34. Akhir Pekan 1

633 42 0
                                    

Eshika mendesah lega ketika pada akhirnya semua cucian sudah ia jemur. Tak langsung masuk, cewek itu memutuskan untuk diam sejenak di balkon. Sekadar menikmati angin yang kebetulan sedang bertiup. Lantas ketika mata Eshika naik ke langit sana, cerah adalah satu kata yang tepat untuk mewakili cuaca hari itu. Sepertinya semua cucian akan kering hari itu juga. Dan kalau Eshika beruntung, mungkin nanti sore ia bisa langsung menyetrika. Sehingga pekerjaannya yang berhubungan dengan pakaian bisa tuntas di hari yang sama.

Cukup untuk menikmati udara bebas, Eshika kemudian beranjak masuk ke dalam seraya membawa ember pakaian. Menaruh benda itu di kamar mandi dan lantas bertanya.

"Udah selesai belum, Tam?"

Di sana, tepatnya di depan kompor, tampak Tama yang berkutat dengan wajan dan sutil. Aroma khas perpaduan dari rempah-rempah dan juga kecap, tercium menguar di udara.

Suara Eshika menyadarkan Tama bahwa cewek itu telah selesai menjemur pakaian. Ia pun menoleh melalui pundaknya. Mendapati Eshika yang sudah duduk di kitchen island dengan mode menunggu seraya menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Laper nih."

Tama menyeringai sementara tangannya tampak masih bergerak walau matanya tak melihat pada nasi yang tengah ia masak.

"Bentar lagi, Esh. Nggak sabaran banget sih."

Eshika terkekeh. Lalu cewek itu membiarkan Tama fokus lagi dengan nasi gorengnya. Ketimbang gosong kan ya?

Tadi sih sebenarnya Eshika yang akan memasak sarapan, tapi mengingat bahwa cewek itu juga harus mencuci pakaian, maka pada akhirnya Tama menawarkan diri. Lagipula masakan cowok itu tidak buruk kok. Malah kalau Eshika mau tambahkan, masakan Tama tergolong enak untuk ukuran cowok seperti dirinya. Ehm ... Eshika jadi berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada ibu mertuanya kapan-kapan. Setidaknya Mawar ternyata berhasil mendidik Tama untuk mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan dasar. Ya ... seperti memasak.

"Dah! Selesai!"

Lamunan Eshika yang hanya berlangsung beberapa menit lamanya, buyar. Tepat ketika seruan Tama terdengar yang diikuti oleh suara kompor yang dipadamkan. Lantas cowok itu tampak membalikkan badan, melihat pada Eshika.

"Mau makan di sini atau di meja?"

Mata Eshika tampak berkedip sekilas. "Makan di sini juga nggak apa-apa kok."

Tama mengangguk. Beranjak mengambil dua piring dari rak, mengisinya dengan nasi goreng yang sama. Walau jelas, dengan porsi yang sedikit berbeda tentunya. Hihihihi.

Setelah mengisi nasi goreng di masing-masing piring, Tama lantas meraih sayuran mentah yang sempat ia cuci. Ada selada keriting, tomat, dan juga timun. Semuanya Tama tata dengan rapi di piring nasi goreng mereka. Lantas ada sebutir telur ceplok yang lupa ia taruh di atas sana. Dan sebagai penutup, Tama memberikan parutan keju.

Memastikan semuanya tidak ada yang kurang, Tama pun langsung melepaskan celemek yang tadi ia gunakan. Membawa kedua piring itu –lengkap dengan sepasang sendok dan garpunya-, lantas menyajikannya di hadapan Eshika.

Ketika Eshika melihat nasi goreng itu, ia langsung tersenyum.

Tipikal Tama banget.

Ada kejunya.

Segitunya ya dia suka keju.

"Bentar, Esh," kata Tama ketika teringat akan sesuatu. "Lupa minumnya."

Maka Tama buru-buru mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas sementara Eshika yang terkekeh mendengar perkataan cowok itu tadi. Ketika pada akhirnya Tama kembali duduk di hadapan Eshika, sudah ada air dengan dua gelas yang berbeda tersaji pula di antara mereka berdua.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang