68. Bukan Sekolah Tapi Menikah

1.5K 91 14
                                    

Ketika pada akhirnya masa liburan a.k.a bulan madu itu berakhir –hihihihi-, Eshika dan Tama pun kembali mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan selamat sentosa. Tanpa kekurangan sedikit pun. Bahkan kalau mau jujur, justru dengan kelebihan yang cenderung banyak. Ups! Apalagi kalau bukan dengan kelebihan bagasi. Soalnya ada banyak oleh-oleh yang mereka bawa untuk orang-orang yang mereka sayang.

"Syukurlah kalian sehat-sehat."

Popi langsung menyambut Eshika dan Tama dengan pelukan hangat. Pun tak luput memberikan ciuman di pipi mereka masing-masing.

"Gimana?" tanya Mawar dengan sorot penasaran. "Enak liburan di sana? Kalau enak, lain kali kita liburan bareng ke sana."

Irawan tertawa. "Mereka baru selesai liburan di sana malah Mama ajak ke sana lagi."

Dan seraya tertawa-tawa, membicarakan banyak hal mengenai keseruan liburan mereka, Eshika dan Tama bersama dengan orang tua mereka pada akhirnya meninggalkan bandara. Menuju ke rumah seraya sibuk meladeni obrolan orang tua mereka yang langsung ingin merencanakan liburan bersama. Mumpung Eshika dan Tama belum sibuk mengurusi pendaftaran kuliah.

Ah, berbicara mengenai pendaftaran kuliah, memang harus disadari bahwa banyak hal yang bisa terjadi. Termasuk dengan perbedaan universitas. Tapi, tenang saja, itu bukan Eshika dan Tama kok yang berbeda universitas. Hihihihi.

Eshika yang memiliki nilai akademik bagus, otomatis saja mendapat jalur undangan dari salah satu universitas ternama di Indonesia. Dan Tama? Ehm ... cowok itu harus putar otak demi mencari sekiranya jurusan mana yang bisa ia masuki. Tapi, sepertinya Dewi Fortuna sedang berbaik hati pada Tama. Hingga Bu Wati tempo hari bertanya pada Tama saat bertemu dengan cowok itu di hari pengambilan ijazah.

"Loh? Kamu sering menang lomba kan, Tam? Kamu bisa masuk lewat jalur prestasi."

Saat itu Tama nyaris ingin memeluk Bu Wati dan berputar-putar dengan gurunya itu. Saking bahagianya ia saat itu lantaran diingatkan untuk hal yang teramat krusial. Hihihihi. Pada akhirnya, Tama pun bisa bernapas lega. Setidaknya kalau di bidang akademik ia tidak terlalu bisa diandalkan, sepertinya ada bidang lain yang mampu ia banggakan.

Sementara beberapa orang temannya, jelas ada yang harus berbeda universitas dengan mereka. Toh semua orang memiliki minat dan tujuan masing-masing. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Tama dan Reki. Kedua orang sahabat itu harus berpisah lantaran mereka memilih jalan yang berbeda. Kesukaan Reki dengan dunia oceh-mengoceh membuat cowok berkulit bersih itu memilih satu universitas yang memiliki jurusan jurnalistik.

Berbeda dengan pacarnya, Velly beruntung masih bisa merasakan satu kelas kembali dengan Eshika di program studi Biologi. Setidaknya Velly membutuhkan seseorang yang selalu ada untuk menguatkan dirinya dari hubungan jarak jauh itu. Hiks. Sedikit mencemaskan dengan yang pernah terjadi padanya di masa lalu, tapi Reki berjanji bahwa ia tidak akan mengecewakan Velly.

Dan begitulah kemudian hari-hari itu datang pula. Di mana pada akhirnya mereka benar-benar meninggalkan dunia putih abu-abu di belakang dan siap menyongsong hari-hari yang baru. Dunia perkuliahan yang tentu saja tidak semudah yang sering ditonton di televisi. Ada banyak dinamika kehidupan baru yang akan mereka temui di kampus. Tidak hanya soal akademik ataupun pertemanan. Alih-alih juga soal ... cinta.

*

"Ya ampun, gila!"

"Itu senior kita kan?"

"Iya. Ini senior tahun ketiga yang sering diomongi anak-anak. Cakep kan?"

"Cakep banget coba."

"Aku merasa beruntung banget masuk Gizi Masyarakat coba."

"Ngeliat itu Kakak, aku berasa nggak bakal kekurangan gizi walau nggak makan setahun."

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang