12. Sedikit Keresahan

811 65 0
                                    

Derai tawa masih membahana mengalun mengisi kamar Eshika walau jelas sudah lama waktu berlalu ketika Tama berhenti melancarkan serangan sepuluh jarinya pada pinggang cewek itu. Sekarang, Tama berbaring melihat pada langit-langit kamar dengan dada yang naik turun berusaha menghirup udara sebanyak yang bisa ia dapatkan. Sedikit merasa lelah juga dan mendapati tubuhnya sedikit berkeringat. Dan tentunya, ia pun masih merasa lucu melihat pada Eshika yang terbaring tak jauh dirinya dengan keadaan yang mengenaskan.

Mata Eshika tampak tertutup lemas dengan rambut yang kusut riap-riapan menutupi sebagian wajahnya. Terlihat tersengal-sengal dengan posisi sedikit menekuk tubuhnya. Seolah masih ingin melindungi perutnya seandainya saja Tama mendadak ingin menggelitiki dirinya. Ia tampak seperti tidak memiliki tenaga lagi.

"Hahahaha."

Tama kembali tertawa. Sedikit berpaling dan melihat bagaimana Eshika yang masih tak bergerak di sana. Membuat ia mengulurkan tangan. Menyenggol tangan cewek itu beberapa kali.

"Esh ...."

Eshika tak menyahut. Juga tak bergerak. Matanya pun masih tampak tertutup. Hal yang justru membuat Tama semakin merasa geli.

"Esh ...."

Tama kembali memanggil namanya. Pun tangannya kembali bergerak. Kali ini bukan untuk menyenggol. Melainkan untuk memberikan satu usapan lembut di dekat sikunya. Hal yang membuat Eshika sontak menegang dan menarik tubuhnya.

"Hahahaha."

Tawa Tama kembali meledak.

"Aku nggak gelitikin lagi loh. Hahahaha."

Perkataan Tama sontak membuat Eshika pada akhirnya membuka matanya. Ia terlihat menatap Tama dengan sorot kesal.

"Tadi juga kamu ngomongnya nggak gelitikin lagi," sembur Eshika dengan wajah yang tertekuk. "Tapi, lima menit kemudian kamu gelitikin lagi.

"Hahahaha."

Tawa itu meluncur begitu saja tanpa mampu ditahan oleh Tama. Raut wajah kesal Eshika benar-benar membuat ia merasa lucu. Terutama ketika dilihatnya bagaimana di detik selanjutnya Eshika bangkit. Meraih bantal dan dengan gemas memukul Tama dengan benda itu berulang kali. Tapi, alih-alih merasa sakit, Tama justru merasakan hal lain. Tawanya justru semakin menjadi-jadi karena mendapati kegeraman Eshika pada dirinya.

"Ih! Kamu, Tam!"

Eshika dengan kesal semakin menjadi-jadi memukul Tama. Tapi, cowok itu memang tidak merasakan sakit. Yang terjadi justru merasa semakin geli. Hal yang sontak saja membuat Eshika merasa percuma membalas perbuatan cowok itu. Pada akhirnya Eshika melempar bantal itu. Menekuk kakinya ke atas dan memeluk lututnya seraya melihat pada Tama yang semakin terpingkal-pingkal.

"Salah siapa yang mau coba-coba ngerjain aku heh?"

Eshika cemberut. "Aku beneran nggak ada ngerjai kamu. Aku tuh serius. Aku nggak paham main itu."

Mengubah posisinya, Tama memilih untuk menelungkup dengan kedua siku yang tegak menopang dagunya. Melihat pada Eshika dengan mata yang masih berbayang air mata geli.

"Serius?" tanyanya dengan irama yang menggoda.

Mata Eshika mendelik. "Serius pake banget, Tam. Aku nggak bohong."

"Buktinya apa?"

Sedetik mulut Eshika membuka, tapi detik selanjutnya justru menutup kembali. Ia tampak mengembuskan napas panjang.

"Kalau nggak percaya ya udah," kata Eshika kesal. "Aku cuma ngerti main ular tangga."

"Hahahaha."

"Udah ah! Aku mau tidur aja. Ini udah malam," kata Eshika kemudian.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang