang.

"Aku emang nggak marah kok, Sayang."

Glek.

Kali ini Eshika bukan lagi meremang, tapi gemetaran.

Memangnya Tama pernah memanggilnya seperti itu?

Ehm ....

Eshika tak yakin, tapi rasa-rasanya tidak pernah.

Hiii!!!

Terang saja itu membuat dirinya ketakutan.

"Tam ...." Eshika merengek lagi. "Jangan marah. Kan aku udah jujur."

Terdengar Tama mengembuskan napasnya. "Iya, Esh. Aku nggak marah kok. Yang ada malah sekarang rasa-rasanya aku tambah sayang deh sama kamu."

Benar-benar saja. Eshika tidak merasakan kesan sayang dari perkataan Tama yang barusan itu. Lagipula, Tama kan memang bukan tipe cowok yang suka mengatakan hal-hal semacam itu.

"Iya, aku nggak marah," kata Tama kemudian. "Tapi, ini pintunya buka dulu dong. Aku kan mau masuk."

Iiih!

Lagi-lagi Eshika meremang. Tapi, tetap berusaha untuk tetap menahan pintu itu. Walau jelas, makin lama bagian yang terbuka di pintunya makin melebar. Dan pada akhirnya, Eshika tak berdaya. Tubuhnya terdorong ke belakang ketika pintu pun membuka.

"Aaah ...."

Eshika melirih kaget. Tapi, tak bisa berbuat apa-apa ketika pada akhirnya Tama masuk dan langsung menutup pintu kamarnya.

O oh.

Eshika tau bahwa dirinya tidak bisa kabur lagi sekarang. Terutama karena Tama pun langsung menangkap dirinya tepat sebelum ia berhasil untuk beranjak satu langkah pun.

"Tam ..., please ...."

Lagi-lagi, Eshika merengek.

"Kan aku udah minta maaf," lanjut cewek itu. "Dan aku juga udah cerita. Tadi kamu bilang nggak bakal marah loh, Tam."

Sial!

Tapi, Tama juga ingat persis dengan perkataannya tadi. Ya ... cuma kan waktu itu dirinya masih dalam posiis yang tidak tau apa-apa. Sekarang? Bagaimana bisa ia tidak mendadak emosi setelah mengetahui persis apa yang telah terjadi seharian ini.

Tama lantas memulas seuntai senyum. Yang jelas di mata Eshika itu adalah senyuman yang menakutkan. Persis seperti senyuman seorang raksasa yang akan memangsa korban selanjutnya.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang