30. Double Date 2

571 43 0
                                    

"Sorry, Esh, sorry!"

"Kamu beneran deh, Vel."

"Aduh! Beneran. Aku nggak sengaja."

"Nggak sengaja nggak sengaja."

"Ya aku mana tau kalau kita udah pindah tempat, Esh."

Mata Eshika melotot. Rasa-rasanya bolo matanya itu akan meloncat sebentar lagi gara-gara terus melotot dari tadi. Tapi, ya ampun.

Yang dilakuin Velly tadi itu fatal banget nggak sih?

Velly buru-buru mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Memasang ekspresi meringis penuh rasa penyesalan. Kembali berusaha untuk membujuk Eshika, meminta maaf.

"Esh," kata Velly kemudian. "Aku minta maaf. Beneran deh."

Bibir Eshika tampak mengerut. Mengerucut. Dan matanya menyipit. Lalu pada akhirnya ia membuang napas panjang. Berdecak sekilas.

Hal itu lantas dimanfaatkan oleh Velly. Buru-buru meraih Eshika dan berkata.

"Lagipula, Esh. Tama juga pasti nganggap aku main-main doang kok."

Mata Eshika melirik.

"Kan Tama nggak mungkin mikir kamu bakal beli baju gituan buat sama dia. Hihihihi."

Mata Eshika terpejam dengan dramatis.

Ya ampun.

Malah diomongin lagi.

Dan ketika Eshika membuka matanya, pikiran buruk itu pun semakin menjadi-jadi. Bayangan Tama yang bertanya padanya, muncul.

"Kamu mau beli baju tidur seksi itu, Esh?"

Eshika meringis membayangkan hal itu.

Astaga!

Nggak mungkin kan ya Tama sampe nanya kayak gitu?

Dan ketika Eshika masih sibuk dengan pikiran buruknya, sejurus kemudian ia mendapati Velly yang meraih tangannya. Mata gadis itu tampak menuju ke arah lainnya.

"Apa?" tanya Eshika kemudian seraya berpaling. Ke arah mata Velly memandang.

Di seberang sana, tampak Reki yang melambaikan tangannya. Lalu ia menunjuk ke luar setelah menampilkan gestur orang makan beberapa kali. Velly pun berkata.

"Kayaknya Tama dan Reki mau ngajak makan deh."

Eshika mengangguk dan menyadari bahwa itu bukan pemilihan waktu yang tepat untuk langsung bertemu dengan Tama. Hiks. Eshika kan malu.

Melihat ada bayang keraguan di wajah sahabatnya itu, Velly langsung bertindak. Meraih tangannya dan membawanya untuk beranjak dari sana.

"Semakin kamu ngindar," kata Velly kemudian. "Itu makin berasa benerannya loh, Esh."

Eshika melirik. "Kamu bisa aja ngomong kayak gitu," gerutunya. "Kamu sih nggak berada di posisi aku."

"Ehm? Posisi kamu?" Mata Velly cuma mengerjap-ngerjap bodoh. "Percaya sama aku. Tama pasti bakal nganggap itu main-main deh."

Ya Tuhan.

Seandainya saja.

"Di-ja-min!"

Bahkan satu kata penekanan yang diucapkan oleh Velly tidak ampuh untuk mengusir kegalauan yang melingkupi perasaan Eshika. Tapi, layaknya sahabat yang tidak berperasaan, Velly justru semakin bersemangat mengajak Eshika keluar dari toko pakaian itu. Langsung menghampiri Tama dan Reki yang sudah menunggu mereka di luar.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang