65. Liburan Atau Bulan Madu

759 49 0
                                    

"Kalian hati-hati."

"Kalau udah sampe, langsung kabari kami."

"Dan kalau ada apa-apa, juga. Langsung hubungi kami."

Setidaknya itu adalah tiga hal penting yang Eshika dan Tama catat di dalam kepala mereka. Ketika Popi, Mawar, dan juga Irawan mengantar kepergian mereka ke bandara, kedua remaja itu mendapatkan petuah-petuah khas orang tua.

Setelah berpamitan kepada orang tua mereka, Eshika dan Tama pun lantas beranjak. Sementara Tama tampak menyeret dua travel bag di masing-masing tangannya, Eshika justru memegang tiket dan juga KTP mereka. Keduanya melalui petugas pemeriksaan tiket dengan baik dan lantas dipersilakan masuk untuk kemudian menjalani pemeriksaan keamanan.

Hingga pada akhirnya, setelah melalui serangkaian antrean dan pemeriksaan lainnya, terutama setelah mengurus bagasi dan penukaran tiket elektronik mereka, Eshika dan Tama pun berakhir di ruang tunggu pesawat. Mereka berdua duduk dengan tenang selagi menunggu. Sampai tiba suara pemberitahuan itu menggema di sekeliling mereka. Bahwa tiba waktu untuk penerbangan mereka melakukan check in.

Mengikuti antrean dengan sabar, tiba giliran Eshika dan Tama memasuki pesawat. Tampak tidak terburu-buru, Tama lantas mengambil alih tas ransel yang disandang oleh Eshika. Dengan teramat mudah bagi cowok itu untuk menaruh tas tersebut di kabin yang tersedia sementara Eshika yang langsung duduk dengan nyaman di kursinya. Disusul oleh Tama tak lama kemudian.

Membutuhkan waktu sekitar tujuh puluh menit lamanya untuk pesawat yang membawa mereka terbang di udara. Hingga ketika mereka mendarat, kala itu matahari tampak mulai turun. Menjelang sore.

Menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit lamanya untuk mengambil bagasi, Tama lantas menghubungi supir yang sudah disewa dari jauh hari. Memastikan bahwa pria paruh baya yang bernama Manto sudah tiba di bandara.

Tak susah untuk Tama menemukan Manto ketika ia dan Eshika keluar. Pria paruh baya itu mempermudah dengan membawa satu karton berukuran sedang yang bertuliskan namanya sih. Hihihihi.

"Gimana perjalanannya, Mas?"

Tama menyambut jabat tangan itu setelah terlebih dahulu melepas satu travel bag di tangan kanannya.

"Aman, Pak," kata Tama tersenyum. Lantas ia berpaling pada Eshika di sebelahnya. Memperkenalkannya. "Eshika, Pak."

Eshika dan Manto tampak berkenalan singkat sebelum pada akhirnya pria itu mengambil alih barang bawaan mereka. Menaruhnya di bagasi dan mempersilkan keduanya masuk.

Meninggalkan bandara Depati Amir, Eshika dan Tama langsung disuguhi oleh suasana khas Bangka Belitung. Dengan cuaca yang cerah dan sinar matahari sore yang masih tergolong terang.

"Ini kita mau langsung ke penginapan atau Mas dan Mbak mau mampir makan dulu?"

Pertanyaan itu sontak membuat Eshika dan Tama saling berpandangan.

"Gimana?" tanya Tama kemudian. "Mau mampir makan dulu?"

Manto tampak melirik melalui spion dalam. "Di hotel memang ada restoran sih. Tapi, nyoba makanan asli di rumah makan sini juga nggak merugikan kok, Mas. Dijamin."

Mendengar itu, tentu saja Eshika lantas mengangguk. "Boleh deh. Kebetulan aku juga udah agak laper."

Jawaban itu pun lantas membuat Mando mengemudikan mobilnya menuju satu rumah makan yang kebetulan sekali mereka lalui. Terletak di pinggir jalan, bahkan Eshika dan Tama bisa melihat ramainya rumah makan itu.

Eshika dan Tama masuk. Segera duduk di satu meja yang tersedia dan seorang pelayan langsung menghampiri keduanya. Menyerahkan buku menu dan tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk memesan makan mereka.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang