3. Identitas Status

1.2K 93 0
                                    

Beberapa saat kemudian, Tama yang tengah duduk di ruang keluarga seraya memainkan ponselnya mendapati Eshika dan Mawar yang melangkah turun. Masih dengan tawa-tawa dan cekakak-cekikik yang membuat Tama memandang kedua perempuan itu dengan dahi berkerut. Benaknya sekarang semakin bertanya-tanya tentang apa yang menjadi bahan perbincangan mereka berdua. Tapi, sejurus kemudian, di saat Tama belum lagi menanyakan hal itu, mendadak saja Mawar menghampiri dirinya dengan senyum menggoda.

"Kamu dan Eshika ngadain acara ulang tahun bareng ya?"

Tama melongo beberapa detik. Lalu matanya mengerjap. Bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.

"Eh? Acara ulang tahun, Ma?" tanya Tama masih belum mengerti. "Acara ulang tahun siapa?"

"Iiih!" Mawar mencibir. "Pura-pura nggak tau. Ck." Matanya kemudian melirik pada Eshika yang memilih duduk di hadapan mereka berdua. "Ya ulang tahun Eshika dong."

"Ulang tahun Eshika?" Tama sontak berpaling pada Eshika. Tampak cewek itu mengangkat bahunya sekilas. Membuat Tama kembali beralih pada ibunya. "Kenapa dengan acara ulang tahun Eshika, Ma?"

Mawar semakin geregetan. "Berusaha ngeles kan dari tadi?" tanyanya dengan nada menuduh. "Itu artinya kalian emang buat acara ulang tahun berdua. Soalnya malam itu Mama dan Mami nelepon kalian berdua juga nggak ada yang angkat seorang pun. Bisa kompak gitu ya kalian berdua?"

Tama menatap Mawar dengan sorot horor. "Ya ampun, Ma. Kan pas Eshika ulang tahun kami lagi kumpul bareng anak-anak di Puncak. Ya otomatis dong kami happy-happy-an bareng gitu. Nggak angkat telepon. Orang mana sempat kami ngeliat hp segala macam. Mama ini aneh-aneh aja."

Mawar diam. Mulutnya terkatup rapat dengan mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah putranya itu. Mata wanita paruh baya itu tanpa kedip menatap lurus pada sepasang bola mata Tama.

"Kamu mau ngebohongin Mama?"

Tama menarik sedikit tubuhnya. Matanya mengerjap-ngerjap karena ditatap sedemikian rupa oleh Mawar.

"Nge ... nge ... ngebohongin apa coba, Ma?" tanya Tama gugup. "Kan ... kami emang ke Puncak."

"Ehm .... Jadi, kalian nggak ada berduaan gitu?"

Mata Tama membesar seketika. "Ber ... berduaan?"

Mawar mengangguk.

Tama menggeleng.

Lalu cowok itu merasa resah dan di saat seperti itu, mendadak saja terdengar suara Eshika berkata menyelamatkan dirinya dari todongan pertanyaan Mawar.

"Tam, kita balik sekarang yuk? Katanya tadi kita mau ngerjain tugas. Ntar nggak tekejar lagi."

Baik Tama maupun Mawar dengan kompak melihat pada Eshika yang wajahnya terlihat membeku. Lantas cewek itu melihat pada Tama. Tersenyum kaku seraya mengerjap sekali.

"Iya kan?" tanyanya lagi. "Tugas sekolah."

Otak Tama dengan segera bisa menangkap maksud Eshika. Maka dari itu Tama mengangguk sekali.

"Ah! Benar!" Tama mengangguk. "Oke. Kita balik aja sekarang. Mumpung masih sore. Kita harus buru-buru buat tugas."

"Loh? Eh?"

Mawar melongo melihat bergantian pada Eshika dan Tama. Matanya membesar dengan sorot tak percaya melihat kekompakan dua remaja itu.

Eshika dan Tama sama-sama berdiri. Tak menghiraukan Mawar yang sibuk berkata.

"Kok udah mau balik sih? Baru juga jam empat. Bentar banget di sini. Kayak yang rumah Mama ini semacam warteg aja. Udah kalian makan, eh langsung pada pergi."

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang